Naraka meretuki nasib buruknya, bagaimana dia bisa bertemu dengan Adelaine di saat yang tidak tepat. Naraka harus menelan pil pahit dan berpindah tempat. Jujur saja, ini di luar ekspetasi Naraka. Bagaimana tidak? Naraka harus menikmati malam ini di sebuah warung bakso pinggir jalan. Sangat berbeda dengan apa yang telah dia rencanakan sebelumnya. Seharusnya Naraka tidak memberikan pilihan ke pada Putri, pilihan Putri sangat sederhana. Bukannya Naraka tidak suka, hanya saja Naraka ingin memberikan sesuatu yang indah untuk wanita special di hatinya saat ini.
"Naraka" panggil Lisya yang kini merasa tidak nyaman dengan aksi diam Naraka,
"Hmm, ada apa Putri?" tanya Naraka yang kini menatap ke arah Lisya, tidak seperti beberapa menit yang lalu menatap kea rah lain, dan mengabaikan keberadaan Lisya di depannya.
"Kamu kenapa? Apa kamu tidak nyaman dengan warungnya?" tanya Lisya,"kita bisa pindah tempat kalau kamu mau" tawar Lisya yang kini mulai salah paham dengan aksi diam Naraka,
"Aku nyaman kok di sini. Maaf, aku sudah buat kamu khawatir. Aku baik-baik saja" aku Naraka, membuat Lisya tersenyum,
"Syukurlah"
"Aku hanya tidak enak hati dengan kamu"
"Kenapa?"
"Adik ku dan temannya membuat kamu-"
"Aku baik-baik saja. Sungguh."
"Tapi, Adelaine keterlaluan"
"Aku sudah terbiasa dengan hal itu. Kamu jangan khawatir, lagipula mereka juga tidak berlebihan, mereka hanya mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Aku buta. Dan itu kenyataannya"
"Putri, aku nggak suka ada orang yang melakukan hal itu kepada kamu. Lagipula, tidak semua orang terpilih untuk menjadi sosok yang special"
"Terima kasih sudah menghiburku. Tapi, aku benar-benar tidak masalah dengan hal itu"
"Hmm, baiklah"
"Bagaimana jika kita mulai membahas hal lain saja, aku tidak ingin merusak makan malam kita hari ini"
"Em- boleh, kita bahas apa?"
"Bagaimana dengan rencana kita minggu lalu?" usul Lisya, mengingatkan Naraka tentang rencananya yang akan membuka stand amal lewat music. Dana yang terkumpul dari penjualan tiket mini konser yang akan mereka adakan, akan dijadikan sebagai dana amal bagi anak-anak yang membutuhkan.
"Ide bagus! Aku akan segera meminta bantuan Aheng dan Luo"
"Aku dengar, Agatha dan Luo akan segera bertunangan secara resmi?" tanya Lisya ragu, dia ingin sekali menghadiri acara sahabatnya itu. Meskipun dengan sembunyi-sembunyi. Setidaknya Lisya ingin menjadi bagian dari kebahagian Rei.
"Hmm, benar. Apakah Agatha menceritakan hal itu ke padamu?" tanya Naraka penasaran,
"Iya. Dia terdengar antusias dengan pertunangannya" jawab Lisya berdusta, karena sejujurnya Rei ragu untuk menjalani pertunangannya dengan Luo. Karena posisi yang Rei miliki, bukan miliknya.
"Syukurlah. Aku sempat berfikir, Agatha tidak menyukai pertunangannya. Bahkan, aku tidak pernah mengira hubungan mereka akan berjalan selancar ini, karena Luo mencintai orang lain"
"Maksud kamu?"
Naraka yang menyadari kebodohannya, segera menutup mulutnya. Menggigit bagian bawah bibirnya. Merasa berkhianat kepada Luo, demi meluluhkan hati sang calon pujaan hati.
"Se-sebenarnya, ini rahasia. Tapi aku mempercayai kamu untuk tidak menyebarkan rahasia ini"
"Rahasia tentang apa?"
"Cinta pertama Luo "
"Benarkah? Siapa ?"
"Sahabatmu, yang terbaring koma dan tak tahu kapan akan bangun. Dia sosok cinta pertama Luo"
"Maksud kamu? Rei?"
"Iya" sahut Naraka tegas. Membuat Lisya menelan ludahnya sendiri. Lisya segera meraih segelas es teh yang ada di sebelah tangan kanannya, mencoba meraihnya untuk menetralisir rasa gugup yang dia miliki. Jujur saja, mendengar hal itu dari orang lain sangat mengerikan. Bagaimana bisa? Luo mencintai dua orang dalam waktu yang bersamaan?
**
Agatha alias Rei tampak seperti boneka hidup. Parasnya yang ayu membuat menjadi sorotan di kala malam itu,
"Kamu tau? Aku sangat menyesal"
"Hmm. Kenapa?" tanya Rei yang kini menghentikan aksinya dalam memilih beberapa buah yang siap dia masukkan ke dalam paper bag kecil untuk Rei timbang.
"Mereka menatap kamu seperti itu!" protes Luo yang kini melingkarkan tangannya di pinggang Agatha dengan posesif, membuat Agatha alis Rei tersenyum.
"Kamu itu yang lebih menonjol. Mereka melihat kamu, bukan aku. Apa kamu tidak sadar? Kamu itu sangat menyedot perhatian mereka?"
"Ah! Sudahlah. Aku ingin segera menyudahi belanja mingguan kita hari ini"
"Hei! Bukankah, ini terlalu dini? Aku masih belum memilih beberapa kebutuhan dapur lainnya" rengek Rei,
"Kita bisa membelinya online"
Agatha alias Rei menyipitkan matanya. Merasa apa yang Luo putuskan sedikit tidak adil bagi dirinya,"kamu curang! Bukannya kamu berjanji akan mengikuti apa yang aku minta? Lalu kenapa kamu sekarang keberatan? Kamu bisa kembali ke atas lebih dulu. Aku akan melanjutkannya sendiri" kata Rei yang kini tengah merajuk, membuat Luo mau tidak mau mengikuti apa yang Agatha inginkan.
"Hei! Bukan itu maksud aku. Aku hanya tidak ingin kamu menjadi sorotan mereka"
"Hmm, kamu sangat pencemburu ya?"
"Tentu"
"Baiklah! Aku malas berdebat. Bagaimana jika kita membeli beberapa snack dan minuman ringan, setelah itu kita pulang. Ah iya! Jangan lupakan roti dan susu untuk sarapan kita besok pagi" putus Rei yang kini membuat sebuah senyuman terbit dari bibir Luo,
"Usul yang bagus!" kata Luo yang kini segera mendorong troli tempat belanjaan mereka ke arah sebuah lorong yang dipenuhi dengan snack ringan. Luo membeli beberapa snack yang menurutnya enak, kemudian dia meminta Agatha untuk membeli roti dan sebotol susu berukuran satu liter untuk mereka berdua. Kemudian mereka berdua kembali di lorong minuman dan mengambil beberapa kaleng minuman ringan untuk mereka nikmati saat mereka berdua menonton film.
Setelah selesai dengan barang-barang belanjaan mereka berdua, Luo segera membantu Agatha untuk membawa barang-barang belanjaan mereka. Setelah menata barang belanjaan mereka, Luo dan Agatha alias Rei bersiap menonton film yang mereka pilih. Diam-diam Luo merencanakan sesuatu, dia memilih untuk menonton film ber-genre horror, hal itu sengaja Luo lakukan agar dirinya mendapatkan kesempatan untuk menjadi sosok seseorang pahlawan yang menyelamatkan gadisnya. Sayangnya, semua tidak sesuai rencana, tidak seperti apa yang Luo bayangkan di dalam benaknya sendiri.
"AAAAKKHHHHHH!!!!!" teriak Luo begitu karakter hantu wanita tanpa kepala tiba-tiba muncul, membuat Luo berteriak sembari memeluk Agatha yang duduk tenang di sampingnya,"ba-bagaimana bisa? Film seperti itu diputar! Itu sangat menakutkan. Akh!"
"Ini sangat seru!" kata Rei tenang sembari menepuk tangan Luo pelan, mencoba menenangkan Luo yang kini merasa ketakutan dengan apa yang dilihatnya.
"SERU! Kamu bercanda? " protes Luo yang kini menatap Agatha dalam jarak dekat,
"Ternyata kamu penakut? Aku kira kamu itu suka film horror" cibir Rei alias Agatha membuat Luo sadar akan kesalahannya. Luo menghela nafas, dia merasa kali ini image-nya telah hancur. Tidak ada sosok pahlawan yang tadi berkeliaran di benaknya.
"Ah! Sepertinya dulu aku tidak sepanik ini" kilah Luo sembari membenarkan posisi duduknya.