Naraka menikmati hadiah dari Luo, sejujurnya dia tidak percaya jika sahabatnya berbaik hati memberikan sebuah hadiah makan malam di sebuah restaurant ternama yang membutuhkan waktu untuk reservasi jika kita ingin makan malam romantis bersama pasangan kita.
Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak bersama Naraka, dia mendapatkan sebuah hadiah indah yang akan dia nikmati bersama dengan Lisya. Gadis yang menjadi incarannya selama ini. Jujur saja, Naraka bak dapat durian runtuh ketika niatnya untuk makan malam bersama Lisya disambut dengan baik oleh Lisya.
"Em, Putri" panggil Naraka yang tampak canggung dengan keadaannya, sebenarnya ini bukan kali pertama Naraka kali pertama Naraka pergi bersama seorang gadis, ntah mengapa bersama Lisya alias Putri, Naraka merasa canggung dan sedikit gugup.
"Hmm, kenapa?"
"Kamu mau makan apa? Em, maksud aku … Apa makanan favorite kamu?" tanya Naraka yang mencoba membantu Lisya memilih makanan di restaurant, tempat mereka berdua duduk saat ini.
"Aku-, aku tidak terlalu familiar dengan menu restaurant. Kalau boleh, kamu pilihkan saja menu yang menurut kamu enak" jawab Lisya dengan senyum yang merekah di bibirnya,
"Ah, baiklah. Aku akan pilihkan makanan dan minuman untuk kita berdua" putus Naraka yang kini mulai menunjuk beberapa menu dan dengan sopan waiters datang membantu mereka berdua. Setelah dirasa cukup, waiters tersebut meninggalkan meja mereka berdua.
"Em, kamu suka pedas kan?" tanya Naraka yang bertanya pada Lisya, memastikan apa yang dia pesan tidak merugikan gadisnya.
"Tentu. Aku suka makan mi pedas serta beberapa makanan Korea yang ada di dalam drama. Biasanya Rei, suka memesan makanan pedas saat dia sedang galau dan-" tiba-tiba Lisya menghentikan perkataannya tidak ada raut wajah bahagia, seolah-olah mengatakan hal yang tabu untuk dia bicarakan kepada Naraka, membuat Naraka yang awalnya antusias mendengarnya menjadi kecewa.
"Maaf, apakah kamu merindukan Rei?" tanya Naraka,
"Tentu. Aku sangat merindukannya. Sayangnya, dia masih belum bangun. Aku hanya bisa melihat dia terbaring. Jujur aku merindukan dia, tapi dia tidak kunjung bangun" aku Lisya yang menerawang jauh.
"Oh, maaf. Aku membuat kamu mengingatnya. Aku juga berharap Rei bisa segera bangun"
"Em. Terima kasih, bagaimana jika kita membahas hal lain? Maaf. Aku merusak suasana, aku hanya merindukan senyuman Rei" aku Lisya,
"Oh, iya! Bagaimana kalau kita membelikan beberapa bunga untuk Rei" usul Naraka,
"Boleh. Aku sangat merindukannya. Bisakah kamu mengantar aku pergi ke rumah Luo"
"Ha! Untuk apa? Apakah kalian saling mengenal?" tanya Naraka kaget mendengar permintaan Lisya untuk bertemu dengan Luo, sayangnya Naraka salah paham dengan apa yang Lisya maksud. Bukan Luo yang ingin Lisya temui, melainkan Agatha alias Rei.
"Tidak, aku hanya ingin menemui Agatha"
"Oh. Aku kira kamu mengenal Luo"
"Aku bahkan tidak pernah melihat wajahnya, bagaimana bisa aku mengenalnya hanya dengan mendengar sebuah cerita tentang Luo"
"Ah, kamu benar. Aku terlalu berlebihan sepertinya" kata Naraka yang tampak malu dengan perkataannya sendiri.
Tiba-tiba suasana menjadi hening. Naraka mati gaya. Tidak tau harus berbuat apa, Naraka merasa gugup. Naraka berusaha membangun suasana ceria, sayangnya otak Naraka belum bekerja secara benar. Naraka masih kaku dengan Lisya. Lisya bukan tipikal seorang gadis yang tampak sulit untuk didekati, hanya saja Naraka terlalu takut untuk membahas sesuatu dan membuat Lisya tak nyaman dengan keadaan mereka berdua.
Tiba-tiba….
"Kak Raka!!!!" panggil Stevi yang tiba-tiba merangkulnya dari belakang,
"Eh! Kamu ngapain di sini?" tanya Naraka bingung,
"Aku sama Kak Adelaine. Kakak dinner di sini juga? Udah bosan sama masakan Mama?"
"Apaan sih!"
"Dia siapa?" tanya Stevi, gadis menjadi sahabat Agatha sekaligus saudara Naraka,
"Putri"
"Oh. Teman Kakak? Wah!"
"Raka?" panggil Adelaine, gadis yang kini ikut memanggil namanya, merusak kencan Naraka bersama Lisya,
"Hai Adelaine" sapa Naraka basa-basi, jujur saja Naraka malas untuk bersikap manis pada gadis satu ini. Jika saja, di sisinya tidak ada Lisya, Naraka sudah ambil langkah seribu. Membiarkan semua menu yang dia pesan. Setidaknya dia berhasil meninggalkan wanita ular yang dibawa sang adik.
"Em, gimana kalau kita makan di sini aja? Lagian kan, butuh reservasi lama kalau kita mau makan di sini" usul Adelaine membuat Naraka membelalakkan kedua matanya,
"Eh! Emang boleh, Kak?" tanya Stevi tak enak hati,
"Aku-"
"Lebih baik makan bersama saja, lebih ramai kan seru" kata Lisya yang kini mengambil suara membuat Naraka menghela nafas dan pasrah.
"Em, baiklah. Jika kamu tidak keberatan, Putri" sahut Naraka, membuat Stevi dan Adelaine segera menarik kursi mereka berdua. Aura bersinar di wajah Naraka tiba-tiba surut. Hancur sudah semua rencana indah Naraka.
"Kamu teman Naraka? Di kantor?" tanya Adelaine,
"Bukan, kami kenal di panti"
"Panti? Kamu anak panti asuhan?" tanya Adelaine dengan nada yang tidak enak di dengar telinga Naraka. Membuat Naraka menatap tajam Adelaine,
Lisya tersenyum, mendapat pertanyaan seperti itu dari seseorang yang baru saja dia kenal. Tentunya itu bukan pengalaman pertama Lisya untuk diperlakukan seperti itu oleh orang lain.
"Iya, aku seorang tunanetra, jadi sedari kecil orang tua aku meletakkan aku di panti asuhan"
"Oh, kamu buta?"
"ADELAINE! CUKUP!" teriak Naraka, membuat mereka berempat menjadi perhatian.
Stevi yang menjadi pendengar, menjadi takut dengan nada bicara Naraka yang tidak bersahabat seperti biasanya.
"Aku salah apa? Aku hanya mengulang apa yang dia bilang. Kenapa kamu lebay sih! Jangan buang-buang tenaga dan buat kita malu dengan aksi sok heroik kamu itu" kata Adeline tak terima dengan apa yang Naraka lakukan ke padanya,
"Kamu bilang dia buta. Kamu nggak sadar?" tanya Naraka tak suka,
"Kan dia yang bilang. Kalau dia buta? Terus?"
"Dia bilang tunanetra, bukan buta. Kamu sengaja kan?"
"Raka!"
Naraka segera berdiri dari kursinya,"seharusnya aku tidak membiarkan kamu duduk bersama kami. Karena sekali mantan, pasti tempatnya itu di tong sampah! Bukan di sekitar kita. Jatuhnya bisa jadi polusi" ungkap Naraka,"Putri, kita pindah tempat aja ya? Aku tiba-tiba ingin makan di tempat lain" ajak Naraka pada Lisya yang kini tengah menundukkan kepalanya, jujur saja Lisya juga tidak nyaman dengan fakta siapa itu Adelaine.
"Baik" kata LIsya,
Mendapat jawaban dari Lisya, Naraka segera menggenadeng tangan Lisya untuk bersiap pergi dari tempat mereka.
"Loh! Beneran pergi Kak?" tanya Stevi yang berfikir Naraka tidak akan seserius itu,
"Iya. Semua udah Kakak bayar. Kamu tinggal makan." Jawab Naraka sembari membawa Lisya pergi,
"Ha!" Stevi hanya bisa cengo mendengar perkataan Naraka,
Jujur saja, perasaan Naraka saat ini campur aduk. Semua yang dia rencankan sia-sia. Dia tidak bisa memiliki moment indah bersama Putri saat ini. Semua karena Adelaine.