"Aku tahu Bihan. Tapi bisakah kamu berbohong sekali saja? Lagipula kan aku sudah berlatih denganmu. Masih bisa dipelajari besok." Aisha mengedipkan mata, berusaha merayu Bihan. Semoga pria itu luluh.
"Aisha. Aku tidak bisa membantah perintah Pak Alil. Pak Alil melakukannya karena sangat khawatir denganmu. Pak Alil tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Kamu beruntung, dia mengkhawatirkan kamu. Dia selalu mengabaikan orang lain dan hanya mementingkan diri sendiri. Tapi kali ini Pak Alil terlihat sangat berbeda. Ini pertama kalinya dia peduli dengan orang lain. Aku harap kamu mengerti Aisha."
"Bagaimana karakter Alil? Aku ingin lebih mengenalnya," tanya Aisha penasaran. Sikap Alil tidak bisa ditebak. Kini ia terlihat antusias mendengarkan Bihan.
"Pak Alil orang yang sangat ambisius dengan bisnis. Dia sangat disiplin dan melakukan segala cara untuk meraih apapun yang diinginkannya. Dia pintar dan cerdik. Dia selalu berhasil dengan tujuannya. Meskipun bos terlihat angkuh, sebenarnya dia orang yang baik."
Aisha manggut-manggut mendengar penjelasan Bihan. Aisha ingin tahu lebih banyak.
"Dia selalu berusaha menutupi kekurangannya dengan sikapnya yang tegas. Dia tidak ingin dipandang rendah oleh orang lain. Kuharap kamu dapat mengerti bagaimana sifat Pak Alil. Sekarang, kamu istrinya jadi kamu harus membahagiakannya. Jangan hanya fokus balas dendam saja. Aku harap kamu tulus. Sepertinya aku sudah bicara terlalu banyak. Kamu istrinya, seharusnya kamu lebih banyak tahu daripada aku."
"Baiklah Bihan. Aku mengerti. Aku akan berusaha agar tidak mengecewakannya. Aku berhutang budi padanya karena telah menolongku. Terima kasih Bihan."
"Ayo kita lanjutkan!"
Aisha kembali bersemangat latihan bela diri bersama Bihan. Ia merasa lega karena telah mengetahui karakter Alil. Bihan orang terdekat dengan Alil. Aisha sangat mempercayai Bihan. Pria itu jujur dan apa adanya.
Aisha bersemangat ketika menendang dan memukul samsak. Ia membayangkan sedang memukul dan menendang Daffa dan Vana. Semangatnya begitu membara membayangkan dirinya dapat menghajar kedua orang yang telah menganiayanya, membunuh bayinya dan hampir melenyapkannya.
Bihan nampak senang melihat semangat Aisha dan terus melanjutkan latihannya dengan gerakan yang lebih sulit.
Tanpa mereka sadari. Alil memperhatikan mereka dari kejauhan. Alil bersama Karin, sekretarisnya. Tanpa sadar Alil tersenyum melihat Aisha bersemangat untuk latihan.
"Ada apa bos? Aku melihat bos tersenyum? Tidak seperti biasanya," kata Karin menggoda Alil.
Alil terkejut dan berusaha menyembunyikan senyumnya. Ia tidak sadar sedang diperhatikan Karin.
"Siapa yang senyum?" tanya Alil menyembunyikan rasa malu.
"Bos tidak seperti biasanya. Apa Aisha sangat spesial?" tanya Karin ingin tahu. Karin tertawa melihat ekspresi Alil. Pria itu gelagapan dan salah tingkah.
"Diam," balas Alil dengan intonasi tinggi. Bicara dengan berwibawa. Alil tidak mau Karin menggodanya lagi.
Karin pun diam namun dalam lubuk hatinya, Karin yakin Alil menyukai Aisha. Karin sudah lama mengenal Alil sejak kuliah. Karin tak pernah melihat Alil tersenyum. Ekspresi Alil selalu datar.
****
Aisha menunggu Alil pulang kerja. Ia duduk di ruang tamu sambil memperhatikan sekeliling. Berharap Alil segera pulang. Aisha menyambutnya dengan cinta, layaknya suami istri pada umumnya. Pikirannya melayang membayangkan betapa senangnya Alil merasa dicintai.
Dalam pikiran Aisha tak pernah merasa terpaksa maupun membatasi diri karena mereka hanya menikah kontrak. Menurut Aisha, mereka suami istri yang sah dimata agama maupun hukum.
Alil pun datang bersama Bihan. Aisha mendatangi suaminya. Aisha memeluk lengan Alil sambil berjinjit dan mengecup kening suaminya. Kecupan yang singkat namun membuat Alil terkejut.
Bihan memalingkan wajahnya melihat mereka. Bihan tersenyum karena tindakan Aisha membuat Alil salah tingkah.
"Selamat datang. Sayang," ucap Aisha tersenyum.
Alil tertegun melihat tingkah Aisha seperti remaja yang sedang jatuh cinta.
"Aku pulang." Alil menatapnya dengan lembut.
"Bos memang sudah pulang." Bihan menggoda. Alil hanya diam menatapnya dingin. "Aku akan pulang lebih dulu." Bihan bergegas meninggalkan mansion.
"Kenapa sikapmu menjadi genit?" Alil bertanya karena melihat perubahan Aisha yang begitu drastis.
"Apa aku salah?" Aisha malah mengalungkan tangannya di leher Alil.
Bihan belum pergi. Ia bersembunyi di balik pintu. Bihan ikut tersenyum melihat Alil.
"Kamu menggodaku." Tanpa sadar senyuman tersungging di bibir Alil.
Mungkin Aisha tak menyadari perubahan sikap Alil namun Bihan merasakan Alil lebih hangat dari sebelumnya. Alil yang dia kenal, orang yang keras dan bersikap dingin. Tak seorang pun dapat menebak isi hatinya karena wajah datar yang selalu Alil tunjukkan pada semua orang.
Bihan berinisiatif untuk mengirimkan pesan pada Karin. Ia menceritakan tentang sikap Alil ketika melihat Aisha. Terjadi perubahan pada diri Alil. Ia terlihat tersenyum. Bihan merasa senang melihat Alil yang hangat. Semua karena Aisha
Karin :
Hahaha… Tadi Alil juga tersenyum melihat kalian berlatih. Telat banget ngasih tahu. Paling sebentar lagi bakal cinta beneran. Alil jatuh cinta pada Aisha.
Bihan semakin yakin bahwa Alil menaruh perasaan pada Aisha. Lebih tepatnya sedang jatuh cinta.
****
"Alil..Sini biar kubantu ganti bajumu," ucap Aisha sambil menarik lengan Alil mendekat padanya.
Aisha berjinjit karena Alil lebih tinggi darinya. Aisha membuka dasi Alil, tangannya perlahan menjelajahi leher jenjang lelaki itu dengan lembut. Wajahnya begitu dekat dengan wajah Alil. Nafasnya mengenai kulit Alil. Pria itu tersentak, terlena dengan perbuatan Aisha. Perempuan itu menyentuhnya dengan lembut namun agresif.
Tangan mungil itu menjelajah di setiap inci dada Alil yang begitu gagah. Perlahan Aisha membuka kancing kemeja lelaki itu dengan pelan-pelan. Alil menggigit bibirnya. Aisha berhenti, pandangannya tertuju pada puting Alil yang mulai mengeras.
Tak hanya Alil, tubuh Aisha pun merasakan hal yang sama. Tangannya Aisha menyentuh dan bermain-main di dada Alil. Sesekali mencubit puting Alil. Alil menahan tangan Aisha ketika perempuan itu bertindak lebih nakal.
"Bagaimana jika kita lanjutkan di kamar mandi?" tanya Alil.
Alil ingin menguji Aisha. Apakah sedang mempermainkannya atau tidak.
Tubuh keduanya semakin memanas. Wajah Aisha memerah membuat nafsu Alil semakin tinggi namun Alil masih berusaha menahannya. Ia ingin menguji Aisha dengan mengajaknya mandi bersama.
"Ta-tapi," ucap Aisha gugup. Ia merasa gugup namun jika berhenti Alil akan kecewa.
"Jika ragu kamu boleh pergi dari kamar ini."
Aisha langsung menarik Alil ke dalam kamar mandi tanpa ragu. Alil pun mengikuti permainan Aisha. Wanita itu menciumnya dengan ganas sambil menarik kemeja Alil agar lepas dari tubuh kekar itu, rasanya Aisha tidak dapat menyembunyikan nafsunya lagi. Meskipun awalnya Aisha hanya ingin menuruti perkataan Bihan namun sekarang ia malah dikuasai oleh nafsunya sendiri. Alil begitu menggairahkan.
Awalnya, Alil tidak menanggapi ciuman Aisha, namun godaan itu menguasainya. Alil seorang pria yang tak dapat menahan nafsunya pada wanita, apalagi Aisha wanita yang manis dan menggairahkan.
Ia pun membalas ciuman Aisha dengan lumatan yang begitu ganas. Mereka saling memagut bibir dan bercumbu di tengah kamar mandi yang dingin, tubuh keduanya memanas. Alil dan Aisha dikuasai oleh nafsu. Mereka harus menyelesaikannya.