Chereads / Gairah Beracun / Chapter 8 - Malam Pertama (1)

Chapter 8 - Malam Pertama (1)

Tiba-tiba bayangan Daffa melintas di pikiran Aisha. Berkali-kali muncul begitu saja. Aisha berusaha menepis kehadiran Daffa di memorinya. Ia ingat pertama kali mantan suaminya itu menciumnya, sama persis di tengah shower yang hangat. Perasaan mual kembali muncul.

Aisha menyentuh dada Alil yang bidang, lalu dengan sekuat tenaga melepaskan ciuman Alil,"sebentar, Alil. Aku … "

"Mengapa? Kamu tidak suka?" Alil memprotes karena hasratnya sudah membara.

Aisha meninggalkan shower dan kemudian memandangi wajahnya dari cermin. Apa yang terjadi padanya? Air matanya mulai menetes. Dalam hati Aisha ingin disentuh namun bayangan Daffa hadir di saat tidak tepat. Pikirannya berkecamuk, apakah pantas seorang janda mendapatkan Alil, laki-laki hebat ini? Apakah pernikahan ini akan menjadi petaka kedua untuknya?

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Alil setelah mengamati perubahan wajah Aisha dari pantulan cermin.

Aisha menggeleng. Ia mencoba untuk tetap tersenyum. "Apakah aku siap?" tanyanya dalam hati.

"Ayolah Aisha," bujuk Alil. "Apakah kamu ingin mengingkari hasratmu sendiri?"

Aisha terdiam. Ia masih berperang dengan hatinya. Alil sudah tidak bisa menahan hasratnya. Gairahnya sangat beracun dan ingin menuntaskannya. Alil punya istri dan berhak mendapatkan haknya.

"Kamu masih suci di depanku, Aisha," sahut Alil mem "Aku tidak melihat masa lalumu."

Aisha menatap wajah Alil dari cermin. Ia ingin melihat kesungguhan Alil. Apakah laki-laki ini mengatakan yang sebenarnya karena dalam hatinya pun Aisha ingin dicintai sekaligus disentuh. Apa yang Alil lakukan untuk membangkitkan hasratnya? Ia terpedaya dengan sentuhan Alil.

Alil melangkahkan kaki menuju bath up. Ia membuka kran dan membiarkan air hangat itu menutupi tubuhnya perlahan. Alil memasukkan sabun cair. Harumnya menyerbak dan membuat suasana terasa romantis.

"Kamu tidak mau menemaniku di sini Aisha?" tanya Alil menggoda.

Aisha berbalik menatap Alil yang tampak menggairahkan, basah dengan air. Entah apa yang merasuki Aisha. Ia ingin bersama Alil. Menyenangkan pria itu.

"Jadi?" desak Alil menyembunyikan tawa. Pesona Aisha mengalihkan dunianya.

Aisha menggigit bibirnya. Ia mengangguk. Nafasnya mulai memburu, menikmati pemandangan di depannya. Antara ragu dan ingin, apakah ia akan bersama Alil menikmati kebersamaan dalam rendaman air hangat. Aisha mulai ragu, kalau ia bergabung dengan Alil pria itu pasti menginginkan lebih.

Aisha tak dapat melepaskan matanya dari tubuh Alil. Nalurinya memberontak. Ujung kakinya perlahan naik. Ia merasakan kehangatan. Aneh, Aisha ingin sekali merasakan sentuhan Alil yang lebih dalam.

"Kamu ngapain masih berada di situ?" tegur Alil melihat Aisha yang masih berdiri seperti melamun. "Masuk!"

"Tentu?" Aisha menggoda suaminya. Memberikan senyuman paling memabukkan.

Aisha menghampiri Alil dan duduk di pinggiran bath up. Ia bermain air dan memercikkan ke tubuh Alil. Ia ingin menggoda lagi. Aisha berusaha menghilangkan pikiran tentang Daffa yang telah menyakitinya. Ia sudah mati rasa. Daffa memberikan luka yang paling dalam di hatinya.

Alil tergelak tawa. Pikirannya liar melihat tubuh Aisha yang seksi dan lekukan tubuhnya memancing naluri kelelakiannya. Alil hampir tak bisa menahan nafasnya, ketika tangan Aisha menyentuh dada bidangnya. Rasa itu memberontak untuk keluar. Ingin sekali ia menerkam Aisha dalam satu gerakan sempurna namun ditahannya dulu.

Alil tergoda untuk melihat, apakah Aisha akan mematuhi perjanjian mereka atau tidak. Ia merasa Aisha hanya ingin memperalatnya demi balas dendam. Alil tidak Aisha berani menyerahkan tubuhnya untuk dinikmati. Ia ingin melihat sejauh mana Aisha menggodanya.

Alil menggelengkan kepala, pikiran liarnya kembali merasuki,"Bukan menyerahkan tubuhnya untuk kunikmati. Dia istriku. Aku berhak menyentuh Aisha" Alil menggumam. Alil bimbang antara ingin dan tidak.

Aisha menatap suaminya dan bertanya,"Kenapa kamu diam?"

Alil tersenyum,"Aku hanya menikmati tubuh pengantinku." Matanya yang tajam terlihat menelusuri lekuk tubuh Aisha yang semakin tercetak jelas karena basah.

Raut wajah Aisha terlihat berubah, entah apa yang dipikirkannya. Ia semakin semangat menggoda Alil. Wajahnya yang tanpa make-up, membuat aura kecantikannya semakin terpancar. Auranya sangat positif.

"Buka bajumu!" Alil terkejut setelah mengucapkannya. Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Ia yakin Aisha tak akan melakukannya.

Aisha menyerngitkan alis. Ia menatap Alil yang berbaring di bathup lalu mendekat. Jantung Alil berdegup kencang, ingin menarik tangan mulus itu dan memasukinya. Pikiran Alil mulai mesum. Ia menegakkan tubuh mengikuti kejantanannya yang mulai tegang.

Tangan Aisha melepaskan piyama yang dikenakannya. Perlahan Alil melihat kulit mulus di balik t-shirt ketat itu. Pelan-pelan, tangan Aisha melepaskan pakaiannya.

Alil menelan ludah. Ia menatap kedua payudara Aisha yang sangat seksi dan menggoda. Aisha mengenakan bra hitam.

"Seksi dan menggoda," bisik Alil. Ia ingin menyentuh dan mengulum payudara Aisha.

Alil menahan nafasnya ketika Aisha menurunkan celana panjang yang dikenakannya. Ia melihat kaki jenjang Aisha. Alil menggila dan tak bisa sabar. Pandangan Alil tetap pada payudara Aisha yang sintal dan bulat. Ia menelan ludah. Alil mencoba menahan hasratnya yang tengah membara.

"Kamu mau apa sayang?" tanya Aisha dengan suara menggoda. Ia kembali menyentuh gairah Alil.

Napas Alil memburu, ia menghembuskan napas perlahan.

"Gosok punggungku. Aku tak bisa melakukannya sendiri." Alil menunjuk pada loofah yang berada di pinggiran bathup.

Tanpa ragu Aisha masuk dalam bathup dan bergabung bersama Alil. Air bath up tumpah karena Aisha ke dalam. Ia duduk di depan Alil.

"Berputarlah, akan kugosok punggungmu!" Aisha memegang loofah.

Alil membalikkan tubuhnya, ia merasakan tangan Aisha yang lembut menggosok tubuhnya. Alil memejam matanya, membayangkan bagaimana rasanya jika tangan lembut itu mengocok kejantanannya.

"Bagaimana? Kurang keras?" tanya Aisha sambil berbisik tepat di telinga Alil.

Alil tersentak, ia tak menyangka Aisha akan melakukannya. Perlahan ia menggeleng. Sebenarnya kasar atau tidak, Alil tak peduli. Bagi Alil, sentuhan Aisha telah menghipnotisnya.

"Apa yang kamu lakukan hari ini?" tanya Alil basa-basi.

"Menggosok punggungmu," sahut Aisha menggoda Alil

"Hmmm … " Alil mendengkur menikmati perlakuan Aisha

Aisha teringat kata-kata Bihan yang mengingatkannya untuk selalu menjawab pertanyaan Alil dengan jelas. Mood Alil mudah berubah jika tidak puas dengan jawaban orang lain.

Aisha berdehem dan pelan-pelan menjawab,"tadi aku berlatih beladiri."

"Lalu?" tanya Alil singkat.

"Bihan mengatakan padaku, aku harus bisa menjaga diriku sendiri. Kamu tidak mungkin selalu bersamaku."

Alil mengangguk,"benar sekali. Aku yang memerintahkan Bihan untuk mengajarimu latihan beladiri."

"Bihan juga bilang begitu." Aisha berhenti menggosok punggung Alil. "Tapi untuk apa? Latihannya sangat berat"

"Untuk dirimu sendiri. Jika Daffa tahu kamu masih hidup. Dia tidak akan tinggal diam. Danu dan keluarganya akan berusaha membunuh kamu lagi. Kamu harus bisa menjaga diri."

"Maksudmu?"

"Aku tidak selalu bisa disampingmu. Kamu harus bisa beladiri agar tidak disakiti lagi."