Hari minggu adalah hari yang paling di tunggu setiap anak sekolah, karna di hari itu mereka tidak harus bangun pagi dan berangkat ke sekolah seperti hari-hari lainnya. Begitu juga dengan Alex, pria itu masih saja terlelap dalam tidurnya yang menenangkan. Hingga akhirnya sebuah suara ketukan pintu membuatnya setengah tersadar, lalu ia pun bertanya siapa yang mengganggu tidurnya itu.
Tok.. tok.. tok..
"Siapa?" tanya Alex dengan suara berat khas orang bangun tidur.
"Ini aku, bangunlah nak! Sudah waktunya sarapan," jawab seseorang yang suaranya sudah Alex kenal.
Seketika mata Alex terbuka dan ia langsung menatap pintu kamarnya dengan tajam, seakan-akan tatapannya itu bisa menembus pintu dan menusuk langsung orang yang berada di baliknya.
"Pergilah, aku sedang tidak ingin di ganggu!" usir Alex pada orang itu.
Terdengar suara helaan nafas panjang, lalu suara familiar itu kembali terdengar di telinga Alex.
"Ya sudah, nanti kalau lapar kamu turun ya? Jangan menyiksa lambungmu yang tidak salah apapun," jawab orang itu suara tenangnya.
Setelah mengatakan hal itu terdengar suara orang menjauh, lalu Alex pun menatap langit-langit kamarnya dengan tajam dan sinis.
"Cih lagi-lagi sok perhatian," gumam Alex kesal.
Alex pun memilih untuk kembali memejamkan matanya, tidak ada niatan sedikit pun untuk bangun dan bergabung sarapan dengan yang lain. Hingga akhirnya Alex kembali larut dalam tidurnya, hingga beberapa jam kemudian barulah Alex merasa puas dan terbangun dari tidurnya.
Jam di dinding menunjukan pukul 9 pagi, lalu Alex bangkit dari tempat tidurnya dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai Alex berganti pakaian, dan tidak lupa ia memasukan ponsel serta dompetnya ke dalam kantong. Di rasa selesai dengan penampilan, Alex langsung mengambil kunci mobilnya dan melangkah keluar kamar.
Biasanya Alex akan langsung melangkah keluar, tapi sayang hari ini ada ayah dan juga istri barunya yang sedang duduk santai di ruang tengah. Mau tidak mau Alex harus melewati mereka agar bisa keluar rumah, seketika wajah Alex pun menjadi datar dang dingin. Alex melangkah melewati ruang tengah, dan sesuai dugaannya sang ayah kembali menegurnya.
"Alex, mau kemana kamu?" tanya Adijaya dengan nada tegasnya.
Alex memutar bola matanya malas, lalu ia pun menjawab pertanyaan itu dengan singkat.
"Main," jawab Alex seadanya tanpa menatap sang ayah.
"Ini hari libur, sebaiknya di rumah saja!" balas Adijaya mengusulkan.
"Tidak betah. Di luar lebih nyaman," jawab Alex dengan senyum miringnya.
Mendengar jawaban Alex Adijaya pun sedikit emosi, lalu ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Alex.
"Mau sampai kapan kamu bersikap seperti ini? Apa kamu tidak berpikir bagaimana perasaan ibumu di sana melihat anak kesayangannya menjadi sulit di atur dan suka membangkang?" tekan Adijaya pada Alex.
Seketika Alex mendecih tidak suka, lalu ia menatap sang ayah dengan luapan emosi yang siap meledak.
"Lebih kecewa mana dengan suami yang di cintainya malah menikah lagi dengan perempuan lain, tepat 1 tahun setelah kepergiannya?" balas Alex dengan tatapan tajamnya.
Seketika Adijaya terdiam, lalu Alex pun menampilkan senyum miringnya.
"Kenapa diam? Tidak bisa membalas? Semua sama saja yah, munafik!" tekan Alex dengan jelas.
Plakk ...
Mendengar perkataan Alex, Adijaya pun jadi emosi. Tanpa sengaja ia mengalunkan tangannya dan menampar Alex, padahal Alex tidak salah. Alex hanya tidak tau kebenarannya, karna itulah ia berpikir seperti itu. Sesaat setelah menampar Alex, Adijaya pun tersadar jika ia telah berbuat salah.
"Maafkan ayah Alex ayah tidak sengaja," ucap Adijaya langsung pada Alex.
Alex hanya menampilkan senyum simpulnya, lalu ia menatap sang ayah dengan tatapan sendu yang penuh dengan rasa kecewa.
"Sudah aku katakan semuanya sama saja, munafik.!" ungkap Alex penuh rasa kecewa, lalu setelah itu ia melangkah dengan cepat keluar dari rumah dan menaiki mobilnya.
Adijaya berusaha mengejar anaknya itu, tapi ia terlambat. Mobil Alex lebih dulu melaju meninggalkan rumah, dan ia hanya bisa menatapnya dengan sedih.
"Maafkan ayah Alex, ayah tidak bisa mengatakan kejadian yang sebenarnya padamu," gumam Adijaya sendu
Alex melajukan mobilnya menuju ke taman kota, beruntung saat itu keadaan taman sedang sepi sehingga Alex bisa meluapkan kesedihannya tanpa harus bersembunyi dari orang lain.
"Aaakhhhh, kenapa semuanya jadi seperti ini?! Kenapa tidak ada yang bisa mengerti perasaan gw, kenapa?! Gw capek hidup seperti ini terus, gw lelah dengan semua kebencian yang ada!" teriak Alex meluapkan emosi.
Alex duduk dengan tubuh yang lemah di kursi taman, emosinya seakan menguras habis semua tenaganya.
"Ibu, aku rindu ibu. Kenapa ibu pergi tanpa membawaku? Kehidupanku kini sulit bu, aku bahkan tidak tau lagi harus bagaimana. Aku lelah dengan semua ini bu, aku lelah menyimpan rasa sakit ini sendiri. Jika saja aku boleh meminta, aku ingin bersama denganmu bu!" gumam Alex dengan air mata yang mulai menetes dari matanya.
Tanpa Alex sadari ada seseorang yang menatapnya dengan sendu, orang itu juga mendengar semua perkataan Alex tentang masalah hidupnya. Sejujurnya ia terkejut saat tau jika Alex ternyata tidak sejahat yang terlihat, semua sifat buruknya itu di sebabkan hatinya yang kosong dan hancur.
Merasa jika ia harus menghibur Alex, akhirnya orang itu pun melangkah mendekati pria itu. Walaupun ia tau, akan sulit menenangkan Alex di situasi hatinya yang panas seperti saat ini. Pertengkaran dan perdebatan pun pasti akan terjadi, tapi orang itu yakin jika Alex akan menerima hiburannya. Bagaimana pun juga Alex memang butuh teman, hanya teman untuk membagi kisah sedihnya.
Orang itu menghela nafas panjang lebih dulu, ia harus meyakinkan dirinya untuk siap menerima perkataan pedas Alex yang mungkin akan menyakiti hatinya nanti. Setelah di rasa siap, akhirnya orang itu pun mendekati Alex dan duduk di sampingnya. Sesuai dugaan, Alex langsung menatapnya tajam dan dingin.
"Kenapa?" tanya orang itu dengan santainya.
"Ngapain lo disini?" balas Alex dengan suara beratnya.
"Duduk dan menikmati suasana, ada masalah?" jawab orang itu apa adanya.
"Lebih baik lo pergi, gw sedang ingin sendiri!" Tukas Alex penuh penekanan.
"Tapi sendirian itu tidak baik kan?" balas orang itu mengabaikan permintaan Alex.
Alex menatap orang itu dengan tajam dan dingin, sedangkan yang di tatap malah terlihat santai walaupun sebenarnya ia sedikit gemetar juga karna merasa gugup dengan tatapan Alex yang berbeda dari biasanya itu.
"Gw sedang ingin sendiri, kalau lo tidak mau pergi maka gw yang akan pergi!" tekan Alex lalu bangkit dari posisi duduknya akan pergi.
Orang itu langsung menahan tangan Alex, hal itu membuat Alex semakin kesal.