"Ya sudah makan! Jangan cuma di lihatin," titah Alex pada Clara.
Mendengar hal itu Clara pun tersenyum, tanpa menunggu lama ia langsung menyantap makanannya dengan lahap.
"Astaga, mimpi apa gw semalam? Tapi kayaknya gak mimpi apa-apa deh, tapi ya syukuri ajalah. Duh enaknya makanan ini," gumam Clara tidak jelas.
Alex menatap Clara aneh, lalu ia pun menyentil dahi Clara dengan gemas. Seketika Clara pun mengaduh kesakitan, lalu ia menatap Alex dengan tajam.
"Lo kenapa si? Sakit tau, benjol nih kepala cantik gw!" protes Clara dengan kesal.
Mendengar perkataan Clara, Alex malah semakin gemas dan mencoba untuk menyentil dahi Clara sekali lagi. Namun sayang, Clara menyadari hal itu jadi ia langsung menutupi dahinya sambil menatap Alex tajam.
"Lo kenapa sih? Penganiayaan nih, sakit tau!" keluh Clara lagi dengan wajah kesalnya.
"Abisnya lo lebay sih makan gituan aja kata-katanya udah kayak lagi makan di luar negeri," balas Alex dengan tatapan malasnya.
Seketika Clara menunjuk Alex dengan garpunya, lalu ia pun menjawab perkataan Alex itu.
"Eh Alex, buat lo lebay buat gw gak. Kenapa? Karna memang itu kenyataannya, gw bukan lo yang bisa sepuasnya makan makanan mewah seperti ini. Jadi wajar saja kalau gw sedikit norak, namanya juga kesempatan!" tekan Clara dengan apa adanya.
Alex terdiam, entah ia salah lihat atau memang Clara menunjukannya. Alex seakan-akan melihat mata Clara meredup saat mengatakan hal itu, seperti Clara merindukan makanan itu sejak lama.
"Lo pernah makan makanan ini sebelumnya?" tanya Alex serius ingin tau.
Clara terdiam, ia tidak tau harus jawab apa pada Alex saat ini. Kalau Clara menjawab pernah, tentu saja Alex akan kembali bertanya hingga Clara membongkar masa lalu yang sudah di tutup rapat. Tapi jika ia jawab tidak, itu artinya ia berbohong. Clara benar-benar tidak tau harus bagaimana, situasi itu sedikit sulit untuknya. Sedangkan Alex yang melihat Clara terdiam semakin curiga, sepertinya ada yang Clara sembunyikan tentang dirinya.
"Woy, kenapa malah diam? Jawab dong!" tegur Alex pada Clara.
Clara menatap Alex ragu, lalu ia pun mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan Alex sebelumnya. Melihat hal itu Alex pun semakin penasaran, jika Clara pernah makan makanan seperti itu berarti Clara bukan orang biasa. Tapi, kenapa Clara sekarang jadi hidup sederhana?
"Lo yakin pernah makan di tempat seperti ini? Kan mahal, tadi aja lo terkejut kan dengan harganya?" tanya Alex pura-pura tidak percaya.
Alex terpaksa memancing Clara dengan perkataan yang menantang, karna itu satu-satunya jalan agar Clara mau mengatakan semuanya.
"Dih, siapa bilang gw gak pernah makan di resto seperti ini? Malah dulu gw setiap hari ke resto mewah atau kadang koki khususnya di panggil ke rumah," jawab Clara tanpa pikir lagi.
Seketika Clara menutup mulutnya terkejut, kenapa juga dia malah mengatakan semua itu pada Alex. Sudah jelas Alex akan penasaran setelah ini, dan Clara akan terus di tanya-tanya olehnya hingga pria itu merasa pertanyaannya di jawab tuntas.
"Masalah, kenapa juga aku mengatakan semuanya?" gumam Clara frustasi.
Alex menatap Clara dengan wajah heran, ternyata benar jika Clara bukan berasal dari keluarga biasa. Tapi kenapa sekarang dia hidup seperti itu?
"Kenapa lo sembunyikan?" tanya Alex semakin penasaran.
"Apa?" balas Clara pura-pura tidak tau.
"Lo bukan dari keluarga biasa kan? Kenapa di sembunyikan?" ungkap Alex lebih jelas.
Clara terdiam, jika sudah seperti ini apa bisa ia mengelak? Semua sudah terjadi, dan tidak ada jalan lagi untuk Clara menarik ucapannya itu
"Gw tidak menyembunyikan karna nyatanya gw memang orang biasa," jawab Clara apa adanya.
Alex mengernyit tidak percaya, ia pikir Clara masih saja menyembunyikan identitasnya. Padahal jelas sekali tadi Clara mengungkap jika ia sering datang ke restoran mewah, bahkan mampu membawa koki ternama ke rumahnya. Jika bukan orang berada, lalu bagaimana bisa Clara datang ke restoran mewah setiap hari?
"Benarkah?" tanya Alex tidak percaya.
Clara menghela nafas panjang, sepertinya Alex tidak akan percaya dengan mudah. Mau tidak mau Clara harus mengatakan yang sebenarnya, bagaimana perubahan hidupnya secara gradalam sekejap.
"Gw berkata apa adanya, dulu memang keluarga gw keluarga berada. Tapi sekarang tidak lagi, karna semua sudah kembali ke titik awal!" jawab Clara memperjelas situasinya.
Alex terdiam, ternyata seperti itu kenyataan yang sebenarnya. Pantas saja Clara bersikap berani dan tidak pernah takut pada siapapun, semua itu karna sejak awal dia memiliki jiwa keras orang kelas atas.
"Begitu? Pantas saja lo orangnya ngeselin," balas Alex dengan santainya.
Seketika Clara langsung menatap Alex malas, di saat serius seperti ini Alex masih sempat-sempatnya mengejek Clara. Benar-benar merubah suasana sekali, Clara pun jadi kesal sekarang karna perkataan Alex itu.
"Kenapa kamu menyebalkan sekali Alex? Kita sedang membahas masalah serius, kenapa malah di buat jadi bahan ejekkan?" keluh Clara pada pria itu.
Alex mengangkat bahunya abai, lalu ia melanjutkan makan siangnya yang tertunda. Hal itu pun membuat Clara jadi geram sendiri, lalu ia menyantap makan siangnya dengan kesal.
20 menit kemudian, Alex dan Clara selesai dengan makan siang mereka. Lalu Alex memanggil pelayan untuk menunjukan bilnya, setelah itu Alex membayar semua pesanan itu sesuai janji. Selesai dengan perkara makan siang, Alex dan Clara pun keluar dari resto.
"Terima kasih loh ya tuan Alex! Hari ini benar-benar baik sekali," puji Clara dengan senyum lebarnya.
"Giliran gini di puji ya? Kemaren-kemaren apa kabar?" balas Alex dengan tatapan mengejeknya.
"Masih untung di puji, dari pada gw bully kan?" jawab Clara dengan wajah malas.
"Itu berarti gak niat mujinya," balas Alex menuduh.
"Ya sudahlah, gak jadi muji!" tukas Clara dengan kesal.
Mendengar perkataan Clara, Alex pun tersenyum geli. Entah sudah ke berapa kalinya ia tersenyum di hari itu, rasanya seperti tubuhnya di penuhi bunga-bunga yang bermekaran.
"Bercanda sayang, sudah ayo naik ke mobil!" balas Alex dengan seringainya.
Seketika Clara menatap Alex terkejut, bukan karna kesal atau marah. Tapi karna mendengar Alex memanggilnya sayang, sungguh rasanya Clara jadi speechless seketika.
"Lo panggil gw apa tadi?" tanya Clara memastikan.
"Apa?" balas Alex tidak mengerti.
"Tadi lo bilang apa? Gw takut salah dengar," jelas Clara dengan tatapan penasarannya.
Alex mengernyit heran, lalu ia pun mengingat apa yang tadi ia sebutkan sehingga Clara jadi penasaran seperti itu. Dan seketika Alex melebarkan matanya terkejut, saat ingatannya mencetak jelas kata itu.
"Apa tadi gw panggil Clara dengan kata sayang? Astaga, apa-apaan sih gw?" batin Alex berkata dan terkejut.