"Bukan apa-apa, hanya candaan saja!" ucap Alex mengelak.
Clara pun hanya mengangguk saja, ia tidak mau berharap lebih ataupun terlalu percaya diri. Mungkin memang benar, Alex hanya bercanda padanya.
"Oh ya udah," balas Clara seadanya.
Alex menghela nafas tenang, setidaknya Clara tidak curiga dengan alasannya itu. Kalau tidak, entah apa yang harus Alex katakan untuk menjadi alasan. Karna nyatanya Alex sendiri tidak menyadari hal itu, kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Clara melihat Alex masih diam di posisi yang sama, tanpa pikir panjang Clara langsung memanggil Alex dan menegurnya. Alex yang di panggil pun langsung tersadar dari lamunannya, lalu ia menatap Clara dengan heran.
"Alex!" panggil Clara sedikit kencang.
"Hah? Apa?" gumam Alex bingung.
"Katanya mau pulang, ayo!" jawab Clara mengingatkan, bahkan ia sudah berada di samping mobil Alex.
Alex pun mengangguk paham, lalu ia melangkah mendekati mobil dan masuk ke dalamnya. Di ikuti Clara disisi penumpang, lalu mobil pun bergerak keluar dari parkiran dan melaju membelah jalan.
"Langsung pulang?" tanya Alex pada Clara.
Clara menoleh pada pada Alex dengan wajah heran, entah kenapa Alex jadi seperti orang linglung sekarang. Padahal sebelumnya ia yang memutuskan semuanya, tapi sekarang malah sebaliknya.
"Yang benar saja, ada apa denganmu sebenarnya? Kenapa malah bertanya padaku terus?" balas Clara dengan heran.
Alex pun meneguk ludahnya kasar, ia sendiri tidak tau kenapa rasanya jadi gugup berada di dekat Clara seperti itu. Padahal sebelumnya ia tidak seperti itu, tapi karna kata-kata itu Alex jadi merasa hatinya terasa aneh.
"Tidak apa, aku hanya lupa," jawab Alex mengelak.
Clara menatap Alex tidak percaya, sepertinya Alex sedang tidak baik sekarang. Jadi daripada otaknya semakin rusak, lebih baik Clara di antar pulang saja.
"Antar aku pulang, setelah itu kau yang pulang!" tukas Clara dengan serius.
"Baiklah," jawab Alex menurut.
Mobil melaju membelah jalan raya dengan kecepatan sedang, tidak ada lagi obrolan ataupun pertanyaan yang muncul dari keduanya. Mereka membiarkan keheningan berkuasa, hingga akhirnya mobil Alex tiba di halaman rumah Clara. Clara pun bersiap untuk turun, tapi sebelum itu ia mengucapkan terima kasih lebih dulu kepada Alex.
"Terima kasih untuk semuanya Lex, hari ini lo benar-benar baik sama gw!" ucap Clara dengan serius.
Alex mengangguk santai, lalu ia berpamitan pada Clara karna ingin langsung pulang ke rumah.
"Iya sama-sama, ya sudah kalau gitu gw juga pamit ya. Terima kasih juga karna sudah menemani gw, jangan lupa istirahat ya?" balas Alex dengan senyum tipisnya.
Clara menatap Alex sesaat, lalu setelahnya ia tersenyum dan mengangguk.
"Ok, hati-hati ya!" jawab Clara mengingatkan.
Alex mengangguk paham, lalu Clara keluar dari mobil Alex dan melambaikan tangan. Sementara Alex kembali melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu, setelah mobil Alex tidak terlihat lagi Clara pun melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Sesampainya di rumah, Clara langsung masuk ke dalam kamar. Ia membersihkan diri dan berganti pakaian, sungguh hari-hari yang cukup menyenangkan untuk Clara. Sudah lama ia tidak bermain sepuas itu, dan semua bisa ia rasakan kembali berkat Alex.
"Alex, gw pikir dia cuma cowok manja yang sok berkuasa di sekolah. Tapi ternyata tidak juga, di balik sikap jahatnya ternyata dia hanya cowok biasa yang kesepian. Saat melihat tawa lepasnya di taman bermain tadi, entah kenapa gw merasa kalau dia itu sebenarnya baik. Dan dia memang baik, hanya saja dia tidak pandai berbohong," gumam Clara menilai sosok Alex yang berbeda.
Semakin di pikirkan lebih jauh Clara jadi semakin mengerti, kalau Alex yang di kenalnya selama ini itu bukanlah Alex yang asli. Karna Alex yang asli itu baik dan ceria, sedangkan Alex yang di kenalnya itu arogan dan merasa paling hebat. Dua sisi yang sangat berlawanan, dan dua sisi itu menjelaskan jika Alex memiliki luka hati yang tidak biasa. Sama seperti Clara, hanya saja Alex tidak bisa menahan dirinya sehingga perubahan sifat itu terjadi. Sedangkan Clara bisa, Clara ternyata mampu melewati luka hati itu dan tetap menjadi dirinya sendiri.
.
.
.
"Alex!"
Alex baru saja tiba di rumahnya, ia akan melangkah menaiki tangga namun panggilan seseorang membuat langkahnya terhenti. Alex pun berbalik dan menatap datar orang itu, yang tidak lain adalah ibu tirinya yang tidak pernah ia anggap selama ini.
"Akhirnya kamu pulang? Sudah makan siang?" tanya wanita itu dengan senyum canggungnya.
Baru saja Alex akan mengabaikan wanita itu, tapi ia langsung teringat dengan kata-kata Clara.
"Lebih baik kita bangkit kan, dan memperbaiki apa yang salah itu!"
Alex pun tidak jadi pergi, mungkin ini saatnya untuk Alex memperbaiki apa yang salah.
"Sudah," jawab Alex seadanya.
Istri kedua Adijaya itu tersenyum senang karna Alex mau menjawab pertanyaannya, 1 tahun lebih ia mencoba berbicara dengan Alex tapi tidak satu kata pun Alex jawab. Dan ini adalah pertama kalinya Alex menjawab pertanyaannya, rasanya benar-benar membuatnya senang.
"Baguslah kalau seperti itu, sekarang kamu boleh ke kamar maaf sudah menghentikan langkahmu," balas wanita itu dengan senyumannya.
Alex menatap heran, padahal ia hanya menjawab singkat dan seadanya. Tapi kenapa wajah wanita itu terlihat begitu senang, memang apa yang menyenangkan dari kata 'sudah' itu?
"Kenapa kau terlihat sangat senang?" tanya Alex dengan heran.
Istri kedua Adijaya itu kembali menunjukkan senyumnya, ia benar-benar senang karna akhirnya Alex mau berbicara banyak dengannya.
"Aku Santi, kamu bisa memanggil aku tante Santi. Tadi kamu bertanya kenapa aku merasa senang kan? Tentu saja aku senang, karna kamu akhirnya sudah mau berbicara padaku. Setahun sudah kita hidup bersama, tapi tidak sekalipun kamu mau membuka suara padaku. Aku tau mungkin kehadiranku membuat kamu terluka, karna bagaimana pun ibu kandungmu baru saja tiada. Dan kini, akhirnya kamu mau menjawab pertanyaanku. Rasanya aku benar-benar senang, setidaknya aku tidak lagi membuat kamu marah dengan kehadiranku di sini," jawab Santi, ibu tiri Alex.
Seketika Alex terdiam, ia sama sekali tidak menyangka jika wanita itu begitu memikirkan perasaannya. Tapi tetap saja Alex tidak suka padanya, karna dia sudah merebut posisi ibunya saat ini.
"Baguslah jika kamu sadar diri, setidaknya aku tidak perlu menjelaskan lagi jika posisi ibuku tetap ada dan tidak akan pernah bisa di gantikan oleh siapapun!" balas Alex dengan nada seriusnya.
Santi mengangguk paham dengan hal itu, ia juga tidak pernah ada berniat untuk menggantikan posisi ibu kandung Alex ataupun istri pertama Adijaya.
"Aku tau," jawab Santi dengan wajah santai.