Akhirnya mobil Alex menepi ke sebuah restoran mewah, lalu Alex memarkirkan mobilnya di sana dan mengajak Clara keluar untuk makan.
"Sudah sampai, ayo kita keluar!" ajak Alex pada Clara.
Clara terdiam sambil menatap restoran di depannya, ternyata Alex benar-benar mengerjainya dengan permainan kata. Lalu Clara pun keluar dari mobil Alex dengan wajah kesal, sedangkan Alex malah menunjukkan senyum lebarnya.
"Bagaimana? Satu macam saja kan?" tukas Alex dengan seringainya.
"Kenapa tidak bilang saja sih kalau mau makan, kan gw jadi gak mikir yang lain!" protes Clara langsung dengan rasa kesalnya.
"Loh, emang lo mikir apa?" tanya Alex dengan tatapan ingin taunya.
Clara menatap Alex dengan malas, lalu ia pun melangkah lebih dulu masuk ke dalam resto itu. Alex hanya tertawa kecil melihat wajah kesal Clara, sungguh rasanya Alex ingin mencubit pipi Clara yang membulat.
"Benar-benar lucu sekali," gumam Alex, lalu ia ikut masuk ke dalam resto menyusul Clara.
Kini Clara dan Alex duduk di salah satu tempat yang di sediakan, lalu mereka akan memesan menu makan siang yang sesuai dengan keinginan mereka. Baru saja membuka buku menunya, Clara langsung terkejut bukan main. Alex yang melihat hal itu pun menatap Clara dengan bingung, lalu ia bertanya tentang apa yang membuat Clara terkejut sampai seperti itu.
"Ada apa? Kenapa terkejut?" tanya Alex heran.
Clara pun mendekatkan dirinya pada Alex, lalu ia berbisik tentang alasan dari rasa terkejutnya tadi.
"Lex, lo gak salah makan di resto ini?" balas Clara tidak yakin.
"Gak kok, emang kenapa?" jawab Alex dengan heran.
"Duh Lex yang benar aja si, di sini menunya mahal-mahal semua. Satu porsi aja seharga uang jajan gw seminggu, mana bisa bayar gw?" ungkap Clara dengan wajah malasnya.
Seketika Alex pun tertawa mendengar perkataan jujur Clara, sungguh hari itu Alex seperti menjadi dirinya sendiri tanpa topeng jahat yang akhir-akhir itu melekat pada dirinya. Clara sendiri menatap Alex dengan heran, tapi ia merasa tertarik dengan tawa lepas Alex yang satu itu.
"Ternyata Alex tampan juga jika sedang tertawa lepas seperti ini, coba saja setiap saat dia setampan ini sudah pasti gw akan jatuh cinta sama dia. Eh kok gitu, duh apa sih Clara?" batin Clara berkata.
Alex terdiam saat menyadari perubahan dirinya yang tertawa begitu lepas, lalu ia menatap aneh Clara yang tiba-tiba menggelengkan kepalanya.
"Lo kenapa? Sakit kepala?" tanya Alex pada Clara.
Seketika Clara terdiam, lalu ia menjawab pertanyaan Alex dengan suara gugupnya.
"Ti-tidak kok," jawab Clara dengan bingung.
Alex menaikan alisnya heran, tapi ia tidak memperpanjang hal itu dan membahas permasalahan utama tadi.
"Lo terlalu banyak berpikir, lagian siapa yang bilang kalau lo yang harus bayar?" tanya Alex dengan senyum gelinya.
"Ya tidak ada sih, tapi kan memang begitu kan?" jawab Clara dengan wajah paniknya.
"Gak, lo tenang aja hari ini full gw traktir!" balas Alex memberitahu.
Seketika Clara menatap Alex tidak percaya, rasanya ia seperti salah dengar atau halusinasi terlalu berharap.
"Lo bilang apa tadi? Sepertinya gw salah dengar," tanya Clara memastikan.
"Lo gak salah dengar Ra, hari ini gw yang traktir semuanya!" jawab Alex memperjelas.
"Yang benar saja, emang lo punya duit sebanyak itu?" balas Clara tidak percaya.
"Udah deh Ra, jangan kebanyakan tanya. Mending lo pesan aja mau makan apa, kasihan tuh pelayannya kelamaan nungguin lo!" tukas Alex mengingatkan.
Seketika Clara langsung menoleh ke belakang, ternyata benar ada seorang pelayan yang berdiri di sana sambil tersenyum padanya.
"Astaga Alex, kenapa gak bilang dari tadi?" protes Clara lagi pada Alex.
"Salah sendiri bertanya terus," balas Alex balik menyalahkan.
Seketika Clara terdiam, dan memilih menu makan siang yang paling murah tapi enak. Hingga akhirnya ia menemukan menu nasi goreng yang di sajikan bersama steak barbeque, tanpa pikir panjang Clara langsung memilih menu itu.
"Saya pesan nasi goreng steak dan juice strawberry," ucap Clara pada pelayan.
"Baik saya catat ya, nasi goreng steak dan juice strawberry?" jawab pelayan itu memastikan.
"Iya terima kasih," balas Clara membenarkan.
Setelah Clara, kini pelayan itu beralih menatap Alex untuk mendengarkan pesanannya.
"Steak premium dan lemon tea," ucap Alex langsung tanpa melihat buku menu.
"Baik saya catat, steak premium dan lemon tea?" ulang pelayan itu memastikan.
Alex mengangguk membenarkan, lalu pelayan itu pun pamit ke belakang untuk menyiapkan menu pesanannya. Setelah pelayan itu pergi, kini hanya Clara dan Alex yang kembali terdiam karna tidak ada pembahasan.
"Sepertinya lo sudah terbiasa makan di resto ini ya? Sampai-sampai sudah hapal dengan menu andalannya," tanya Clara pada Alex.
Alex menunjukan senyum tipisnya, lalu ia mengangguk membenarkan dugaan Clara itu.
"Iya gw emang suka makan di sini," jawab Alex apa adanya.
Clara terdiam, lagi-lagi Alex menunjukkan tatapan sendunya seperti saat di makan malam itu.
"Kenangan bersama ibu, kan?" tanya Clara memastikan.
Alex menatap Clara dalam, lalu ia mengangguk membenarkan.
"Iya, beberapa tahun lalu gw dan ibu gw makan di resto ini. Ibu gw suka dengan steak premium karna itulah gw selalu pesan menu itu setiap kali datang ke resto ini," jawab Alex memperjelas.
Clara mengangguk paham, pantas saja Alex hapal menu andalan di sana. Ternyata memang ia sudah mengingat menu itu sejak lama, hingga saat ini.
"Enak gak?" tanya Clara ingin tau.
"Menurut lo?" balas Alex dengan alis yang terangkat.
"Ya untuk harga semahal ini si harusnya enak, kalau tidak enak gw proteslah. Masa iya sudah bayar mahal rasanya gak enak, rugi bandar dong!" jawab Clara dengan wajah seriusnya.
"Gaya lo, padahal nyatanya gw yang bayar!" tukas Alex mengingatkan.
"Iya juga ya? Ya sudah kalau gitu lo yang marah," balas Clara seadanya.
"Makin di dengerin makin gak jelas, mending diam deh!" jawab Alex sambil menatap Clara malas.
Clara pun terdiam sambil menekuk wajahnya, tidak lama kemudian pesanan mereka datang dan Clara langsung menatap makanan itu dengan berbinar.
"Biasa aja kali lihatnya," tegur Alex pada Clara.
"Ya gimana ya, namanya makanan mahal. Mengunggah selera gitu, jarang-jarang kan gw makan mewah seperti ini!" balas Clara dengan senyumannya.
Alex menatap Clara prihatin, ternyata selama ini hidup Alex cukup beruntung karna bisa merasakan hal-hal mewah dan terkenal. Melihat Clara yang takjub melihat steak daging membuat Alex sadar, jika di luar sana masih banyak orang yang menginginkan posisinya. Seharusnya ia banyak-banyak bersyukur, dan menikmati takdirnya itu dengan baik. Bukannya mengeluh, karna memiliki masalah dalam keluarga.