Chereads / CEO'S SECOND WIFE / Chapter 5 - Kebohongan Untuk Kebaikan

Chapter 5 - Kebohongan Untuk Kebaikan

Seiring berjalannya waktu, semakin hari Lavanya dan Arzan semakin dekat. Walaupun hanya sebatas melalui via telepon seluler. Mereka berdua lebih sering teleponan atau sekedar chatan. Namun ketidak sengajaan lah yang membuat mereka berdua lagi-lagi bertemu kembali.

"Syukurlah. Akhirnya selesai juga meeting kali ini," gumam Lavanya.

"Aw," lirih Lavanya.

Lavanya menabrak seseorang di sebuah Restaurant setelah dia selesai meeting di dalam tadi bersama dengan para klien nya. Siapa sangka jika yang menabraknya itu adalah Arzan.

"Arzan?"

"Lavanya? Maaf ya, aku ga sengaja."

"Iya ga apa-apa. Aku juga salah tadi karena sambil main handphone."

"Kamu di sini habis meeting lagi?"

"Iya. Baru aja selesai."

"Sekarang udah jam makan siang. Mau makan siang bersama?"

"Hmm, boleh."

"Oke, silahkan."

"Iya."

Lavanya berjalan lebih dulu tepat di depan Arzan. Dia memilih tempat duduk untuk mereka berdua. Lavanya langsung mengangkat tangan kanannya kepada salah satu pelayan di sana dan langsung memesan makanan. Selama menunggu pesanan datang, Lavanya dan Arzan saling berbincang-bincang membicarakan tentang pribadi mereka masing-masing.

"Oh iya, kamu kerja dimana Arzan?" tanya Lavanya yang sebenarnya sudah ingin dia tanyakan sejak lama.

"Aku kerja di kantor sebelah."

"Oh ya? Bagian apa?"

"Aku hanya karyawan biasa di sana. Kalau kamu? Kamu pasti menduduki jabatan penting ya di tempat kerja kamu?"

"Engga. Aku juga cuma karyawan biasa. Kayanya itu pesanan kita deh."

Lavanya tidak jujur dengan Arzan. Dia tidak memberitahukan siapa dirinya sebenarnya. Karena yang ada di benak Lavanya, Lavanya takut jika Arzan merasa sungkan dengannya setelah mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Apalagi setelah mengetahui jika Arzan hanyalah seorang karyawan biasa di perusahan yang tidak begitu besar. Lavanya mengalihkan pembicaraannya dengan membahas mengenai hal yang lainnya.

Dan ternyata benar, makanan dan minuman yang datang itu adalah pesanan mereka berdua. Lavanya dan Arzan pun menikmati hidangan yang sudah mereka pesan. Entah kenapa, bisa makan siang bersama dengan Arzan adalah sebuah kebahagiaan bagi Lavanya. Lavanya benar-benar sudah jatuh cinta dengan kesederhanaan Arzan.

Apalagi setelah makan siang bersama dengan Arzan, Lavanya mengetahui sisi lain dari Arzan. Ternyata selain dia sederhana dan baik, Arzan juga adalah seseorang yang menyenangkan. Dia bisa membuat lawan bicaranya tersenyum ketika berbicara dengannya. Orangnya bisa diajak bercanda tetapi juga bisa serius ketika pembahasan pembicaraan itu pun serius. Bonusnya adalah ketika di lihat semakin lama, Arzan semakin terlihat ketampanannya. Dengan kedua bola mata berwarna cokelat membuat mata yang memandangnya merasa teduh. Belum lagi dengan hidungnya yang mancung dan bibirnya yang merah merona secara alami serta kedua alisnya yang tebal yang membuat dirinya terkesan sangat gagah.

"Habis ini kamu mau kemana?" tanya Arzan.

"Aku mau balik ke kantor."

"Kalau gitu aku antar."

"Ga usah. Kamu juga kan harus kerja. Apalagi kantor kamu lebih dekat dari sini. Kalau kamu antar aku, yang ada kamu nanti telat masuk kantor."

"Tapi yakin kamu ga kenapa-kenapa sendiri?"

"Iya aku ga kenapa-kenapa."

"Yaudah kalau gitu kamu hati-hati ya."

"Iya, sama-sama. Makasih juga ya makan siangnya."

"Sama-sama."

Lavanya langsung masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan Restaurant untuk kembali ke kantor. Begitu juga dengan Arzan yang harus kembali ke kantornya.

"Hans, kalau kamu ga mau bulan madu ga apa-apa. Biar aku bilang ke Nenek ya nanti," ucap Aleysa.

"Kamu itu apa-apaan sih. Tadi kamu yang mau terima tiket bulan madu ke Eropa dari Nenek. Masa iya sekarang kamu sendiri yang batalin. Apa kata Nenek nanti. Pasti dia marah."

"Yaudah kalo gitu kita jadi pergi ke Eropa besok?"

"Ya mau ga mau kita harus berangkat."

"Yaudah kalau gitu Hans."

Aleysa pun meneruskan menyiapkan barang-barang untuk bulan madu mereka berdua. Ketika Aleysa sedang memasukan batang ke dalam koper, secara diam-diam Hans memandangi wajah istrinya yang sangat cantik sambil berkata di dalam hatinya, "sebenarnya aku mau banget bulan madu sama kamu. Tapi aku terlalu egois untuk mengatakan hal itu."

Ketika Aleysa dan Hans sedang berada di kamar, tiba-tiba saja terdengar teriakan dari lantai bawah rumah Hans. Terdengar suara teriakan Neneknya Hans, Danisa dan juga Mamahnya Hans.

"Ya ampun. Suara apa itu Hans?" tanya Aleysa yang jelas-jelas Hans juga tidak tahu.

"Aku juga ga tahu. Kamu tetap di dalam kamar sini. Biar aku yang lihat ke bawah."

"I... Iya Hans. Kamu hati-hati."

"Iya."

Dan akhirnya hanya Hans lah yang turun ke bawah untuk memastikan apa yang sedang terjadi di sana. Sedangkan Aleysa hanya di suruh tunggu di dalam kamar oleh Hans. Karena Hans sebenarnya sangat peduli dengan istrinya. Dia tidak mau sampai Aleysa kenapa-kenapa. Di dalam kamar Aleysa pun merasa sangat khawatir takut terjadi apa-apa dengan Hans dan yang lainnya.

"Ya Tuhan. Jagalah Hans. Semoga aja tidak terjadi apa-apa di sana," ucap Aleysa sendirian sambil berharap-harap cemas.

Setibanya Hans di bawah, ternyata sudah ada beberapa orang laki-laki jahat yang sedang ingin menyakiti keluarganya. Dengan gagah beraninya Hans langsung menghajar mereka semua.

"Siapa kalian? Mau apa kalian?" teriak Hans.

"Nah ini dia orangnya. Akhirnya keluar juga."

"Jangan pernah kalian sakiti keluarga saya. Kalo berani, lawan saya."

"Nantangin. Serang dia."

Hans pun akhirnya diserang oleh beberapa laki-laki jahat itu. Semua orang jahat itu totalnya ada 5 orang. Sedang Hans hanya sendirian. Hans sempat kewalahan dan hampir saja kalah. Tetapi Hans berusaha untuk tetap kuat demi menjaga keluarganya. Dari atas sana sudah ada Aleysa, sang istri yang melihatnya sambil mengkhawatirkannya.

"Hans. Ya ampun," teriak Aleysa.

Tidak lama kemudian datang seseorang ke rumah itu dan langsung saja membantu Hans. Dia adalah Ershad. Kali ini Ershad datang tidak sendirian. Dia datang dengan beberapa temannya. Sehingga teman-temannya Ershad itu bisa membantu Hans melawan orang-orang jahat itu.

*****

"Wiss, ada yang lagi happy banget nih kayanya," ledek teman Arzan di kantor.

Setelah makan siang bersama dengan Lavanya tadi, Arzan memang terlihat lebih fresh dari raut wajahnya. Senyum tipisnya pun terlukis di kedua bibirnya yang merah merona secara alami.

"Happy lah. Gimana gua ga happy, gua habis makan siang bareng sama cewek yang pernah gua ceritain ke lu."

Ternyata bukan hanya Lavanya yang menceritakan tentang sosok Arzan kepada sahabatnya, tetapi Arzan juga menceritakan sosok Lavanya kepada teman dekatnya di kantor. Sedikit banyak temannya sudah tahu tentang sosok Lavanya dari cerita Arzan.

"Akhirnya ada kemajuan juga. Siapa nih yang bayarin makan siang? Jangan bilang dia yang bayar hahaha."

"Gua lah. Gua rela tabungan gua habis asalkan bisa ajak dia makan, jalan bareng. Entah kenapa rasanya nyaman banget kalau ada di dekat dia."

"Mantab bro. Semoga aja cewek kali ini benar-benar tulus ya sama lu."

"Iya, semoga aja. Udah ah gua mau kerja dulu. Semangat kerja buat ayang hahaha."

"Hahaha. Yaudah sana-sana."

Satu cerita yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang. Arzan pernah mencintai seorang wanita dengan sangat tulus. Segalanya sudah dia usahakan demi kebahagiaan wanitanya itu. Tetapi sayangnya wanita yang bersamanya saat itu terlalu banyak menuntut dirinya. Arzan yang hanya sebagai karyawan biasa yang memiliki gaji pas-pasan untuk hidup pun tidak bisa memenuhi keinginannya. Hingga akhirnya Arzan ditinggalkan begitu saja. Sampai saat ini kabar wanita itu sudah tidak terdengar lagi.

Bersyukur.

Mungkin itu kalimat yang pantas diucapkan oleh Arzan saat ini ketika bertemu dengan sosok Lavanya. Lavanya adalah seorang gadis yang baik, apa adanya, dan juga sangat menghargai dirinya. Membuat seorang Arzan kembali menjatuhkan hatinya. Namun entah apa yang akan Arzan lakukan ketika dia sudah mengetahui jika Lavanya bukanlah seorang gadis biasa. Tetapi dia adalah seorang putri tunggal dari pemilik perusahaan besar.

-TBC-