"Aku tahu. Aku tahu kamu mencintai aku dengan tulus. Tapi Ayah aku ga menyetujui hubungan kita. Aku harap, kamu bisa sabar untuk mendapatkan hati dan restu Ayah."
"Pasti. Pasti aku akan setia menunggu."
Arzan kemudian memeluk Lavanya dengan sangat eratnya. Lavanya menangis di dalam pelukan Arzan. Rasanya sangat hangat dan menenangkan. Lavanya tidak ingin kehilangan moment-moment seperti ini. Rasanya Lavanya ingin berlama-lama dengan Arzan dalam moment saat ini. Tetapi Arzan harus segera keluar dari dalam kamar sebelum ada yang melihat kedatangannya di sana.
"Yaudah kalau gitu aku pergi dulu ya. Kamu jangan menyiksa diri kamu seperti ini. Kalau kamu seperti ini, aku juga jadi ikutan sedih."
Lavanya hanya menganggukkan kepalanya. Arzan mengusap kedua pipinya yang sudah basah dengan air mata sebagai tanda perpisahan dengannya.
"Aku pamit dulu ya. Bye."
"Bye. Kamu hati-hati ya. Kabarin aku kalau udah sampai."
Arzan hanya memberikan senyuman sebagai balasannya. Dengan sangat hati-hati Arzan turun dari balkon kamar Lavanya. Karena kamar Lavanya berada di lantai dua. Setelah itu Arzan berjalan diam-diam supaya satpam di rumah Lavanya tidak melihatnya dan akan melaporkannya kepada Ayah Lavanya.
Lavanya tersenyum bahagia. Walaupun di satu sisi Ayahnya tidak merestui hubungannya dengan Arzan, tetapi Lavanya bahagia karena Arzan masih mau mempertahankan hubungan dengannya. Dan bahkan Arzan mau berjuang untuk mendapatkan restu Ayah Lavanya.
******
Tok... Tok... Tok....
"Permisi."
"Iya, silahkan masuk."
Dhira masuk ke dalam ruang kerja Ayah Lavanya. Karena kali ini Ayah Lavanya yang memanggilnya.
"Ada apa ya Pak?"
"Jadi gini Dhira. Sebenarnya saya ga enak mau bahas masalah ini karena saat ini sedang berada di kantor yang seharusnya untuk bekerja. Tapi saya mau minta tolong sama kamu."
"Minta tolong apa ya Pak?"
"Ini masalah Lavanya. Kamu itu kan sahabatnya Lavanya, tolong kamu kasih tahu dengan pelan-pelan ke Lavanya supaya dia tidak mempunyai hubungan lagi dengan laki-laki yang bernama Arzan. Saya bukannya banyak mengatur Lavanya, tapi saya hanya mau yang terbaik untuk putri saya."
Dhira hanya terdiam. Dhira bingung harus menjawab apa. Karena yang Dhira tahu Lavanya sangat bahagia jika bersama dengan Arzan. Dhira bisa merasakannya sendiri. Dhira tidak mungkin tega untuk memisahkan Lavanya dengan Arzan.
"Gimana Dhira?"
"I... Iya Pak. Nanti saya coba bicara dengan Lavanya. Tetapi saya hanya mau kasih saran ya Pak. Sebelumnya saya minta maaf. Kenapa Bapak ga restui aja hubungan mereka? Karena yang saya lihat, Lavanya itu bahagia bersama dengan Arzan, Pak."
"Kamu ga paham Dhira. Lavanya itu saat ini hanya sedang dimabuk cinta. Kedepannya pasti dia tidak akan bahagia. Yang ada Lavanya hanya dimanfaatkan oleh suaminya. Nanti kamu juga akan paham ketika anak kamu sudah dewasa."
"Baik Pak kalau begitu. Ada lagi mungkin Pak selain ini?"
"Ga ada. Itu aja. Makasih ya Dhira."
"Sama-sama Pak. Kalau begitu saya permisi."
"Iya, silahkan."
Setelah urusan mereka selesai, Dhira pun langsung keluar dari ruang kerja Ayah Lavanya yang menjabat sebagai CEO di perusahaannya sendiri.
"Hans dan Aleysa kemana?" tanya Mamahnya Hans.
"Udah lah biarin aja. Mungkin mereka berdua semalam habis bikin cicit untuk Nenek," jawab Neneknya Hans.
Emily yang mendengar jawaban dari Neneknya langsung terkejut. Dia yang sedang makan tiba-tiba terdesak begitu saja.
"Uhuk, uhuk, uhuk."
"Kamu kenapa Emily?" tanya Mamahnya Hans.
"Engga, Bu. Saya ga kenapa-kenapa."
Emily langsung mengambil segelas air putih yang ada di sampingnya dan membersihkan mulutnya.
"Engga, ga mungkin. Ga mungkin Hans melakukan itu sama Aleysa. Itu semua ga boleh terjadi. Hans ga boleh punya anak dari Aleysa. Kalau Hans punya anak dari Aleysa, udah pasti Hans akan sangat sayang sama Aleysa dan dia pasti akan lupain aku gitu aja," ucap Emily di dalam hatinya.
"Ternyata Ayahnya Lavanya ga setuju sama hubungan dia dan Arzan. Terus aku harus gimana? Aku ga akan tega pisahkan Lavanya dengan laki-laki yang dia cinta. Ah, itu nanti lagi deh aku pikirkan. Sekarang yang penting aku harus selesaikan pekerjaan aku dulu."
Dhira kembali ke ruang kerjanya dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Sambil memikirkan bagaimana caranya untuk berbicara dengan Lavanya mengenai masalah Ayahnya yang meminta tolong kepada Dhira untuk memisahkan Lavanya dengan Arzan.
Ketika Dhira hendak kembali ke ruang kerjanya, tiba-tiba aja Dhira bertemu dengan Lavanya. Lavanya yang awalnya tidak mau masuk kantor karena sedang ngambek dengan Ayahnya.
"Hai Dhira," sapa Lavanya dengan senyumannya yang sangat indah.
"Ya ampun. Ada Nenek sihir segala sih di sini. Pasti aku ga akan di izinkan untuk keluar kantor," ucap Emily di dalam hatinya.
"Mau kemana kamu?" tanya Mamahnya Hans.
"Engga. Saya ga mau kemana-mana Bu. Saya mau kembali ke ruang kerja saya."
"Terus Hans kemana?"
"Tadi Pak Hans ke luar, Bu. Tapi saya ga tahu kemana."
"Dasar anak itu. Yudah kalo gitu kamu lanjutkan pekerjaan kamu."
"Baik, Bu."
"Lavanya? Kok kamu ke kantor juga? Bukannya katanya kamu lagi ga enak badan?"
"Tadinya sih gitu. Tapi sekarang tiba-tiba sehat lagi, hehe."
"Kelihatannya kamu lagi senang banget nih. Ada apa sih? Cerita dong ke aku."
"Ayooo. Kita ke kantin kantor aja ya. Sebentar lagi juga udah jam istirahat kan."
"Bolehh."
Akhirnya Dhira mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pekerjaannya. Dhira lebih memilih untuk menemani Lavanya bercerita. Lavanya dan Dhira memang adalah sahabat yang selalu ada dan setia di saat senang maupun susah.
******
Di kantin.
Lavanya menceritakan semua kejadian yang sudah terjadi pada dirinya dan hubungannya dengan Arzan. Dhira yang sudah mengetahui ceritanya lebih dulu dari Ayah Lavanya tetap mendengarkan cerita Lavanya dengan sangat baik.
"Ya ampun Arzan sweet banget ya. Jarang-jarang loh ada cowok yang mau berjuang sampai sebegitunya," ucap Dhira sebagai respon dari cerita Lavanya.
"Iya aku juga merasa beruntung banget bisa kenal sosok laki-laki baik seperti Arzan yang mempunyai cinta yang tulus buat aku. Tapi aku bingung, Ayah ga restuin hubungan aku dan Arzan."
"Sebenarnya tadi Ayah kamu panggil aku ke ruang kerjanya."
"Oh ya? Terus Ayah bicara apa sama kamu? Pasti Ayah minta tolong supaya kamu pisahin aku dan Arzan juga kan?"
"Iya. Tapi aku ga akan tega pisahin kamu sama laki-laki yang kamu cinta. Pokoknya, aku akan terus mendukung hubungan kalian. Kamu harus kuat. Arzan aja mau berjuang. Kamu juga harus berjuang."
"Iya Dhira, pasti. Makasih banyak ya. Kamu emang sahabat terbaik aku."
"Iya, sama-sama."
Lavanya dan Dhira saling berpelukan. Mereka mengungkapkan rasa sayangnya masing-masing dengan sebuah pelukan.
-TBC-