Selama beratus-ratus tahun lamanya dunia Legendary Land diliputi oleh kegelapan. Makhluk-makhluk legendary penghuni di dalamnya dibuat resah dan tak pernah merasa nyaman dan aman. Oleh karena itu tak sedikit para makhluk immortal mulai dari siluman, penyihir dan sebagainya memilih mengungsi berbaur di dunia manusia, menghindari kepemimpinan otoriter yang semena-mena dari pemegang kekuasaan Legendary Land. Mereka menyebutnya sang kegelapan 'Dosta'.
Dosta beserta anak buahnya memiliki kekuatan di luar batas kemampuan para makhluk legendaris lainnya. Tidak ada yang benar-benar bisa mengalahkan mereka. Menurut ramalan, satu-satunya yang bisa mengalahkan sang kegelapan hanyalah kaum putih yakni bangsa Falcon penghuni istana es yang diyakini sebagai perwujudan dari dewa perang. Namun sayangnya Falcon sudah lama musnah, cerita mereka hanya terdengar turun temurun, dari mulut ke mulut dan dianggap sebagai mitos di dunia Legendary. Karena itulah yang membuat sebagian besar penduduk Legendary Land putus asa dan tunduk begitu saja kepada Raja mereka Sang Kegelapan.
Tapi, jika ada gelap pasti akan ada terang. Yang tidak diketahui oleh sebagian besar penghuni Legendary Land ialah bahwa masih ada satu Falcon yang hidup, bertapa, menunggu saatnya untuk dipanggil. Dan yang bisa memanggilnya hanyalah kaum pemegang sisi gelap dan putih yaitu manusia.
****
Gadis itu berlari menuju sisi hutan. Air matanya mengucur tertahan. Ia menepuk-nepuk dadanya menahan rasa sakit.
"Tidak adil, tidak adil."
Ia bergumam, sedetik kemudian isakan tangisnya lolos. Ia menangis sejadi-jadinya. Tangisan yang sejak tadi ia bendung akhirnya tumpah juga seiring ambruknya kedua kakinya yang melemas seperti agar-agar. Gadis itu terduduk lesu di pinggiran sungai sembari mengusap air matanya dengan punggung tangan.
Ia kemudian mendongak, menatap birunya langit berhiaskan burung-burung terbang yang menari tanpa beban.
Kenapa nasibnya seperti ini? Kenapa ia selalu tak beruntung? Kenapa hidup selalu mempermainkannya?
Orang yang dicintai menghianati dirinya, hidupnya terlunta-lunta oleh siksaan mental yang kian mendera. Dan hari ini... kesabarannya sudah habis. Tangan gadis itu mengepal seiring tangisannya yang mereda. Manik sepekat malam itu menyimpit diiringi kebencian yang mendalam. Begitu tega orang-orang itu. Seandainya dia punya sedikit kekuatan untuk membalas. Namun apalah daya, ia hanya gadis lemah yang tak punya kuasa apa-apa.
Lebih baik mati saja. Toh hidupnya hanya berisi kekosongan. Tapi, di sisi lain dia juga takut mati. Tidak... Belum siap mati tepatnya. Suwa harus bertahan sampai tujuannya berhasil. Lamunannya pun terhenti saat ia mendengar segerombolan orang yang mengejarnya semakin dekat. Suwa berlari kembali dengan tubuh bergetar penuh takut. Jangan sampai ia tertangkap.
Suara itu semakin terdengar jelas, membuat sekujur tubuhnya meremang.
"Dewa tolong aku, tolong aku!"
Ia sudah tersudut di sisi bebatuan sungai. Sampai dilihatnya seekor kupu-kupu terbang mengikuti arus sungai. Lalu kupu-kupu itu masuk ke dalam sebuah gua. Suwa mengikutinya, langkahnya semakin masuk ke dalam perut gua. Lalu seolah gravitasi terhenti, ia terperangah tak percaya melihat apa yang terdapat di dalam gua tersebut.
Es... Hamparan es yang sangat luas layaknya di daerah kutub. Di tengah - tengahnya terdapat bongkahan es yang menjulang tinggi.
Sungguh aneh.
Ini aneh. Musim salju masih lama? Lalu kenapa hanya daerah ini saja yang membeku?
Suwa benar-benar heran sekaligus merinding. Hendak keluar dari tempat aneh ini, namun ketakutannya akan tempat ini sirna sudah kala orang - orang yang mengejarnya juga masuk ke dalam gua sembari meneriak-neriakkan namanya seperti hewan pemangsa yang mengincar buruannya. Suwa bergerak cemas, lalu ia memutuskan bersembunyi di balik bongkahan es tersebut.
Ia menyenderkan tubuhnya di bongkahan es sembari mengatur jantungnya yang kian berdegup kencang, "Ya Dewa tolong aku, ku mohon tolong aku!"
Sedetik kemudian, bongkahan es itu tiba-tiba retak membuat Suwa reflek mundur. Manik gelapnya melebar ketika menyadari ada sesuatu di dalam bongkahan es tersebut. Seorang pria dengan mata terpejam membeku di sana. Dan jantung Suwa nyaris keluar dari tempatnya saat sosok itu tiba-tiba saja membuka mata menampilkan iris perak yang bersinar cerah kemudian bongkahan es itu berguncang dan meledak pecah.
"Terimakasih telah memanggilku."
****