Chereads / Reinkarnasi Sang Dewa / Chapter 5 - Pertempuran II

Chapter 5 - Pertempuran II

Sepuluh Dewa Sesat mulai kewalahan. Serangan yang dilayangkan oleh Dewa Pedang Api benar-benar hebat dan dahsyat. Kekuatan mereka masing-masing tidak akan sanggup menghadapinya.

Karena alasan tersebut, maka sepuluh Dewa itu memutuskan untuk menggabungkan kekuatan. Mereka mulai menciptakan jurus gabungan yang tidak kalah dahsyatnya.

Sepuluh jurus Dewa Sesat telah menyatu. Menciptakan satu gumpalan ungu yang sangat pekat dan membawa hawa kematian tebal.

Wushh!!!

Gumpalan ungu itu kemudian melesat sangat cepat ke arah Dewa Pedang Api. Tanah yang terlewati oleh gumpalan ungu seketika berterbangan ke segala arah. Sebagian lagi malah menyatu menjadi satu gumpalan lainnya.

Dewa Pedang Api tersenyum dingin.

Meskipun jurus gabungan itu sangat dasyat, tapi dirinya sangat yakin kalau dia mampu menghadapinya.

"Api Membakar Alam Semesta …"

Wushh!!! Wutt!!!

Dewa Pedang Api menegaskan pedang pusaka miliknya. Bersamaan dengan hal tersebut, tangan kirinya juga di hentakkan ke depan. Dari telapak tangannya tiba-tiba menyembur kobaran api yang sangat besar dan dahsyat.

Kobaran api itu segera membakar segala macam yang ada di sekitarnya. Jurus gabungan Sepuluh Dewa Sesat pun tidak terkecuali. Jurus itu telah dilahap oleh kobaran api ciptaan Dewa Pedang Api.

Melihat jurusnya berhasil, Dewa Pedang Api kemudian menjejakkan kakinya ke tanah. Tubuhnya langsung meluncur secepat kilat ke depan sana. Bersamaan dengan itu, dia kembali memainkan pedangnya dalam kecepatan yang sulit untuk diikuti oleh mata telanjang.

Sepuluh Dewa Sesat mengangkat tangan secara serempak. Mereka berusaha menangkis atau menghindari serangan berbahaya itu.

Sayangnya, usaha tersebut sia-sia semata. Walaupun gerakan menangkis dan menghindar sepuluh Dewa itu sangat cepat, namun serangan Dewa Pedang Api ternyata jauh lebih cepat lagi.

Sebelum semuanya kembali seperti semula, Pedang Phoenix Api sudah menelan korban nyawa. Satu Dewa dibuat tewas dengan kondisi tanpa kepala. Disusul kemudian dengan Dewa-dewa lainnya.

Kematian mereka beragam. Ada yang tewas tanpa kepala, tewas karena dadanya dirobek, bahkan ada pula yang tewas karena tubuhnya terbelah menjadi dua bagian.

Setelah berhasil membunuh sepuluh lawannya, Dewa Pedang Api langsung bergerak ke tempat lain. Dia ingin membantu rekan-rekannya yang membutuhkan bantuan.

Sementara di sisi lain, Dewa Rantai Ungu pun sedang berhadapan dengan beberapa Dewa Sesat. Jumlahnya ada sekitar tujuh Dewa.

Pertarungan di antara mereka sudah berjalan beberapa waktu. Tubuh Dewa Rantai Api masih utuh tanpa luka. Tapi tubuh ketujuh lawannya sudah bersimbah darah.

Pakaian mewah para Dewa itu telah berubah warna. Berbagai macam luka telah terlukis di beberapa bagian tubuhnya. Wajah mereka menyiratkan rasa takut yang teramat sangat.

"Jangan harap kalian bisa lolos dari kemarahanku," kata Dewa Rantai Ungu dengan suaranya yang lantang dan menakutkan.

Dewa itu sepertinya sudah marah besar. Kedua bola matanya tampak memerah. Dari seluruh tubuhnya mulai merembes keluar satu aura yang sangat menekan. Sepuluh orang Dewa yang menjadi lawannya dibuat bergetar. Untuk beberapa saat, mereka tidak mampu melakukan apa-apa kecuali hanya berdiri seperti patung.

"Rantai Agung Melilit Gunung …"

Dewa Rantai Ungu tiba-tiba berteriak sangat lantang. Sedetik kemudian, dia mengayunkan rantainya dari sisi kanan ke sisi kiri.

Rantai yang tadinya tidak seberapa panjang itu, mendadak menjadi panjang hingga puluhan kalu lipat. Rantai berwarna ungu tersebut melesat secepat angin.

Tanpa bisa dihalangi lagi, senjata pusaka tersebut langsung melilit semua Dewa yang menjadi lawannya.

Dewa Rantai Ungu kemudian menarik pusakanya dengan sekuat tenaga. Suara remuknya tulang seketika terdengar di telinga.

Tujuh Dewa Sesat itu menggertak gigi. Mereka berusaha melepaskan diri dari lilitan rantai dengan sekuat tenaga.

Sayang sekali, sekuat apapun mereka berusaha, hakikatnya tetap sia-sia saja. Dewa Rantai Ungu bukanlah lawan mereka. Kekuatannya pun mempunyai perbedaan yang sangat jauh.

Sehingga tidak memerlukan waktu yang terlalu lama, ketujuh Dewa sesat itu semuanya sudah tewas mengenaskan.

Seluruh tulangnya remuk. Darah segar merembes keluar dari seluruh lubang ditubuhnya.

Setelah berhasil menyelesaikan pertempurannya, Dewa Rantai Ungu segera menarik kembali pusakanya.

Pertempuran antara Sepuluh Dewa Senjata melawan pasukan Dewa Sesat dan Para Iblis itu semakin berlangsung sengit. Pasukan dibawah pimpinan Iblis Naga Neraka dan Raja Iblis Hitam, makin lama semakin berkurang.

Dari jumlah enam puluh tiga pasukan, sekarang hanya tersisa sekitar dua puluh pasukan saja.

Dua Penguasa Iblis itu sangat geram. Kemarahan mereka telah memuncak sampai ke ubun-ubun kepala.

Bagaimana tidak? Pasukan yang mereka bawa telah terbunuh lebih dari setengahnya, siapapun yang berada di posisi Iblis Naga Neraka dan Raja Iblis Hitam, pasti akan mengalami perasaan yang sama.

Tidak terkecuali dengan mereka berdua!

"Kalau dibiarkan terus, sepertinya pasukan kita bisa habis dalam sekejap," kata Iblis Naga Hitam sambil menahan rasa kesal.

"Benar. Oleh sebab itulah kita harus turun tangan sendiri dan membereskan Sepuluh Dewa Senjata," jawab Raja Iblis Hitam.

"Baik, aku setuju,"

Iblis Naga Neraka tentu saja sangat setuju. Sebab pemikiran Raja Iblis Hitam sama dengan dirinya sendiri.

Sekarang, keputusan telah diambil. Dua Iblis Penguasa itu segera melakukan persiapan. Hawa kegelapan segera mereka keluarkan sampai ke titik tertinggi. Udara semakin tertekan. Langit dan bumi seakan telah dipenuhi oleh hawa kegelapan.

Pertempuran yang masih berlangsung di padang rumput itu seketika berhenti ketika hawa kegelapan tersebut menyebar luas ke seluruh penjuru.

Sepuluh Dewa Senjata kembali berdiri berdampingan. Sepuluh Dewa itu masih berada dalam keadaan siap siaga.

Pasukan Dua Iblis Penguasa yang masih tersisa disuruh untuk menyingkir sejauh mungkin. Alasannya karena mereka tidak akan kuat menahan dampak dari pertempuran puncak yang sebentar lagi akan segera berlangsung di tempat tersebut.

"Lawan kalian yang sebenarnya adalah kami," kata Iblis Naga Hitam mewakili rekannya.

"Bagus. Kami juga sudah menunggu saat-saat seperti sekarang," jawab Dewa Pedang Api sambil tersenyum dingin.

"Tidak perlu banyak bicara. Sekarang, lebih baik kalian bersiap untuk menghadapi Penguasa Akhirat," teriak Raja Iblis Hitam.

Wushh!!!

Selesai berkata demikian, tiba-tiba tubuhnya langsung lenyap dari pandangan mata. Sekejap kemudian, Raja Iblis Hitam mendadak muncul di belakang Sepuluh Dewa Senjata.

Tanpa membuang waktu lagi, dia segera melayangkan serangan pertama.

Tangan kanannya dikibaskan sekali. Segulung tenaga maha dahsyat terlontar ke depan. Sepuluh Dewa Senjata yang tidak menyangka akan kejadian tersebut, tentu saja terlambat menyadarinya.

Sontak saja tubuh mereka langsung terlempar ke depan sana.

Sedangkan dari arah depan sendiri, tidak tahunya Iblis Naga Neraka juga sudah berada dalam keadaan siap.

Begitu melihat tubuh Sepuluh Dewa Sesat yang terlempar seperti puing-puing bangunan, maka iblis itu pun langsung mengambil tindakan cepat.

Wutt!!!

Dari belakang tubuhnya tiba-tiba keluar sebuah cahaya hitam gelap. Bayangan kepala naga mendadak muncul di tengah udara lalu langsung menerkam ke arah sepuluh Dewa tersebut.

Gelegar!!!

Sebuah ledakan terjadi ketika bayangan kepala naga tadi berhasil melahap Sepuluh Dewa Senjata.