Chereads / Reinkarnasi Sang Dewa / Chapter 4 - Pertempuran I

Chapter 4 - Pertempuran I

"Kenapa mereka memilih bergabung? Bukankah mereka tahu bahwa Dewa dan Iblis adalah musuh abadi?" tanya Dewa Tujuh Pisau kemudian.

"Karena mereka tidak mau mati," jawab Dewa Pedang Api dengan singkat.

"Tapi bukankah hal itu sama saja dengan menjatuhkan harga diri?"

"Walaupun benar, setidaknya mereka masih tetap hidup," timpal Dewa Cambuk Penghakiman.

"Tepat sekali," sahut Dewa Pedang Api seraya menganggukkan kepalanya.

Kemarahan Sepuluh Dewa Senjata semakin memuncak ketika mereka sudah mengetahui seluruh peristiwa yang telah terjadi itu. Seluruh tubuh Para Dewa mulai diselimuti oleh satu aura berwarna warni. Sesuai dengan kekuatannya masing-masing.

"Ngomong-ngomong, apakah kalian percaya kalau Kaisar Dewa Yang Jiu sudah benar-benar tewas?" tanya Dewa Tombak Pertama lebih lanjut.

"Tidak mau percaya pun, kau tetap harus percaya. Karena kalau Kaisar Yang Jiu masih hidup, sudah sejak tadi beliau memunculkan dirinya," jawab Dewa Pedang Api.

"Hemm, Para Iblis itu memang biadab," dengus Dewa Tongkat Angin. "Sekarang bagaimana? Apakah kita mampu mengalahkan mereka dengan jumlah pasukan sebanyak ini?"

"Menang atau kalau itu tidaklah penting. Yang terpenting untuk saat ini adalah kita harus melawannya dengan sekuat tenaga,"

"Benar, aku setuju,"

"Aku juga,"

"Kita harus berjuang sampai titik darah penghabisan,"

Semangat Sepuluh Dewa Senjata mulai bangkit. Meskipun mereka tahu bahwa kemenangan tidak berada di pihaknya, tetapi Para Dewa itu memutuskan untuk tetap berusaha semaksimal mungkin.

Mereka akan bertempur demi mempertahankan harga diri dan dunianya!

Sementara itu, selama Sepuluh Dewa Senjata berbincang-bincang, ternyata pasukan iblis dan Dewa Sesat sudah semakin merapat ke arahnya. Jarak di antara mereka makin lama makin bertambah dekat.

"Sepuluh Dewa Senjata, sekarang bagaimana? Apakah kalian akan ikut menyerah dan tunduk kepada Dua Iblis Penguasa (Iblis Naga Neraka dan Raja Iblis Hitam) seperti Para Dewa ini, atau tidak?" tanya Raja Iblis Hitam dengan tatapan mata setajam pedang.

"Sampai kapan pun, kami tidak akan mau tunduk kepada iblis laknat sepertimu," jawab Dewa Pedang Api dengan suaranya yang lantang dan menggelegar.

"Hahaha … aku sudah menduganya. Ternyata, keputusanku untuk menyingkirkan kalian memang tidak salah. Baiklah, karena kau sudah memberikan satu keputusan tetap, maka semuanya akan segera kita mulai," tukas Raja Iblis Hitam.

Selesai berkata seperti itu, Dua Iblis Penguasa tersebut segera melepaskan aura yang sangat kuat. Aura itu menyebar ke seluruh penjuru mata angin.

Hawa kegelapan di padang rumput semakin menjadi. Ketegangan bertambah kuat seiring berjalannya waktu.

Di lain sisi, Sepuluh Dewa Senjata pun sudah siap dengan segala kemungkinan yang bakal terjadi. Mereka tidak mau kalah, Para Dewa itu pun turut melepaskan aura agungnya sampai ke titik tertinggi.

Pertempuran besar belum terjadi. Namun masing-masing sudah bisa merasakan tekanan demi tekanan yang dilepaskan oleh pihaknya.

Sepuluh Dewa Senjata sudah mengeluarkan pusaka tingkat istimewanya masing-masing. Mereka pun telah menentukan langkah selanjutnya.

Sekarang, Para Dewa itu masih belum bergerak. Mereka sengaja melakukannya karena tidak ingin bergerak lebih dulu. Sepuluh Dewa Senjata baru akan bergerak ketika semua musuhnya sudah memulai serangan mereka.

Wushh!!!

Segulung angin tiba-tiba berhembus kencang ke arah Sepuluh Dewa Senjata. Angin itu bukan angin biasa. Sebab angin tersebut membawa satu kekuatan gelap yang mampu menewaskan Dewa kelas rendah ketika terkena terpaannya.

Untunglah Sepuluh Dewa Senjata bukan Dewa kelas rendah. Sehingga bukan saja tidak tewas, bahkan mereka masih berdiri di tempatnya semula.

Sepuluh Dewa itu nyatanya tidak terpengaruh sama sekali oleh terpaan angin barusan!

"Bersiaplah kalian!" teriak Iblis Naga Neraka dengan lantang.

"Serang!!!"

Suara Iblis Naga Neraka terdengar begitu menyeramkan. Suaranya bahkan lebih seram daripada letusan sebuah gunung berapi.

Wushh!!! Wushh!!!

Pasukan Dewa dan iblis yang berjumlah sekitar enam puluh lima itu langsung melesat ke depan. Mereka segera memberikan serangan pertamanya kepada Sepuluh Dewa Senjata.

Iblis Naga Neraka dan Raja Iblis Hitam pun tidak terkecuali. Kedua iblis itu mengeluarkan jurus-jurus sesatnya yang sangat dahsyat dan berbahaya.

Sepuluh Dewa Senjata berpekik nyaring. Hal itu dilakukan guna menambah semangat mereka masing-masing. Bersamaan dengan hal tersebut, mereka langsung melayangkan berbagai macam pukulan dengan menggunakan pusaka tingkat istimewa tersendiri.

Gelombang serangan yang berasal dari berbagai macam jurus itu segera memenuhi ruang angkasa. Langit dan bumi seakan-akan hendak kiamat. Kekuatan Para Dewa dan Para Iblis memang bukan omong kosong belaka.

Pertempuran langsung pecah saat itu juga. Masing-masing dari Sepuluh Dewa Senjata segera mencari lawannya masing-masing.

Sekarang, Dewa Pedang Api sedang berhadapan dengan sepuluh Dewa Sesat. Mereka berada persis di depannya dalam jarak sekitar lima puluh meter.

Sepuluh Dewa Sesat itu adalah Dewa-dewa kelas rendah. Sehingga meskipun jumlahnya jauh lebih banyak, Dewa Pedang Api sama sekali tidak khawatir ketika berhadapan dengannya.

"Sebenarnya aku tidak ingin membunuh kalian. Tapi sayangnya, aku tetap harus melakukan hal itu," ujar Dewa Pedang Api sambul tersenyum dingin kepada lawannya.

Tanpa sadar, sepuluh Dewa yang telah menjadi sesat tersebut dibuat gentar. Mereka tiba-tiba ragu kepada kekuatannya sendiri. Keraguan itu semakin menjadi ketika tanpa sengaja mereka memandang bola mata Dewa Pedang Api.

Bola mata Dewa Pedang Api terlihat sangat dingin. Kejam, dan tak berperasaan.

Sepuluh Dewa Sesat itu merasa bahwa ini kali pertama mereka menyaksikan bola mata seperti itu.

Sementara di sisi lain, Dewa Pedang Api sendiri sudah mulai bergerak ke arah sepuluh musuhnya. Dia melompat dalam kecepatan tinggi. Di tangan kanannya ada sebatang pedang yang diselimuti oleh api merah membara.

Pedang itu membawa hawa panas. Saking panasnya hawa yang terkandung, sampai-sampai segala sesuatu yang ada di dekatnya akan langsung terbakar saat itu juga.

Wushh!!!

Serangan Dewa Pedang Api yang pertama berupa tebasan miring. Tebasan itu dilayangkan dari jarak jauh. Gelombang seperti gulungan ombak datang menggulung ke arah sepuluh Dewa Sesat.

Hawa panas semakin menjadi. Rasa takut dan rasa ragu dalam benak lawannya juga semakin menebal.

Namun setakut dan seragu apapun mereka, pada dasarnya Dewa Sesat itu tetap menyadari kalau saat ini dirinya sedang berada dalam sebuah pertempuran antara hidup dan mati.

Oleh karena itulah, pada detik-detik penentuan, mereka berusaha untuk menghilangkan ketakutan dan keraguan yang sejak tadi menghantui jiwanya.

Wutt!!!

Sepuluh Dewa Sesat itu akhirnya mengeluarkan juga kekuatannya. Kibasan tangan dan tebasan senjata dilayangkan dalam waktu yang bersamaan.

Sepuluh serangan jarak jauh lawannya bergerak ke depan dan langsung berbenturan dengan serangan milik Dewa Pedang Api.

Blarr!!!

Ledakan besar terasa mengguncang langit. Gelombang kejut menyebabkan pakaian mewah para Dewa itu berkibar.

Setelah kejadian barusan, Dewa Pedang Api tidak tinggal diam.

Dia justru telah melayangkan serangan lainnya lagi.

Pedang pusaka yang diberi nama Pedang Phoenix Api itu memberikan puluhan tusukan beruntun ke arah setiap lawannya.