Chereads / Reinkarnasi Sang Dewa / Chapter 2 - Sepuluh Dewa Senjata

Chapter 2 - Sepuluh Dewa Senjata

Sepuluh Dewa terpilih tadi saat ini sudah berada di sebuah padang rumput yang sangat luas sekali. Sejauh mata memandang, yang terlihat di depan sana hanyalah hamparan rumput hijau setinggi mata kaki.

Jika dilihat dari atas, padang rumput itu sangat mirip dengan permadani yang indah dan menawan.

Angin berhembus. Jubah Para Dewa berkibar dengan penuh keagungan.

Perlu diketahui, sepuluh Dewa itu mempunyai julukan Sepuluh Dewa Senjata.

Julukan itu disematkan karena memang mereka merupakan seorang ahli dalam memainkan senjatanya masing-masing. Kemampuannya dalam memainkan senjata tidak perlu diragukan lagi. Semua Dewa di Istana Para Dewa mengagumi keahlian sepuluh sosok tersebut.

Di Dunia Para Dewa, rasanya tidak ada yang mampu mengalahkan mereka dalam memainkan senjata, kecuali hanya Kaisar Dewa Yang Jiu saja.

Sepuluh Dewa Senjata itu mempunyai nama sesuai dengan keahliannya masing-masing. Ada yang disebut sebagai Dewa Pedang Api, Dewa Rantai Ungu, Dewa Trisula Petir, Dewa Tongkat Angin, Dewa Tombak Pertama, Dewa Cakar Harimau, Dewa Golok Seribu, Dewa Tujuh Pisau, Dewa Ruyung Bambu, dan Dewa Cambuk Penghakiman.

Jika ada yang bertanya, Dewa mana yang paling hebat, maka jawabannya tentu saja adalah Dewa Pedang Api.

Dewa Pedang Api merupakan salah Dewa yang pernah menjabat sebagai Jenderal Langit. Sebelum diangkat menjadi seorang Dewa, dia merupakan Jendral yang sangat ahli dalam hal pertempuran. Baik itu pertempuran kecil, maupun pertempuran yang besar.

Bukan cuma itu saja, pengetahuannya pun sangat luas sekali. Bahkan tak jarang, Kaisar Dewa Yang Jiu sendiri sering bertanya dan meminta pendapat kepadanya ketika sedang menghadapi sebuah persoalan.

Di Dunia Para Dewa, nama Dewa Pedang Api memang selalu mencuri perhatian. Setiap saat, pasti ada saja Dewa atau bahkan Dewi yang membicarakan dirinya di belakang.

Untunglah terkait persoalan tersebut, Dewa Pedang Api tidak pernah mau ambil pusing. Ketika ketahuan ada Dewa-Dewi lain yang membicarakan dirinya, maka dia hanya memilih untuk diam saja atau menanggapinya dengan sebuah senyuman hangat.

Sekarang, Dewa Pedang Api sedang berdiri sendirian di posisi paling depan. Di belakangnya ada sembilan Dewa yang lain.

Dewa itu saat ini sedang mengawasi keadaan di sekitar sana. Setelah beberapa lama mengamati, Dewa Pedang Api mulai merasakan ada sesuatu yang ganjil.

Tiba-tiba keningnya berkerut pertanda kebingungan. Bahkan perubahan dapat dilihat dengan jelas pada selembar wajahnya.

"Ada apa, Dewa Pedang Api?" tanya Dewa Tombak Pertama sambil mengawasi dirinya.

"Tidak. Aku hanya merasa seperti ada yang aneh saja," jawabnya tanpa berpaling.

"Hal apa yang membuatmu merasa aneh?" tanya Dewa Ruyung Bambu tiba-tiba ikut nimbrung.

Dewa Pedang Api tidak menjawab pertanyaan itu. Justru dia malah kembali mengajukan pertanyaan kepada rekannya yang lain.

"Bukankah tadi, Kaisar Dewa bercerita bahwa dirinya telah mendapat informasi dari Dewa Penjaga, bahwa Iblis Naga Neraka dan Raja Iblis Hitam muncul di Perbatasan Timur antara Dunia Para Dewa dan Dunia Para Siluman?"

"Benar. Dan tempat inilah perbatasan yang dimaksud itu," jawab Dewa Rantai Ungu tiba-tiba ikut nimbrung dalam pembicaraan.

"Kalau informasi itu benar, seharusnya di sini terdapat tanda-tanda. Walaupun dua iblis itu menyembunyikan diri, tapi lwsti ada jejak yang secara tidak sengaja dia tinggalkan. Di sisi lain, selaku Para Dewa, seharusnya kita juga bisa merasakan kehadiran mereka kalau memang ada di sini,"

Dewa Pedang Api berkata dengan ekspresi wajah serius. Setiap patah kata yang dia ucapkan sangat perlahan dan terdengar begitu jelas.

Mendengar ucapan itu, mau tak mau ekspresi wajah sembilan Dewa lainnya juga langsung berubah.

"Jadi, apakah kau tidak merasakan kehadiran dua iblis itu?" tanya Dewa Ruyung Bambu kemudian.

"Kalau iblisnya tidak ada di sini, bagaimana mungkin aku dapat merasakan auranya?"

Sembilan Dewa saling pandang untuk sekejap. Mereka lalu mengerahkan kekuatannya guna memeriksa dan memastikan, apakah ucapan Dewa Pedang Api itu benar, atau tidak.

Dan ternyata, ucapan Dewa Pedang Api memang benar. Dia tidak sedang bercanda. Sembilan Dewa itu tidak merasakan adanya kehadiran para siluman di sekitar sana.

Ekspresi wajah mereka seketika berubah hebat.

Apa-apaan ini? Apa yang sebenarnya telah terjadi? Apakah Kaisar Dewa Yang Jiu sedang bercanda?

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu tiba-tiba bermunculan dalam benak Sepuluh Dewa Senjata.

Untuk beberapa lama, mereka hanya bisa berdiri mematung. Tidak ada yang bicara. Tidak ada pula yang melakukan tindakan.

"Apakah kita harus kembali sekarang?" tanya Dewa Ruyung Bambu lebih lanjut.

"Tidak bisa. Kita sudah terkepung," jawab Dewa Pedang Api kemudian.

"Maksudmu? Siapa yang telah mengepung kita? Bukankah tadi kau mengatakan bahwa di sini tidak ada siapa-siapa, selain kita?"

"Tadi memang tidak ada. Tapi sekarang ada,"

"Siapa mereka?" tanya Dewa Trisula Petir dengan cepat.

Di antara Sepuluh Dewa Senjata, yang paling cepat panik hanyalah dia seorang. Oleh karena itulah, saat ini dirinya terlihat serba salah.

"Para Dewa dan Para Siluman. Mungkin dua iblis itu pun termasuk di dalamnya,"

"Apa katamu?"

Sembilan Dewa Senjata di sisinya memandang dengan tatapan mata tidak percaya. Mereka ingin bicara lebih lanjut, tapi ternyata sudah tidak sempat lagi. Karena saat itu, Sepuluh Dewa Senjata tiba-tiba merasakan adanya sebuah aura yang sangat dahsyat di sekeliling perbatasan tersebut.

Udara terasa begitu sesak. Untuk bernafas sangat sulit sekali. Tekanan dari aura yang mengerikan itu semakin menjadi. Sepuluh Dewa Senjata merasakan tubuh mereka seperti ditindih oleh sebuah gunung yang begitu besar.

"Mereka di belakang kita," ucap Dewa Pedang Api secara tiba-tiba.

Sembilan Dewa senjata membalikkan tubuhnya secara bersamaan. Begitu juga dengan Dewa Pedang Api sendiri.

Pada saat mereka sudah membalikkan tubuh, Sepuluh Dewa Senjata itu lebih dibuat terkejut lagi. Keterkejutan yang mereka rasakan kali ini, jauh lebih besar daripada sebelumnya. Bahkan besarnya sampai beberapa kali lipat.

Bagaimana tidak? Sepuluh Dewa Senjata melihat di belakang mereka sudah dipenuhi oleh Para Dewa dan Para Iblis.

Jumlah Dewa yang datang ke tempat itu sekitar lima puluh banyaknya. Belum lagi ditambah dengan lima belas sosok iblis yang pastinya mempunyai kekuatan dahsyat.

Tetapi yang membuat Sepuluh Dewa Senjata terkejut setengah mati bukan karena kehadiran mereka. Melainkan karena kehadiran Kaisar Dewa Yang Jiu, Raja Naga Neraka dan Raja Iblis Hitam. Keduanya berdiri berdampingan. Dua sosok itu memimpin rombongannya masing-masing.

Para Dewa dan Para Iblis terus berjalan mendekat ke arah Sepuluh Dewa Senjata. Mereka baru menghentikan langkah ketika jaraknya sudah sekitar dua puluh tombak.

Setelah itu, dua rombongan tersebut langsung bergerak kembali. Mereka mengelilingi Sepuluh Dewa Senjata dengan rapat.

Melihat situasi tersebut, sepuluh Dewa itu semakin sadar bahwa saat ini mereka sudah terkepung. Tiada sedikit pun celah yang tercipta dalam kepungan itu.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa pula Kaisar Dewa Yang Jiu, Iblis Naga Neraka dan Raja Iblis Hitam bisa berdiri berdampingan?