Chereads / SALAH PILIH SUAMI / Chapter 17 - MEMANFAATKAN SITUASI

Chapter 17 - MEMANFAATKAN SITUASI

Morko ngacir setelah meminum secangkir kopi buatan istrinya. Sebuah rencana mengalir di kepala Morko. Gegas ia menuju kediaman Dodi. Ke manapun Morko pergi, ia lebih doyan mengendarai angkutan umum ketimbang kendaraan pribadi. Hal itu memudahkannya untuk berkenalan dengan gadis-gadis SMA yang ingin pergi ke sekolah.

Morko menginjakkan kaki persis di perkarangan rumah bernomor 58 di jalan Apel. Ia mengakui bahwa Anggi memang berasal dari keluarga kaya setelah melihat bangunan tersebut. Pantas saja Dodi dan istrinya tidak merestui pernikahan Anggi dan kaget saat tahu anaknya menjadi seorang pembantu.

Morko diizinkan masuk oleh satpam setelah mengatakan bahwa ia merupakan rekan Dodi. Saat itu juga, Morko memencet bel rumah supaya dibukakan pintu.

Ting nong…

Beberapa detik Morko menunggu di luar, akhirnya pintu terbuka. Ia melihat seorang wanita yang rautnya begitu persis dengan Anggi.

"Siapa, ya?" tanya Dida.

Morko memerhatikan lekuk tubuh Dida dari ujung kaki hingga rambut.

"Ada Dodi?" tanyanya.

"Sebentar,"

Dida pun kembali masuk ke rumah. Ia mengira bahwa Morko merupakan teman suaminya.

"Itu Mas orangnya," titah Dida setelah mereka sampai di ambang pintu.

Dodi terdiam sesaat. Mencoba mengingat-ingat apakah dia pernah bertemu sosok asing itu sebelumnya atau tidak. Rupanya kebingungan Dodi dapat ditangkap jelas oleh Morko.

Bersamaan dengan itu, Morko dan Dodi sama-sama terkejut. Ternyata yang ditimpuk Morko waktu lalu adalah Dodi, orang yang sudah membantu istrinya.

Dodi langsung keringat dingin. Tidak disangka jika Morko akan datang ke kediaman mereka. Dodi beranggapan jika Morko akan melaporkan kejadian lalu. Jika Dida tahu, maka Dodi akan menjadi daging yang siap untuk dicincang.

"Kamu yang bernama Dodi?" Morko tak ingin gegabah. Ia buru-buru merubah strategi.

"I- iya." Dodi gugup.

"Aku mau bicara sama kamu,"

Lagi-lagi Dodi dibuat jantungan. Morko memandangnya penuh serius.

"Sebentar, Dida. Kamu masuklah dulu,"

Dodi memerintahkan istrinya untuk masuk ke rumah. Setelah itu, ia meminta Morko untuk duduk di kursi beranda.

"Ada apa?" tanya Dodi. Sesekali ia menoleh ke belakang. Memastikan kalau Dida tidak menguping pembicaraan mereka.

"Aku gak nyangka kalau laki-laki bernama Dodi itu adalah kamu." Morko menarik kedua sudut bibirnya.

"Kamu mau apa?"

"Aku Morko dan aku ke sini punya tujuan,"

Dodi menanti kalimat yang akan keluar dari bibir Morko. Ia berharap semoga kehadiran pria itu tidak menimbulkan masalah baru.

"Kamu punya anak bernama Anggi, kan? Aku baru ketemu dia pagi ini,"

Seketika tubuh Dodi tegak. Ia mendekatkan wajahnya pada Morko.

"Di mana kamu jumpa anakku dan apa yang dilakukannya?"

"Anggi masuk ke rumah mewah. Mungkin dia jadi pembantu di sana,"

Emosi Dodi kembali naik. Ternyata memang benar kalau Anggi sengaja kabur dari pantauan orang tuanya sendiri.

"Di mana alamat rumah itu?" Tak peduli dari mana Morko tahu masalah keluarganya, yang jelas ia ingin menemukan Anggi dengan segera.

Morko tertawa kecil. Sepertinya rencananya akan berhasil.

"Aku bakal ngasih tahu, kalau ada imbalannya," kata Morko seraya melipat kedua tangan.

"Kamu mau apa, Morko?" Dahi Dodi berkedut. Ia merasa bahwa Morko bukanlah pria baik-baik.

"Aku mau uang 20 juta,"

"Hah?"

"Keberatan?"

Dodi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Uang 20 juta bukanlah sesuatu yang sulit bagi pemilik kebun ratusan hektar seperti dirinya. Hanya saja, Dodi terkejut karena Morko mata duitan.

Di sisi lain, Dodi juga merasa lega. Ternyata kehadiran Morko bukan untuk mengadukan kejadian kemarin atau membuat masalah baru. Dodi dapat hidup dengan tenang jika seperti ini.

"Oke. Setelah aku ngeliat Anggi, aku bakal kasih uangnya ke kamu,"

Morko girang bukan main. Wajahnya tetap sangar, tapi hatinya melompat-lompat di dalam sana. Tanpa jerih payah, akhirnya Morko bisa mendapatkan uang senilai 20 juta. Dia jadi menyesal. Seharusnya Morko meminta lebih, jika tahu Dodi akan mengindahkan permintaannya secepat ini.

"Besok pagi aku bakal datang ke sini lagi," ucap Morko, kemudian berlalu pergi.

Dodi menatap punggung Morko hingga pria itu enyah dari hadapan. Tidak disangka jika Misri mendapat suami gila harta seperti Morko.

"Dida!" Dodi memanggil istrinya.

"Iya, Mas?" Dida tergopoh-gopoh dari ruang tamu ke teras rumah.

"Duduk! Ada yang mau Mas bicarakan," titahnya.

Tak perlu menunggu lama, Dida segera manut pada ucapan suaminya. Ia menghadap pria itu sambil menunggu apa yang akan dikatakan oleh Dodi.

"Laki-laki tadi namanya Morko. Dia suami teman Mas yang pingsan kemarin di super market. Morko bilang, dia ketemu sama Anggi di Kota,"

"Hah, yang bener, Mas?" Dida langsung mencengkram punggung tangan Dodi.

"Iya. Besok Morko bakal nunjukin ke kita di mana dia ngeliat Anggi, tapi Morko minta imbalan,"

"Imbalan?"

"Morko minta 20 juta,"

"Wah. Matre juga suami temen kamu itu ya, Mas. Bisa-bisanya dia memanfaatkan siatuasi ini,"

"Ya, begitulah. Untung aja kita punya banyak uang," ujar Dodi jumawa.

***

Berbeda dari biasanya, pagi ini Dida begitu bersemangat karena ia akan segera menemukan putrinya. Dida dan Dodi sudah 15 menanti kehadiran Morko di rumah mereka.

"Itu dia." Dida melayangkan telunjuknya ke arah pria bertubuh gelap.

Melihat kehadiran Morko, Dodi langsung angkat kaki menuju garasi. Ia memerintahkan agar Dida dan Morko segera masuk ke mobil.

"Tunggu dulu!" Morko menunjukkan kelima jarinya.

"Apa lagi, Morko?" tanya Dodi.

"Mana uang yang kalian janjikan? Aku gak mau seluruh kerjaanku sia-sia,"

Dodi berdecak kesal mendengar ucapan Morko. Biasanya yang gila harta itu adalah wanita. Namun, tidak dengan Morko.

Dodi pun meraih koper yang telah ia sediakan di mobil dan membuka benda persegi tersebut. Morko melotot saat menyaksikan tumpukan uang di sana.

"Aku bakal ngasih kalau Anggi sudah ketemu," cercah Dodi. Ia pun tak ingin dirugikan.

Morko mengangguk mafhum dan langsung duduk di jok belakang. Ia menuntun Dodi sampai mereka tiba di pusat kota.

"Stop! Itu rumahnya," ucap Morko saat melihat bangunan megah yang dimasuki oleh Anggi kemarin.

"Terus, gimana?" tanya Dodi seberes menghentikan kendaraan.

"Aku ngeliat Anggi jam delapan sampai sini. Kita tunggu aja,"

Dodi dan Dida pun menyetujui ucapan Morko untuk menunggu kehadiran putri mereka. Benar saja. Selang 10 menit kemudian, Anggi turun dari sebuah angkutan umum. Hal itu membuat Dida meronta-ronta ingin turun.

"Shht! Sabar. Tunggulah di sini." Dodi memperingatkan istrinya yang tak terkontrol.

"Selamat melanjutkan kegiatan dan aku minta uangku." Morko mendekatkan tubuhnya ke jok kemudi.

Dodi pun menyerahkan koper berisi uang senilai 20 juta pada Morko. Ia juga meminta agar pria itu segera pergi. Dodi benar-benar sudah muak melihat Morko si laki-laki matre.

Morko keluar dengan perasaan bahagia. Kini, ia bisa menikmati uang tersebut dengan cuma-cuma. Jika memiliki banyak uang, dapat dipastikan bahwa Misri akan kembali menjanda. Morko tak akan pulang ke rumah sebelum hartanya habis.

Sementara itu, Dida terus saja minta turun, tapi dilarang oleh Dodi.

"Sabar, Dida! Kita harus buntutin Anggi sampai dia keluar dari rumah ini. Kamu mau tahu di mana dia tinggal, kan?" Ucapan Dodi membuat kepala Dida mengangguk.

Akhirnya mereka menanti Anggi keluar dari sana. Cukup lama menungu, tapi semua itu tak masalah bagi mereka.

Jam membidik angka 12 dan matahari berdiri tegak di pusat bumi. Sepasang suami istri itu melihat kemunculan putri mereka yang tengah menanti angkutan umum.

"Kita harus ikuti Anggi," cercah Dodi.

Mereka pun memutuskan untuk mengekori Anggi hingga wanita itu berhenti di sebuah rumah gubuk. Darah Dodi dan Dida sontak berdesir deras, terlebih ketika mereka melihat Anggi masuk ke dalamnya.

"Anggi bohong, Mas. Dia bilang kalau rumahnya gedung," kata Dida bersedih.

***

Bersambung