Bella menarik nafasnya memasuki bangunan yang sebenarnya tidak ingin diinjaknya lagi tersebut. Perempuan itu terpaksa mengambil kamera point and shoot serta kamera analognya yang tertinggal di kediamannya dan Galas yang lama. Padahal Anna sudah menelisik seteliti mungkin barang-barangnya sebelum meninggalkan kediamannya dan Galas, tapi masih ada yang tertinggal. Ia membuka pintu apartemen secara perlahan. Tidak banyak perubahan selain beberapa potret Anna yang terlihat di beberapa bagian meja.
Juga ada gelas dari botol minum yang sepertinya baru digunakan. Bella menggigit bibirnya. Perlukah lagi dia menunggu Galas? Untuk menanyakan konfirmasi kebenarannya pada laki-laki itu? Bella melirik jam, sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lebih. Papa Bella tidak mengijinkan perempuan itu pulang lebih lama.
Bella menekan ponselnya. "Pa, Bella izin pulang agak telat. Mau ketemu Galas!"
"Galas?" Pria baruh baya itu mengulang satu nama pertanda tidak mengerti.
"Bella rasa Bella masih perlu berbicara dengan Galas secara langsung."
"Ya sudah, Kalau ada apa-apa telepon papa."
"uhm …" ujar Bella mematikan panggilan. Perempuan itu menggigit bibirnya menatap pada kamar. Ia melirik pada tempat itu, memutar kenop pintu. Sebenarnya Bella merasa ia terlalu tidak sopan. Tapi ia begitu penasaran dengan Galas. Menyusuri tempat itu siapa tahu dia menemukan Galas disana.
Tidak ada selain gaun tidur Bella yang digantung serta sudah berganti menjadi bau parfum pria. Itu bau Galas. Membuat Bella bertanya-tanya apakah laki-laki itu memakai pakaian Bella? Kenapa? Seketika banyak pemikiran buruk menghantuinya membuatnya bergidik ngeri buru-buru keluar kamar itu. Mengambil dua jenis kamera yang tadi carinya lantas membawanya.
Bella menghembuskan nafasnya ketika sudah berada di luar unit. Galas bukan psikopat dengan cerita yang sering Bella dengarkan? Bella menggelengkan kepalanya beberapa kali membayangkan apa saja yang Galas lakukan selama ini dan Bella tidak tahu.
"selain tato kau punya apa lagi di unitmu?"
Satu suara membuat Bella mengalihkan pandangannya. Itu Neo. Pria menyebalkan yang nyaris selalu ada di setiap kegiatan Bella. Tapi kali ini Neo tidak salah. Unitnya memang berada disana. Ia sedang bergandengan dengan perempuan yang buru-buru dilepaskan ketika melihat Bella.
"Bisakah kau melihatnya lain kali saja? Aku sedang ada urusan."
"Ya?" perempuan yang Neo bawa itu kebingungan.
"Lain kali aku akan menghubungi." Mendorong gadis itu ke dalam lift lagi.
"Bagaimana dengan tattoo-nya?" dia masih bertanya bingung dan pintu lift sudah tertutup.
Neo mengusap kepalanya menatap Bella. "Itu hanya teman." Neo buru-buru meralat. Mengumpati Toro dalam hatinya yang mengajaknya bersenang-senang hingga berakhir membuat Neo berpaling sebentar dari Bella. Hanya main-main biasa. Laki-laki memang seperti itu kadangkala bukan? Ada satu orang yang serius dihatinya tapi entah kenapa kadangkala dia masih suka iseng dengan bersenang-senang dengan perempuan lainnya. Apalagi ketika dia sendiri tanpa pasangan.
"Bukan urusan gue!" ujar Bella berhasil membuat Neo menapaki bumi bahwa wanita tahu hanya tahu dirinya sebagai Neo. Bukan Galas. Entah berapa kali Neo menekankan kalimat itu untuk dirinya sendiri.
Neo berdehem. "Kamu mungkin bisa saja cemburu atau salah paham."
Membuat Bella menggulirkan bola matanya. "Cemburu atau salah paham?" Bella mencibir. "memangnya Loe siapa?" tanya Bella lagi dan tentu saja Jab, pukulan itu tepat dihulu hati Neo rasanya. Bella jarang sekali meleset dengan komentar pedasnya.
Neo mengusap wajahnya meringis. "Aku pikir kamu tidak pernah lagi kesini." Neo menggumam.
"Ada barang gue yang ketinggalan." Bella menjawab malas-malasan membuat pandangan Neo langsung jatuh pada kamera Bella. Pria itu menganggukkan kepalanya. Beruntung dia sudah mencopot memori serta roll fim yang terpasang disana.
"Pulang? Mau gue antar?"
"Enggak usah!"
"Udah tengah malam!" Neo menarik Bella sebelum perempuan itu mau menolak lagi.
Bella diam dalam mobilnya Neo. Tidak menjawab ketika merapikan beberapa barang disana. entah apa yang Neo lakukan dengan perempuan asing yang sempat Bella lihat disana. bukannya Bella tidak tahu. Bagaimanapun juga dia perempuan dewasa dua puluh tujuh tahun. Hanya saja dia memilih tidak peduli sambil menggeleng kecil.
"Namanya juga pria." Neo mencari alasan pembenaran pada Bella.
Perempuan itu tidak menggubris Neo. Dia lebih tertarik melirik keluar jendela lantas membidik beberapa pemandangan disana. mungkin di mata Bella segalanya indah hingga dia ketagihan untuk mengabadikan apapun.
"Mabuk sambil berkendara bukan hal yang baik."
"Aku tidak mabuk. Bahkan tidak minum. Main tadi iya tapi tidak mabuk." Neo meyakinkan perempuan itu karena Neo benar-benar tidak berbohong sedetikpun. Segalanya benar adanya. "Makan mau? Aku tiba-tiba lapar."
Bella mendengus. "Itu trik yang sama pada perempuan sebelumnya huh?"
Neo menggigit bibirnya. "Aku cuma mau ngasih lihat tattoo sama dia."
Bella mencibir geleng-geleng kepala. "Kamu mau lihat?"
"Drive thru aja gue malas harus berhenti lama. Papa pasti udah nunggu!"
Neo melirik mantan isterinya itu. "Lihat tattoonya yang drive thru?"
Mata Bella melotot. "Loe ya!" bentak perempuan itu. "Makannya!" sental Bella lagi.
Neo nyengir. "Kali aja."
Bella menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kamu ingin apa?" Neo menawarkan padanya.
"Enggak usah! Sedang ingin makan makanan sehat."
Neo menganggukkan kepalanya. Mengusap kepala wanitanya itu reflek lalu buru-buru menariknya ketika melihat pelototan mata Bella padanya. "Hehehe, maaf!" ucapnya nyengir.
Setelahnya Bella diam membiarkan Neo memesan makanan untuk dirinya sendiri membuat Bella sedikit tersentak karena Galas sering memesan menu yang sama. Tapi dia menyambungkan Neo adalah Galas. Dia malah mengingat tentang pemikiran buruknya di apartemen Galas beberapa menit yang lalu.
"Loe pernah lihat tetangga Loe?" Bella bertanya ragu.
"Tetangga?" Neo mengerutkan keningnya.
Bella berdehem. "Seorang pria di tempat gue yang lama. Ehm … namanya Galas kalau Loe tahu."
Neo mencengkram stir mobil menutupi kegugupannya. "Ehm kenapa memangnya? Ada yang bisa aku bantu."
Bella menggelengkan kepalanya. Dia menatap lagi keluar jendela hanya beberapa menit kemudian dia menatap Neo lagi. "Loe pernah dengar suara yang aneh gitu atau apa?"
Neo menggelengkan kepalanya. "Memangnya ada apa dengan pria bernama Galas itu."
Bella diam lagi menggelengkan kepalanya. "Bell … kamu menemukan sesuatu di apartemen sebelumnya?" Neo merasa was-was. Takut Bella tahu kalau Galas adalah dirinya.
Bella menatap Neo ragu kemudian menarik nafasnya. Perempuan itu menunduk menatap Galas. "Gue merasa aneh aja. Tadi gue lihat di kediamannya dia cukup banyak benda-benda tajam gitu. Juga sempat lihat bekas balutan darah gitu di tong sampah. Trus pas gue masuk kamar, ada pakaian gue tapi udah menjadi baunya dia."
Bella menggelengkan kepalanya ngeri sementara Neo masih kebingungan. "Memangnya kenapa dengan hipotesis kamu itu?"
"Mungkinkah dia seorang psikopat?!"
Neo mengerem mobilnya secara mendadak. Ia berdecak sambil tertawa. "Bel, kamu konyol!"