Chereads / Husband In the Dark / Chapter 6 - Surat Gugatan Perceraian

Chapter 6 - Surat Gugatan Perceraian

Bella menatap lembaran surat yang ada dihadapannya beberapa kali. Mengerjapkan matanya serta membalikkan kertas itu beberapa kali untuk memastikan. Ia masih tidak percaya bahwa Galas mencoba menceraikannya secara tiba-tiba. Kenapa? Mereka masih berkabar dua minggu yang lalu. Bella hilang akal, menjilat bibirnya sendiri tidak habis pikir.

Perempuan itu keluar kediamannya sambil menghubungi nomor Galas yang tentu saja nihil. Tidak ada nada sambung apapun dalam panggilannya pada Galas. Sepertinya kontaknya sudah diblokir suaminya.

Bella melangkahkan kakinya menuju sebuah rumah. Kediaman orang tua Galas. Dia ingat karena Galas sering menyebutkan alamat itu. Sekitar satu jam perjalanan Bella sampai di rumah yang agak asri. Tentu saja alam perdesaan identik dengan hal seperti itu. Sejauh mata memandang hanya ditemukan kenyamanan.

"Mbak Bella!" Seorang wanita lebih muda dari Bella menyambut perempuan itu setelah mengetuk pintu. Panggilan Mbak yang disematkan oleh wanita ayu itu untuknya sudah pasti dia pekerja di rumah itu. Narti, namanya. Wanita yang menemani wanita tua itu karena menolak untuk tinggal bersama anaknya, Galas dan Bella.

"Masuk dulu Mbak saya panggilkan ibu."

Tidak lama mertuanya itu datang. Itu kali pertamanya Bella melihat wajah mertuanya itu secara langsung. Tapi sepertinya Galas tidak mirip dengan ibunya berbeda sekali dengan yang Bella lihat di foto. Mungkin pria itu lebih memiliki kecenderungan itu untuk meniru wajah ayahnya. Tapi apa pentingnya hal itu bagi Bella sekarang? Ada hal lain yang perlu dia bahas dengan mertuanya.

"Bel, sudah sembuh?" Mama mertuanya berbasa-basi. Membawa menantunya tersebut duduk lantas menangkupkan tangannya di pipi Bella. Hal yang biasa wanita itu lakukan kepadanya semenjak pertama kali Bella datang ke rumah itu. Tidak pernah berubah bahkan setelah surat cerai yang dilayangkan Galas untuk menantu satu-satunya itu.

"Dengan siapa kesini? Mama?" Ibu Galas itu masih melemparkan pertanyaan lembut penuh perhatiannya pada Bella.

Bella menggelengkan kepalanya. Sorotnya lesu tidak membalas sehangat yang wanita tua itu lemparkan padanya. "Bella sendiri, Bu!"

Wanita tua itu sepertinya tahu apa yang Bella sampaikan sebelum dia berusaha menjelaskan sendiri melalui mulutnya pada orang yang sudah melahirkan Galas ke dunia itu. Terlihat dari cara wanita itu menggenggam tangannya dengan hangat. "Galas tidak ada disini jika itu yang kamu cari. Ibuk tidak bisa memberitahu dimana dia karena ibu sudah janji dengan Galas untuk tidak memberitahu kamu. Ibu minta maaf tidak bisa membantu kamu, Nak."

Bella menggigit bibirnya. "Tapi Bella butuh kejelasan, Bu! Kenapa Galas menceraikan Bella secara tiba-tiba? Kami masih berkomunikasi dua minggu yang lalu dan baik-baik saja. Bahkan Galas masih dengan nada perhatiannya. Dia juga mengirimiku sebuah boneka yang katanya pengganti dirinya."

"Kamu sudah terima suratnya kan? Ibuk rasa Galas juga menyebutkan alasannya disana."

Bella menggigit bibirnya. Air mata perempuan itu berjatuhan. Ibu menggenggam lagi tangan menantunya itu. Sebentar lagi mantan menantunya seandainya Bella mau menandatangani perceraian itu tanpa pengajuan gugatan.

"Bella, ibu senang kamu sama Galas. Tapi maaf ibu tidak bisa berbuat banyak untuk kalian. Seandainya ibu bisa menggantikan Galas unfuk menjadi seseorang yang kamu benci."

Bella diam. Gadis itu menggigit bibirnya teramat keras. "Bukan itu yang Bella cari kesini, Bu? Ketidakcocokan apa yang Bella dan Galas tidak bisa jalani? Apa Galas sebenarnya seorang laki-laki yang memiliki isteri sehingga ketika Bella bisa melihat semuanya akan ketahuan seperti itu? Bella merusak keluarga bahagianya?"

"Pernikahan kalian tidak akan tercatat secara resmi jika seperti itu keadaannya, Bel." Ibu memberikan pelukan hangat pada Bella menenangkan perempuan itu. "Bisakah kamu memaafkan Galas, Bel? Ibu tidak masalah bagaimana cara kamu bahagia? Tapi bisakah kamu memaafkan semua kesalahan yang Galas lakukan?"

"Bagaimana aku bisa memaafkan Galas kalau aku enggak tahu salah Galas di mana, Bu? Apa karena sikap dia yang tiba-tiba seperti ini? Galas ingin apa sebenarnya? Ingin aku mencintainya atau mempertahankan pernikahan ini bersamanya."

Ia membawa raganya keluar dari sana dengan kehampaan yang makin terasa. Tentunya setelah berbagi kesedihannya dengan sang mertua yang tidak memuaskan hatinya. Bukan itu yang Bella cari kesana. Ia butuh kejelasan. Dan sikap Galas seperti ini tidak pernah terjadi selama dia mengenal Galas dalam masa gelapnya.

Entah kenapa Galas Bella sedikit berbeda dengan Galas terangnya! Segalanya jadi semakin mendrama ketika hujan yang berjatuhan mengguyur raganya. Biarlah! Bella ingin menangis dibawahnya tanpa keteduhan apapun. Menumpahkan segala sedihnya atas hubungannya yang tidak berakhir baik dengan Galas.

Bella pikir bisa mendapatkan penglihatan lagi bisa membantunya untuk lebih bahagia dengan Galas. Menjadikan kehidupan mereka lebih bahagia dan sempurna. Atau, sebenarnya Galas sudah berencana menceraikan Bella dari lama? Dia ingat, pria itu berusaha keras sekali mencarikan donor mata untuk Bella.

Berupaya dengan sekuat tenaganya. Jangan-jangan itu bukan bentuk perhatian Galas. Jangan-jangan Bella saja yang merasa selama ini Galas begitu mencintainya. Jangan-jangan …

Bella tidak sanggup lagi berandai-andai dengan segala pemikiran buruk dalam kepalanya. Hatinya semakin sakit memikirkan semua itu. Terlebih lagi dengan sebagian dalam dirinya masih menolak bahwa Galas bukanlah pria sekejam itu. Masih ada kepercayaan bahwa Galas pernah tulus untuknya.

Sekali lagi kenyataan menghantam Bella dengan map yang berisikan pengajuan tuntutan cerai dari Galas atas dirinya. Dia tidak tahu entah sudah berapa lama dia berjalan meninggalkan kediaman Galas dengan berjalan kaki. Berjalan tanpa tujuan yang sama sekali tidak tahu akan kemana.

"Bel!" Seorang pria yang sedang melintasi kawasan itu menepikan mobilnya. Keluar lantas membawa payung serta sebuah jaket untuk menyelimuti tubuh yang kuyup itu dengan sangat cepat. Ada raut kelegaan dalam diri laki-laki itu sedikit ketika menemukan Bella meskipun di detik berikutnya sorot panik itu ada lagi melihat kondisi Bella yang kuyup separuh menggigil.

"Pergi sialan!" Bella masih berusaha memakinya. Memaki Neo, pria yang tidak akan pernah Bella inginkan untuk dia temui. Terasa makin sialan saat laki-laki itu hadir di tengah kondisi Bella yang sedang buruk. Laki-laki yang terlihat begitu akrab dengan dirinya.

Tapi Neo keras kepala untuk tetap menarik paksa perempuan itu dalam pelukannya. Sekuat apapun Bella meronta. "Jangan seperti ini, tolong!"

Kenapa dia harus meminta seperti itu? Pria itu merasa begitu menyesal sudah menghancurkan hidup Bella?

Bella mendorong tubuh Neo. "Kau tidak berhak ikut campur dalam hidupku!" berjalan menjauh Neo beberapa langkah lantas terjerembab pingsan.

"Bel," Neo panik, menepuk-nepuk pipi wanita keras kepala itu. Tidak ada jawaban membuat Neo tidak berfikir panjang untuk memasukkan Bella ke dalam mobil lantas membawa gadis itu ke rumah sakit.

***