Chereads / Husband In the Dark / Chapter 2 - Tetangga yang Paling Menyebalkan

Chapter 2 - Tetangga yang Paling Menyebalkan

"Aku sudah di rumah. Pekerjaan kamu masih lama?" Bella bertanya pada Galas sambil meraba potret Galas yang ditemukannya di rumah. Untuk saat ini baru itu yang bisa Bella raba. Jujur, Bella sudah tidak sabar bertemu Galas secara langsung.

"Cie… Ada yang kangen berat ceritanya nih?" nada Galas menggodanya membuat pipi Bella bersemu merah. Galas selalu seperti itu. Menjawab keseriusan Bella dengan candaannya.

"Galas!!!" Ia merengek. Harusnya Galas bisa menjawab dengan benar pertanyaannya.

Galas tertawa kecil. "Maaf ya. Lagi ada sedikit masalah di proyek."

Bella mengerti. Bekerja sebagai menager konstruksi membuat Galas harus sering pergi keluar kota. Kemudian mengkoordinasikan banyak hal. Menyelesaikan beberapa masalah di lapangan juga termasuk ke dalam bagian tersebut.

Bella menganggukkan kepalanya. "Tapi kamu baik-baik aja kan?"

"Seorang Galas selalu menjaga keselamatan. Tenang aja." Bella memainkan bola matanya. Percuma saja dia mengharapkan Galas akan menjawab perkataannya dengan benar.

"Ya udah kamu kerja aja yang benar. Nanti malam kalau nggak sibuk telpon ya." Galas menyetujui setelahnya panggilan mereka berakhir. Bella menarik nafas panjang. Berdoa semoga Galas baik-baik saja. Juga semoga laki-laki itu bisa menyelesaikan masalahnya.

Bella melangkahkan kakinya ke beranda apartemennya. Mungkin menikmati pemandangan kota bisa menenangkan sedikit jiwanya. Dulu area itu yang paling Galas wanti-wanti untuk tidak Bella lalui. Takut kalau Bella melewatkan pagar pembatas.

Gila saja Galas. Bella dulu memang sempat ingin bunuh diri. Namun semenjak Galas menghentikannya lalu menggantikan kepahitannya menjadi kebahagiaan Bella tidak pernah memikirkan hal bodoh itu lagi. 'Hidup tidak berhenti pada satu titik' bukankah kata-kata itu yang sering Galas tekankan padanya?

Bella tersenyum senang. Kepadatan kota, lalu tidak jauh dari sana terdapat bentangan sungai yang cukup luas, di seberangnya gedung-gedung pencakar langit berjejeran tidak beraturan namun entah kenapa terasa indah bagi Bella. Membuat jiwa-jiwa fotografinya tergelitik untuk mengabadikan momen tersebut dalam lensa kameranya.

Bella kembali ke dalam rumah. Mengambil benda yang sudah lama sekali tidak Ia sentuh. Sejenak ada rasa haru yang melingkupi jiwanya. Namun dia juga tidak ingin kehilangan momen di luar. Pada akhirnya dia larut. Sibuk membidik mencari potret yang paling pas diantara banyak potret yang sudah didapatkannya. Mendapatkannya dari berbagai angle yang berbeda.

Kegiatan Bella terhenti ketika kameranya menangkap sosok laki-laki yang paling tidak ingin Bella lihat di muka bumi. Siapa lagi kalau bukan laki-laki yang sudah diusirnya dari rumah sakit tersebut. Ia tengah berdiri di beranda yang bersebelahan dengan Bella. Entah berapa lama dia ada di sana.

"Hai! Aku Neo." Dia memberikan senyuman terbaiknya melambaikan tangannya pada Bella.

Bella mendengus. Masa bodoh dengan nama laki-laki itu. Lebih baik Bella tidak tahu sama sekali dari pada dia akan jijik dengan nama serupa nantinya. Mood Bella rusak hingga dia ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Neo saja.

"Aku cuma mau minta maaf!" Neo bersuara sesaat sebelum Bella melangkahkan kakinya ke dalam ruangan.

Dada Bella terasa membuncah dengan amarah mendengar perkataan pria itu. "Maaf?" sekali lagi Bella memberikan dengusannya. "Kamu kamu pikir maaf bisa dengan mudah menghapus kesalahan yang sudah kamu lakukan! Kamu pikir maaf kamu itu bisa menggantikan semua hal yang sudah aku lalui!" Bella menyalak marah pada laki-laki yang bernama Neo tersebut.

Neo diam. Hanya menatap Bella dengan pandangan yang menyesal. Wajah Neo yang seperti itu membuat Bella semakin muak. Kenapa laki-laki itu ada disana? Apa dia menyewa unit sebelah? Tentu saja! kalau tidak, tidak mungkin Neo bisa berdiri di sebelah beranda kamarnya. Sial sekali Bella sampai harus bertetangga dengan orang yang paling dibencinya. Apakah semesta tidak memiliki cara lain untuk menguji kesabaran Bella?

Bella hanya ingin satu hal. Tidak melihat wajah Neo itu saja. Namun sepertinya harapannya itu belum bisa terkabulkan. Semakin Bella membenci semakin Tuhan mendekatkan mereka berdua. Bagaimana bisa unit mereka bersebelahan seperti ini? Apa Neo sengaja menyewa unit yang sama? Sejak kapan? Seingatnya Galas tidak pernah memberitahunya perihal unit tetangga sebelah.

***

Neo menurunkan bahunya lemas. Memang kejadian enam tahun yang lalu itu murni kesalahannya. Neo yang terlalu muda masih ugal-ugalan di jalan hingga dia tidak memperhatikan seorang gadis yang tengah menyeberang. Namun percayalah, hidup Neo tidak pernah tenang selama ini. Dia selalu dihantui kejadian mimpi buruk itu setiap malamnya.

Bella benar, Neo tidak bisa menggantikan penderitaan Bella dengan cara apapun. Namun laki-laki itu bersedia melakukan segala cara agar Bella memaafkannya. Apapun itu, Neo akan berjuang. Dia tidak tahan dengan perasaan yang menyiksa ini.

Neo sadar dua tahun masa hukuman ditambah enam bulan masa percobaan tidak ada tandingannya dengan Bella yang terpaksa kehilangan mimpinya untuk sementara waktu sebagai seorang fotographer. Belum lagi gadis itu yang terpaksa beradaptasi dengan banyak hal.

Selama enam tahun Bella hanya hidup dalam kegelapan. Bahkan dengan membayangkannya saja Neo tahu betul bagaimana menyiksanya keadaan itu bagi seseorang yang mencintai setiap objek dihadapannya. Bukankah karena hal itu Bella hobi memotret?

Dering teleponnya menghentikan kesedihan Neo. Laki-laki itu mengangkat panggilan dari Miko bawahannya. "Kenapa, Mik?" laki-laki itu langsung bertanya pada Miko tanpa basa-basi dulu. Pasti ada suatu hal yang penting kenapa Miko menghubunginya. Bawahannya itu bukan orang yang sering mengganggunya karenan hal yang tidak penting di jam-jam seperti ini.

"Ada sedikit masalah dengan kontraktor, Pak!" dari nada yang dikeluarkan oleh Miko jelas sekali masalah yang katanya sedikit itu terlihat rumit. Berbanding terbalik dari makna kata 'sedikit' itu.

"Kirimkan detailnya pada saya, biar saya urus sekarang!" setelahnya Neo beranjak mengambil baju asal lalu membawa dompet dan ponselnya. Sebelum dia memasuki lift, dia masih menyempatkan diri untuk melirik ke kamar Bella. Seolah ingin tahu apakah Bella masih marah melihatnya atau tidak.

Sejujurnya Neo tidak menginginkan banyak dari Bella. Hanya secuil kesempatan untuk bisa membaiki beberapa hidup Bella yang telah dirusaknya. Memastikan bahwa tidak akan ada lagi dari mimpi Bella yang terlewatkan.

"Bella sudah baik-baik saja, nak. Tadi dia memang menangis saat ibu datang setelah itu dia sudah tersenyum lagi melihat beberapa benda yang Galas tinggalkan untuknya." Itu yang mama Bella sampaikan pada Neo ketika laki-laki itu berjalan menuju tempat kerjanya.

Neo menghembuskan nafasnya lega. Laki-laki bernama Galas itu pasti sudah mempersiapkan banyak hal untuk isterinya. Di masa lalu, Galas sengaja menata objek untuk memudahkan Bella mengambilnya. Atau sekedar menghindari Bella dari kecelakaan.

Sekarang perempuan itu pasti terharu melihat jejak-jejak peninggalan itu. Membuktikan seberapa besar perhatian Galas untuknya kendatipun laki-laki itu sering membuat Bella berdecak kesal dengan ocehan ringan tidak masuk akalnya. Namun berhasil membuat Bella merindukannya saat laki-laki itu jauh.