Katsuki menatap Melia dengan tatapan tidak biasa. Seperti baru saja menjadi saksi pembunuhan keji.
Namun Melia tidak terkejut ketika ditatap seperti itu. Sebab ia paham kenapa katsuki bereaksi demikian.
"Aku tebak, kau pasti sudah bersetubuh dengan kekasihmu, bukan? begitulah sifat seorang alpha yang brengsek. Mereka akan mencari omega atau Luna yang bisa mereka setubuhi tanpa mereka tandai. Mereka mendapatkan kenikmatan secara gratis," ucap Melia.
"Jangan mengatakan hal seperti itu tentang kekasihku!" bentak katsuki. Dia tiba-tiba terlihat marah saat Melia mendeskripsikan Eijiro seperti sosok alpha yang brengsek. "Kekasihku bukanlah seorang alpha seperti yang kau pikirkan! tunggu, bagaimana kau bisa tahu bahwa aku adalah seorang omega?"
Katsuki mulai curiga, sebab ini kali pertamanya dia bertemu dengan Melia, namun Melia sudah yakin bahwa katsuki adalah seorang omega.
Hal itu tersirat dari ucapan Melia tadi. Sebab dia tidak menyebut Katsuki sebagai seorang werewolf yang menginginkan seorang omega, melainkan langsung menyebut kekasih Katsuki sebagai seorang alpha.
"Tentu saja aku bisa memperkirakannya," sahut Melia dengan santai. "Aku adalah mucikari, sudah banyak para bottom baik itu dari kalangan werewolf atau manusia yang menjadi anak buahku. Kebetulan aku hanya merekrut anak buah yang melayani nafsu dari para lelaki gay atau biseksual. Jadi aku sangat tahu bagaimana perawakan dan aroma pheromon dari seorang lelaki omega."
Katsuki berkedip beberapa kali, mencoba memahami maksud dari penjelasan Melia.
Cukup masuk akal, meskipun masih belum dapat meyakinkan Katsuki sepenuhnya bahwa Melia benar-benar bukanlah seorang penguntit yang mengawasi Katsuki di dari jauh-jauh sebelumnya.
"Apapun alasanmu aku tetap tidak akan setuju dengan hal itu. Aku tidak ingin menjadi seorang pelacur, karena aku hanya ingin setia terhadap kekasihku," ungkap Katsuki. Dia terlihat begitu menghayati perasaannya ketika mengingat hal tentang Eijiro.
"Setia setelah disetubuhi dan dibuang? aku pikir kau ke sini hanya seorang diri dan hidup dengan penuh kemiskinan. Kau bahkan tidak pernah ditemui olehnya lagi, bukan?" tanya Melia.
"Bagaimana kau bisa tahu? siapa kau? jangan-jangan kau memang orang yang sengaja mengikuti aku," ucap Katsuki.
Energi magis mulai terasa di ruangan itu. Ruangan yang memiliki penerangan redup itu mulai diterangi oleh cahaya dari kekuatan magis Katsuki.
Cahaya berwarna oranye bercampur merah itu semakin lama semakin terlihat terang. Awalnya hanya seperti garis angin yang berhembus pelan, kemudian semakin terang dan membuat ruangan itu benar-benar terang.
"Hm? kenapa? kenapa tiba-tiba diam? apa kau ragu untuk melawan ku---"
DUARRRR
DUARRRR
DUARRRR
"Aku bukan tipe petarung jarak dekat, walau werewolf pada dasarnya dibekali keahlian untuk bertarung di jarak dekat," ucap Katsuki. Dia mencengkram tangannya yang sudah berubah bentuk. Matanya memancarkan cahaya berwarna jingga bercampur merah terang.
"Hahahaha, aku akui kau adalah omega yang cukup kuat."
Katsuki tersentak, padahal ledakan yang dia buat dari energi magisnya itu tidak lemah. Bahkan cukup untuk membuat sebuah sebuah mobil hancur tak bersisa.
Bahkan rumah itu sudah sangat berantakan dan hancur setelah ledakan itu terjadi.
Namun Melia masih berdiri tegak dengan tubuh yang sedikit lecet, namun dirinya masih terlihat bugar tanpa terlihat kesakitan sedikitpun.
Sedetik kemudian luka lecet yang ada ditubuh dan wajahnya hilang seketika.
Kemampuan regenerasi yang mengagumkan.
"Jangan pernah ragukan seorang alpha, walaupun alpha itu adalah seorang wanita sekalipun," ujar Melia menyambung ucapannya.
BRAKK
DUARRRR
Katsuki mundur, dalam sekali loncatan dia langsung keluar dari rumah kumuh yang sudah rusak parah tersebut. Dia bisa melompat dan melesat walau dalam keadaan membelakangi tempat pijakannya itu.
"Kau gila, padahal yang membuat masalah lebih dulu adalah kau. Tapi kau malah melawanku dan memaksa aku untuk menjadi anak buahmu," cibir Katsuki.
"Aku tidak akan menyerah, aku sudah menemukan rekan kerja yang sangat berpotensi untuk membuatku untung. Tenang saja, hasil dari kerjamu akan ku bagi dengan bagian 30 persen untukku dan 70 persen untukmu. Bagaimana? diam berarti iya dan kalau----"
BUAGH
Srettt
"Dan kalau aku melawan artinya itu aku menolak," balas Katsuki sebelum Melia sempat menyelesaikan ucapannya.
Katsuki bermaksud untuk melukai tubuh Melia dengan cakaran dari tangannya yang sudah diperkuat menggunaka energi magis. Kini tak hanya dari tangan sampai siku, namun kini seluruh bagian lengan Katsuki sampai bahunya diselimuti oleh bulu serigala yang mengkilap dan lembut.
Dia dalam keadaan siap bertarung.
Ini cukup aneh dan terlalu cepat terjadi. Mengingat mereka hanyalah orang yang baru saja kenal secara tidak sengaja, namun sekarang mereka sudah bertarung karena urusan pekerjaan.
Atau lebih tepatnya karena ide gila yang disampaikan oleh Melia.
Melia tersenyum, seringai lebar di wajahnya membuat ekspresi Katsuki yang memperlihatkan rasa kemenangan kini berubah menjadi ekspresi tak menyangka.
Melia menahan serangan Katsuki dengan sebelah tangannya. Dia cukup kuat, sulit untuk dilawan.
Apalagi, Katsuki bukanlah tipe werewolf yang terlatih. Dia adalah seorang werewolf yang tidak menekuni latihan fisik seperti yang werewolf lain lakukan. Terlebih-lebih, dia adalah seorang omega. Tenaganya pasti lebih lemah ketimbang para alpha.
"Lebih baik kau menyerah saja, aku sedang sangat bersemangat untuk merekrut rekan kerja baru. Aku akan memberikan fasilitas yang lebih ketimbang terhadap rekan ku yang lain. Aku yakin kau akan ditawar dengan harga tinggi---"
JDARRRR
Sreekkk
Katsuki kembali menyerang Melia. Dia muak mendengar penawaran tersebut.
"Teruslah menyerang, kau akan tahu pada akhirnya serangan mu itu hanya akan membuang tenaga. Sebab, kau hanya menunggu seseorang yang bahkan tidak menanyakan kabarmu sampai detik ini. Apa dia meninggalkan uang untuk sekedar biaya hidupmu? tidak bukan? dia hanya rindu pada tubuhmu, bukan dirimu."
Katsuki yakin kalau Melia punya kemampuan untuk membaca ingatan orang lain. Namun pasti ada syarat agar kemampuan itu bisa digunakan.
Katsuki bisa melihat sesuatu dalam jarak yang sangat jauh ataupun terhalang sesuatu, dengan syarat dia harus memusatkan seluruh energi magisnya pada kedua matanya selama beberapa detik. Dan pada saat itu, Katsuki dalam titik terlemah untuk bertarung.
'Tch, ini menyebalkan. Padahal aku sudah menolong dia, tapi dia malah menyusahkan aku. Kalau tahu akan seperti ini jadinya, aku lebih memilih untuk membiarkannya pingsan di tengah jalan.'