Lupakan tentang itu.
Sekarang Katsuki sedang memikirkan tentang nasibnya yang setelah ini tidak jelas akan bagaimana kedepannya.
Dia segera pergi dari apartemen Melia setelah makan dan mengucapkan terimakasih.
Pertarungan yang membuat mereka terluka itu nyatanya tidak membuat mereka dendam. Ya, orang-orang yang tercipta sebagai seorang Werewolf ataupun vampir tidak menganggap luka fisik sebagai hal yang berarti. Bertarung hanya karena sedikit kesalahpahaman adalah hal yang biasa terjadi.
'Hubungi aku bila kau sudah berubah pikiran.'
Suara Melia masih terngiang-ngiang di dalam kepala Katsuki. Bisa-bisanya Melia terus membujuk Katsuki setiap saat seperti itu. Katsuki curiga kalau anak buah Melia mengundurkan diri sebenarnya karena muak mendengar omongan Melia setiap hari.
Namun, dibandingkan dengan para mucikari lain, Melia tergolong sebagai mucikari kelas menengah ke bawah. Meskipun punya apartemen yang nyaman, namun apartemen itu sebenarnya terbilang yang paling murah. Letaknya juga di kawasan yang tidak strategis. Desain ruangannya terlihat bagus karena banyak perabotan serta dekorasi tambahan.
Dan itu semua pun ditambahkan dengan kredit. Menyicil setiap bulan. Bisa dibayangkan betapa pusingnya Melia setiap bulannya.
"Aku bekerja sebagai apa ya?" tanya Katsuki.
Katsuki memperhatikan ada sebuah truk kecil yang dimodifikasi khusus untuk berdagang. Di dalamnya ada etalase yang menampilkan kue-kue yang lezat.
Katsuki melirik trus itu sedari tadi. Diam dan memperhatikan truk tersebut.
Tidak, dia tidak lapar. Dia hanya ingin memperhatikan truk itu, orang yang menjual kue-kue tersebut nampaknya sedang kerepotan.
.
.
.
.
.
"Kau ingin melamar pekerjaan?"
"Ya, saya bisa melakukan apa saja. Melayani pembeli kue, membersihkan tempat jualan, dan masih banyak lagi. Apapun akan saya kerjakan."
"Baiklah. Kau boleh bekerja di sini."
Cukup mudah, bahkan Katsuki rasanya tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Padahal sebelum ini, dia selalu kesulitan dalam mencari pekerjaan. Namun dia tidak ingin banyak komplain ataupun berkomentar terhadap pekerjaan barunya itu. Dia ingin melakukan yang terbaik agar dia bisa terus bekerja di tempat itu.
"Karena kau bekerja di tanggal pertengahan bulan, maka gajimu juga akan dibayar pada pertengahan bulan. Kau mengerti?"
Katsuki yang sedang membersihkan lemari etalase kecil di sampingnya itu mengangguk. Meskipun pada umumnya gaji akan dibayar setiap awal bulan, namun dia tidak ingin protes. Lebih baik mendapat gaji yang sedikit tertunda daripada tidak sama sekali.
Setiap hari Katsuki bekerja dengan giat, dia masih kesulitan untuk mendapatkan rumah sewaan yang murah. Dia sudah mencari rumah sewaan di daerah lain, namun tidak mendapatkan rumah yang cocok. Bahkan kondisinya lebih menyedihkan ketimbang rumah sewaan yang sebelumnya. Katsuki bisa melihat ada tikus yang berkeliaran sebanyak sepuluh ekor di rumah itu.
Menjijikan sekali. Benar-benar tidak terawat. Dan harganya masih lebih mahal daripada rumah sewaan sebelumnya.
Dia tidak masalah bila harus pergi terlalu jauh, sebab dia punya kemampuan untuk berlari dan melompat dengan kecepatan yang tinggi. Dia bahkan bisa melompat sejauh dua puluh meter dalam sekali lompatan, namun nyatanya meskipun mencari di daerah lain dia tetap tidak mendapatkan rumah sewaan yang murah.
Semuanya benar-benar memperebutkan tempat tinggal dan lahan di kota itu.
Para pengusaha konglomerat yang terlalu rakus, dan dunia yang suda terlalu dipenuhi oleh para manusia dan makhluk-makhluk lainnya.
Begitu pelik.
"Hai Katsuki, bagaimana pekerjaan barumu itu? melelahkan?"
Katsuki ingin sekali mencaci maki Melia lagi. Namun dia ingat bahwa sekarang Melia adalah pembeli kue di toko tempat dia bekerja. Dia bisa dimarahi bos-nya bila dia memarahi Melia.
"Melelahkan, namun menyenangkan." Katsuki hanya membalas singkat. Tidak ingin memberikan kesempatan bagi Melia untuk menyudutkannya.
"Pasti akan lebih menyenangkan lagi bila bekerja hanya dengan merebahkan diri di kasur dan setelah itu mendapatkan uang."
Katsuki tahu maksud dari ucapan Melia itu. Namun dia memilih bungkam, tidak ada keuntungan baginya untuk berdebat dengan Melia sekarang.
"Mau pesan apa?" tanya Katsuki dengan nada yang ramah. Padahal emosi dan amarah di dalam hatinya sudah meletup-letup sedari tadi.
"Rice milk Cake. Varian baru yang unik, aku ingin coba yang itu."
Katsuki segera membungkus kue itu di dalam kemasan yang rapi dan menyerahkannya kepada Melia.
Melia juga memberikan uang bayarannya kepada Katsuki. Namun nominal yang dia bayarkan itu berlebih dari harga kue yang seharusnya dia bayar.
"Ini kembaliannya," ucap Katsuki.
"Tidak, ambil saja kembaliannya."
Melia segera pergi dari situ. Katsuki belum sempat mencegah Melia.
'Dasar orang aneh.'
Katsuki hanya mengangkat bahunya tanda tak peduli. Namun ketika dia ingin melanjutkan pekerjaannya lagi, dia melihat ada secarik kertas kecil yang terselip di antara uang yang dibayarkan oleh Melia tadi.
Di uang itu tertulis 'Apa kau yakin bekerja di situ? kenapa tidak ada orang yang bekerja di situ? padahal di kota yang besar dan penuh dengan kesulitan dal mencari kerja semuanya tengah berebut mencari pekerjaan. Kau harus mulai sadar sekarang.'
Katsuki memutar bola matanya, dia malas menanggapi pesna dari Melia. Dia kemudian meremas kertas itu hingga menggumpal seperti bola dan kemudian membuangnya ke tempat sampah.
Hari demi hari berlalu, Katsuki akhirnya sudah bekerja di situ selama satu bulan. Dan dia sedang menunggu upah untuk pekerjaannya selama satu bulan.
"Hari ini kau saya pecat."
Katsuki tercengang, dia tidak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Dia sudah bekerja dengan baik dan dia dipecat tiba-tiba karena pemilik toko kue itu ingin menghindari membayar gaji Katsuki.
"Tapi setidaknya anda membayar upah saya untuk pekerjaan saya selama satu bulan ini. Saya tidak punya uang selain upah yang akan anda bayarkan ini. Maaf saya terkesan lancang, namun itu adalah hak saya," tutur Katsuki. Dia sudah mengatakan hal itu dengan nada yang sangat sopan. Menghindari rasa tersinggung yang bisa saja dirasakan oleh si pemilik toko kue itu akibat ucaoan Katsuki.
Tapi Katsuki benar, dia hanya ingin meminta hak yang seharusnya dia dapatkan setelah bekerja di tempat itu.
"Kau melakukan kesalahan."
Katsuki mengernyit, dia menunjukkan ekspresi tak terima. Dia tidak bodoh untuk membiarkan upahnya tidak dibayar oleh orang itu. Katsuki sangat butuh uang itu, dia butuh makan, dan dia juga sudah bosan hidup terlantar tanpa mempunyai rumah yang layak.
Dia tidur di emperan toko dan akan berpindah tempat bila petugas keamana mengusirnya.
Cerita yang klasik, tapi itu memanglah kisah yang Katsuki rasakan. Kisah penuh penderitaan yang merupakan realita kehidupan sebagian orang kurang beruntung di dunia ini
Katsuki benar-benar masuk dalam cerita kehidupan yang sangat pelik seperti di dalam film dan novel. Namun kenyataan yang indah dan penuh kebahagiaan seperti di novel dan film rupanya tidak ikut dia rasakan sampai sekarang.