Chereads / Cinta Noda Hitam / Chapter 27 - Kejutan dari orang-orang terdekat

Chapter 27 - Kejutan dari orang-orang terdekat

Seketika diguyur hujan lebat, diiringi sauran petir yang berkolebatan, Seperti aliran listrik. Dunia yang tadinya cerah, berubah seketika menjadi gelap. Menyelimuti bumi pertiwi ini.

Membuat hatiku seketika menjadi bergemuruh menjadi teramat gelisah. Ada apa ini! Malam semakin larut, suara hujan yang deras menderu di telingaku. Suara petir dan angin menggoyahkan hati dan perasaanku.

Kutarik selimut untuk menghangatkan seluruh badanku yang sudah mulai terasa kedinginan. Kupejamkan mata berusaha untuk tidur. Tapi mengapa, setiap memejamkan mata, selalu bayangan masa lalu bersama Alvin dan Sinta yang tiba-tiba muncul. Perlahan mulutku mulai menguap terus menerus.Tanpa aku sadari, ternyata aku sudah tertidur pulas.

Pagi-pagi setelah aku bangun dan bersiap diri. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar.

"Permisi, non. Apa non, sudah bangun? Tanya si mbok ramah.

"Sudah mbok, masuk saja,"  suruh ku seraya berdandan didepan cermin.

Krieeet!! Suara pintu, si mbok telah membukanya.

"Non, sebelum non pergi ke kantor. Non, makan dulu, yah. Si mbok sudah siapin makanan spesial buat, non," titahnya sambil tersenyum lebar ke arahku.

Aku mengangguk, kasihan sama si mbok, sudah capek-capek masakin, malah tak mau, seperti hari-hari kemarin. Maka hari ini, aku akan makan dirumah hasil masakan simbok. 

Kuambil tas yang biasa ku pakai untuk pergi kekantor. Dan bergegas keluar dari dalam kamar, menuju ruang bawah untuk makan terlebih dahulu. Ku duduk di kursi diantara meja makan tersebut. Ternyata si mbok menyiapkan nasi tumpeng beserta lauk pauknya yang banyak dan tertata dengan hiasan yang cukup indah. 

"Pagi, non," ucapnya sambil mengulas senyum dan mengambil piring untuk menyodok nasi tumpeng tersebut, dengan kemudian diberikan kepadaku.

"Makasih, mbok," sambil menyuap nasi tersebut.

"Gimana, non. Rasanya enakkan?" Tanya mbok inah.

"Hemm, enak banget mbok," seraya memakannya.

Si mbok kemudian pergi ke dapur dan kembali lagi dengan pak tarno suaminya.

Melihat aksen dari mereka sangatlah membuatku tersenyum bahagia. Mereka membawa peralatan dapur yang bisa di main-mainkan dan ditepuk-tepuk dengan tangan, dengan membawakan lagu happy birthday to you. Mungkin mereka tahu, bahwa aku sedang berulang tahun. Mereka sengaja membuatkanku nasi tumpeng dan berusaha menghiburku dengan kelucuan mereka. Mereka menghampiriku dengan suara peralatan dapur tersebut, yang membuat bising seisi rumah. Tapi ku biarkan saja, selagi mereka bahagia aku juga ikut bahagia, toh mereka juga sedang menghiburku juga. 

"Udah-udah,  sini. Kalian berdua juga harus ikut makan bersamaku, masa tumpeng segede gini harus aku sendiri yang habisin," sekalian mengajak mereka untuk makan bersama.

Mereka Pun berhenti memukul-mukul peralatan tersebut sembari menghampiriku.

"Maaf ya, non," keluh pak tarno menunduk malu.

"Iya non, simbok juga. Tapi cuma ini yang simbok dan pak tarno bisa lakukan untuk menghibur, non," dengan gelagat yang sama.

"Gak papa, mbok. Aku senang kok. Malah aku berterima kasih sama kalian, yang sudah mengingat dan menyiapkan semua ini untukku," ucapan terima kasihku seraya mempersilahkan mereka untuk duduk dan makan bersama.

Akhirnya dengan segala upaya untuk mengajak mereka makan, mereka pun mau. 

"Jangan sungkan-sungkan, anggap saja ini adalah balasanku pada kalian," 

Kami makan bersama sambil ngobrol-ngobrol kecil seraya sesekali tertawa saking serunya. Katanya mereka sudah dari semalam mau ngasih surprisenya. Tapi mereka melihat aku sangat kelelahan, maka dari itu mereka harus mengurungkan niatnya. Biar pun hari esok, kita masih bisa kasih surprise sederhana ini, sama si non. Kata-kata mereka sangat membuatku kasihan, tapi ya sudah walaupun sudah kelewat satu malam, tapi tetap akan menjadi hari yang paling membahagiakan bagiku.

Setelah selesai makan, kuambil handphone dari dalam tas dan langsung menghubungi Fitri di butik.

"Hallo, Cin. Gimana keadaan butik sekarang?" Tannyaku.

"Oh iya, Bu. Seperti biasanya, rame terus. Sekarang pun aku lagi nganterin mereka memilih baju-baju yang mereka sukai," jawaban yang membuatku senang.

Usaha yang dirilis dari satu tahun belakangan ini, sekarang telah membuahkan hasil yang cukup. Mudah-mudahan usahaku ini, bisa langgeng sampai nanti. Dengan segala cara aku membangun usaha ini, rada keluh kesah menghampiriku. Bagaimana tidak, disaat aku terpuruk, sedih, kehilangan dengan semua itu aku berupaya untuk  menguatkan diri agar terus maju kedepan. Belum lagi aku punya simbok inah dan pak tarno, yang harus aku gaji setiap bulannya. Hal itu semua yang telah menyemangati hidupku. Terutama untuk kebaikan hidupku, agar tak selalu ingat masa-masa dulu lagi.

"Ya sudah, kamu urusin dulu yah. Saya mau ngantor dulu,"  suruhku pada Cindy.

"Ok, Bu. Dengan senang hati," 

Aku tutup teleponnya dan bergegas pergi ke kantor. Seperti biasa aku diantar pak  tarno. Selagi di jalan, kulihat keluar kaca mobil. Karena jalanan lagi macet itu membuatku pengap. Entah aku salah lihat, atau itu memang beneran.  Terlihat Alvin sedang berjalan dengan menggandeng seorang wanita, masuk kedalam mobil. Kucoba menggisik mataku, memastikan kalau itu hanya orang lain mirip dengannya. Setelah kubuka mataku kembali, orang itu sudah tidak ada, kucoba melihat-lihat kesana kemari tapi tdk ada. Biarlah mungkin itu cuma khayalan saja. Karena semalam aku telah mengingatnya kembali.

Aku penasaran sama pak Ariya dan Bu Diana, apa mereka merindukan Alvin atau tidak. yang aku lihat selama ini, mereka seperti acuh tak acuh mengenai Alvin. Tapi tidak tahu kalau didalam hatinya. Namanya juga orang tua, sampai kapanpun akan terus menyayanginya. Itupun kalau mereka bisa melupakan masa lalu Alvin yang membuat mereka tercemar habis-habisan. Tapi aku berharap agar mereka saling membuka hati nya masing-masing dan saling memaafkan satu sama lain. Agar menjadi sebuah keluarga yang baik lagi.

Setelah beberapa menit, aku pun sampai dan bekerja seperti biasanya. Semua staf di kantor mengucapkan selamat padaku dengan memberikan masing-masing hadiah, berupa bunga dan kado-kado. Hingga tak terbawa semuanya, yang mengharuskan Rany untuk membantuku. 

"Terima kasih semuanya," ucapku sambil masuk kedalam ruangan kerjaku dengan dibantu Sinta.

"Wah, Bu. Kadinya banyak banget," seru Rany.

"Iya nih," jawabku tersenyum.

"Gimana, kalau kita buka aja. terus isinya kita masukin dalam kardus, supaya lebih gampang dan ringan membawanya. Baru setelah itu kita masukin ke bagasi mobil," solusi Rany, ada benarnya juga.

"Yaudah, sekarang kita bukain semuanya dan masukan kedalam kardus, seperti yang kamu bilang," ucapku seraya memulai membuka kadi-kado tersebut.

Biasa, kecerewetan Rany membuatku senang. Sambil membuka kado-kado itu dia ramenya, mengatakan ini itu, pada barang yang diberikan mereka sebagai kado tadi. Termasuk kado dari dirinya. Berbagai macam barang dan pakaian, yang telah menjadi hadiah dari teman-teman sekantorku. 

Aku bersyukur, karena aku masih diberi kesehatan dan semoga di kasih umur yang panjang. biar menjadi orang yang lebih baik lagi, dan mendapat kebahagiaan di dunia sampai akhirat. Masih banyak orang-orang yang telah menyayangiku. Setelah selesai, aku menghubungi pak parto untuk masuk ke dalam kantor dan kusuruh dia mengambil serta menyimpan kardus tersebut di dalam bagasi mobil.  

Tapi waktu aku telepon pak parto, sepertinya dia lagi dalam keadaan shock dan ketakutan. Kenapa dia, apakah ada masalah?