Tatapan kami bertemu, saling pandang dan tersenyum. Dia memegang bibirku dan mengusapnya lembut, hingga aku pejamkan mata. Ia melumat bibirku dengan penuh gairah. Semua wajah, leher sudah penuh oleh ciuman laki-laki tampan ini. Lalu kami saling melepas baju masing-masing dan melakukan hubungan suami istri. Namun, baru sebentar permainan kami, tiba-tiba suara bel rumah berbunyi.
"Ah, shit," umpat David kecewa karena permainannya baru saja dimulai.
"Siapa sih, yang datang? Ganggu aja." gerutuku. Kami pun mengakhiri permainan ini. Bergegas kami mengenakan pakaian kembali.
"Sayang! Tunggu sebentar ya! Aku lihat dulu siapa yang datang," ucapku pada David yang terlihat sedikit kecewa.
"Iya, sayang! Cepetan!" pinta David sembari mengenakan celananya dan pakaiannya asal.
Ting tong!
Ting tong!
Bel rumah semakin terdengar bersahutan karena ditekan berkali-kali tanpa jeda. "Siapa sih?" gumamku sedikit berdecak. Aku langkahkan kaki dengan cepat menuju pintu depan. Ketika aku buka pintu, jantungku terasa berhenti berdenyut dan mataku terbelalak dengan mulut yang menganga.
"Ma-s Rey-han?" ucapku terbata melihat laki-laki yang berdiri di depan pintu. Mata Mas Reyhan membulat sempurna ketika melihatku. Entahlah.
"Kenapa pakaian kamu seperti ini? Dan itu make up kamu? Rambut kamu? Dari mana kamu?" aku diberondong berbagai pertanyaan olehnya.
Aliran darahku seakan berhenti dengan pertanyaan-pertanyaan, Mas Reyhan. Bibirku terasa Kelu dan jantungku terasa berdenyut lebih cepat.
"Mas, kenapa balik lagi?" tanyaku berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
Mas Reyhan bergegas masuk ke dalam rumah. Jantungku benar-benar seakan mau copot dari tempatnya, tatkala mas Reyhan mempercepat langkah kakinya menuju ruang tengah. Terlihat dia mencari sesuatu. Entah itu apa?
"Mas Reyhan, cari apa?" tanyaku sembari mempercepat langkahku mengikutinya. Namun, dia tak menghiraukan pertanyaanku. Mampus, kalau aku ketahuan membawa masuk laki-laki ke dalam rumah ini. Bisa berakhir hidupku kalau sampai ketahuan.
Mataku menyapu ke seluruh ruang tengah, mencari sosok David. Aku bernafas lega ternyata laki-laki itu sudah tak ada di ruangan ini. Entah dimana ia bersembunyi.
Mas Reyhan terlihat emosi, berkali-kali ia berdecak kesal. Lalu, ia mempercepat langkah kakinya menuju ruang kerjanya. "Ah, sial! Dimana sih kamu?"
Deg
Betul-betul jantungku seakan hampir lepas dari tempatnya. Aku bergegas menyusulnya, meski kakiku terasa bergetar. Namun, aku mencoba untuk menutupi semua ketakutanku.
"Hah, dimana kamu?" terdengar teriakannya semakin kesal. Akankah ini akhir dari ceritaku?
"Ma-s Rey-han, cari siapa?" tanyaku terbata karena rasa takutku. Aku menahan nafas dan mencoba mengusap wajahku dengan kedua tangan.
"Owh, rupanya kamu ada disini?" ucapnya kembali terdengar. Sungguh aku tak berani untuk membuka mata.
"Ma-maafkan, aku, Mas!" ucapku dengan gugup dan tubuh panas dingin. Aku menundukkan wajah tak berani menatapnya.
Terdengar langkah kakinya berjalan mendekat ke arahku. Nafasku seakan berhenti, jantung pun terasa sesak seketika.
"Hai, Sayang! Kenapa kamu ketakutan seperti ini?" tanya Mas Reyhan. Aku diam seribu bahasa dan hanya menunduk.
"Lihat! aku sudah temukan dokumen penting ini," ujarnya sambil memperlihatkan dokumen itu di hadapanku. Terasa aku bagai diguyur air es, seketika detak jantungku kembali normal.
"Mas, pulang cari itu?" seketika kuangkat wajahku melihat dokumen yang berada di tangan kanan, Mas Reyhan.
"Iya, Sayang! Kemarin aku bawa pulang. Tapi tadi aku lupa membawanya kembali, jadi aku balik lagi ke rumah," ujar Mas Reyhan menjelaskan. Lalu tersenyum manis.
Aku yang merasa lega, akhirnya bisa tersenyum kembali. Mengusap dadaku dengan tangan kananku.
"Kalau begitu, aku balik lagi ke kantor, ya!" pamit Mas Reyhan. Lalu, mengecup keningku dan mengacak rambutku.
Mas Reyhan melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Namun, ia menghentikan langkahnya kembali setelah beberapa langkah. "Kenapa, aku mencium aroma minyak wangi laki-laki di rumah ini?" tanyanya mengendus-endus aroma minyak itu.
Segera aku mendekatinya dan bergelayut manja di pinggangnya. "Ah, Mas Reyhan ada-ada saja. Iya itu pasti aroma minyak wanginya yang kamu pakai, Mas?" ucapku mencoba untuk mempengaruhi otak warasnya.
Mas Reyhan terlihat mencium baju yang ia kenakan. Dari tangan kanan, kiri dan baju bagian depan. Dengan sedikit gugup aku mencoba meyakinkannya kembali.
"Iya, sudah! Aku pergi!" pamitnya kembali. Beruntung ia percaya dengan ucapanku. Kemudian, ia bergegas kembali lagi ke kantor. Tadinya aku pikir, ia pulang karena mengetahui ada laki-laki lain di rumah ini. Ternyata hanya untuk mengambil dokumen itu saja. Untungnya, tadi ia tak terlalu fokus memperhatikan penampilanku dan tak terlalu fokus dengan aroma minyak yang dipakai David. Mungkin, tadi yang ada di pikirannya hanya fokus mencari dokumen itu. Sehingga aku aman. Untungnya lagi, David kesini naik taksi online. Jadi, tak ada mobil yang terparkir di depan rumah.
Setelah aku pastikan Mas Reyhan betul-betul meninggalkan rumah ini, bergegas aku kembali untuk mencari dimana David sembunyi. Aku mencarinya di ruang tengah. Namun, aku tak menemukan siapa-siapa. Kemudian, aku mencoba menuju ruang kerja Mas Reyhan. Di sana nampak sepi tak ada siapa pun. Lalu, dimana David bersembunyi?
"David! Sayang! Keluarlah! Mas Reyhan sudah pergi lagi," panggilku. Namun, tak ada satu makhluk pun yang keluar dari persembunyiannya. Aku ulangi panggilan itu, hingga berkali-kali. Hasilnya tetap sama. Nihil. Dengan langkah gusar aku mencoba mencarinya ke seluruh ruangan ini.
Kembali lagi ke ruang tengah, untuk mencari David. Namun, ia juga belum terlihat. Aku hampir frustasi dibuatnya. Berdiam dan berdiri sejenak untuk berpikir. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan pelukan hangat dari belakangku dan ciuman romantis yang mendarat di pipi kiriku. Aku hirup aroma tubuhnya, tak lain adalah David.
"Sayang! Kamu sembunyi dimana? Aku panggil dari tadi tapi tak ada jawaban," ucapku dengan mencubit perutnya gemas.
David terkekeh, mencium mesra bibirku kembali. "Kenapa, sayang? Mau terusin permainan yang tadi?" bisiknya tepat di telinga kiriku. Terasa geli dan nakal. Aku hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawabannya.
Gelora yang menggebu dan hasrat yang memuncak, penuh gairah kami mengulangi adegan panas kembali. Namun, lagi dan lagi hasrat itu belum sepenuhnya untuk mencapai puncaknya, kami dikagetkan dengan suara bel rumah kembali.
"Ah, shit!" kesal David dengan memukul sofa. Suara bel itu benar-benar spontan membuat kejantanan David yang tadinya keras dan kaku, seketika lemas.
"Nanggung, Sayang! Sebentar lagi aku mau keluar," ucapku sambil mendesah.
"Kamu, lihat dulu siapa yang datang! Takutnya suami kamu lagi," ucapnya dengan nada kecewa.
Ting-tong!
Ting-tong!
Suara bel kembali terdengar memenuhi ruangan ini dan sangat mengganggu adegan panas ini. Dengan menggerutu dan berdecak kesal kami memilih untuk menghentikan permainan ini sementara.
Dengan rasa kecewa dan hati yang dongkol, aku mengenakan pakaianku kembali dan bergegas membuka pintu. Takutnya kalau Mas Reyhan lagi yang datang.
Setelah aku buka pintu rumah, terlihat seorang gadis muda lumayan cantik berdiri tepat di depan pintu. Aku pandangi gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Saat dia mengangkat wajahnya, dia tersenyum ramah ke arahku.
"Siapa, ya?" tanyaku penasaran kepada gadis muda lumayan cantik ini.