Kini mobil Dennis telah jatuh ke sungai besar. Arusnya sangat besar dan membuat mereka tenggelam. Bryan segera keluar dari mobil yang sudah berada di tengah sungai.
Sayangnya Dennis dan Amara yang sama-sama tidak dapat berenang itu tidak menunjukkan reaksi apapun. Mereka tenggelam di tengah derasnya air sungai.
Kemudian Bryan kembali ke dalam mobil, dengan susah payah ia mengambil ban serep yang ada di dalam mobil. Bryan tahu Dennis selalu membawa ban serep kemanapun. Sekarang Bryan mencoba untuk mengangkat tubuh Dennis dan Amara ke atas ban itu satu per satu.
Dengan sangat susah payah akhirnya berhasil juga. Kemudian Bryan juga mendorong ban itu sampai ke daratan.
Bryan juga memencet nadi mereka, mesmatikan apakah mereka masih bernafas atau tidak.
Beruntung, kedua temannya itu masih bernafas sekarang.
Bryan merasa lega sekarang karena tidak ada yang meninggal dalam kecelakaan itu. Setelah Bryan menjatuhkan mobil itu ke dalam jurang, ia juga tidak melihat lagi bayangan hitam yang sebelumnya masih ada di belakang Amara. Entah kemana ia pergi, tapi yang jelas sekarang Bryan sudah lega karena kedua temannya dapat diselamatkan. Tidak terbayang jika salah satu dari mereka atau bahkan keduanya meninggal dunia, Bryan pasti akan sangat sedih dan terpukul.
Setelah memastikan kedua temannya masih hidup, Bryan mencoba menekan dada mereka satu per satu. Namun mereka masih belum juga sadarkan diri. Bryan menatap keduanya, bingung apa yang harus ia lakukan lagi agar mereka bisa cepat sadar.
Tak ada pilihan lain lagi selain Bryan harus memberikan nafas buatan untuk mereka.
Pertama Bryan memberikan nafas buatan kepada Dennis.
Tidak berselang lama Dennis sadar dan terbatuk-batuk hingga mengeluarkan air dari mulutnya.
"Dimana gue? Apa gue sudah ada di surga sekarang?" tanya Dennis yang baru membuka matanya.
"Bukan. Lo di neraka," jawab Bryan meledek.
"Sialan lo. Bikin kaget aja? Jadi gue masih hidup sekarang? Gue belum mati kan?" kata Dennis sambil mencunit tangannya sendiri.
Sementara Bryan tak ingin mempedulikan ucapan Dennis, ia segera beralih ke arah Amara yang masih belum sadarkan diri juga. Kali ini Bryan harus memberikan nafas buatan kepada Amara.
Sebelumnya Bryan memeriksa denyut nadi Amara, tapi kemudian detak jantungnya jadi berdenyut kencang. Ia jadi merasa sangat gugup sekarang. Padahal tadi ketika ia melakukan pada Dennis, sama sekali tidak ada perasaan seperti ini.
'Ayo Bryan lo harus melakukannya, nggak boleh seperti ini,' gumam Bryan di dalam hatinya.
Akhirnya dengan perlahan Bryan memberikan nafas buatan kepada Amara. Dennis yang melihat kejadian itu langsung terbelalak. Dalam hatinya ia bersorak gembira karena ia adalah orang yang paling mendukung dengan hubungan keduanya.
Tidak berselang lama, Amara tersadar dan memuntahkan air sambil terbatuk-batuk. Bryan segera mengangkat wajahnya dari hadapan Amara.
Setelah membuka mata, Amara merasa bingung melihat Bryan dan Dennis yang dalam keadaan basah.
"Lo nggak papa kan?" tanya Bryan kepada Amara dengan penuh rasa khawatir.
Amara hanya mengangguk. Meskipun tubuhnya masih lemas karena tenggelam tadi, tapi ia masih kuat berdiri ketika Bryan membantunya dengan menarik kedua tangannya.
"Terus sekarang kita gimana nih?" tanya Dennis yang masih shock dengan kejadian tadi.
"Kita harus kembali naik ke atas. Pasti di sana sudah terjadi kecelakaan hebat," ucap Bryan sambil mencoba menerawang.
Dengan susah payah mereka akhirnya dapat kembali naik ke atas. Dan benar saja, sudah ada kecelakaan hebat yang terjadi antara mobil yang berlutar di depan mobil Dennis dengan mobil lain. Mereka tercengang melihat keadaan di depan sana. Kedua mobil itu terbalik dan hancur.
Bryan melangkah mendekat ke arah mobil tersebut. Sementara kedua temannya sudah diberi perintah oleh Bryan agar menjauh dari sana.
Sebenarnya Amara sangat khawatir pada Bryan, tetapi ia juga tak dapat berbuat apa-apa karena Bryan sangat tidak suka jika ada orang lain yang mengkhawatirkan dirinya.
Akhirnya Dennis menggandeng tangan Amara untuk pergi dari sana dan segera menaiki taksi.
Sementara Bryan mendekat ke arah mobil yang tebalik itu. Bryan mencoba masuk ke dalam mobil itu, untuk memastikan apakah masih ada orang di dalam sana atau tidak. Ternyata ada dua orang yang masih terjebak di dalam mobil terbalik itu.
Ketika dilihat, kedua orang itu adalah seorang laki-laki dan seorang gadis.
Gadis itu seperti tidak asing lagi bagi Bryan. Bryan baru ingat kalau gadis itu adalah gadis yang kemarin bertabrakan dengannya di bioskop.
Jadi bayangan kematian itu datang karena gadis ini yang akan celaka? Bryan segera mengecek denyut nadinya. Gadis itu masih hidup.
***
Di dalam taksi Dennis tak berhenti menceritakan apa yang tadi ia lihat. Tentang bagaimana Bryan begitu panik melihat Amara yang masih tak sadarkan diri.
"Lo tahu nggak sih kalau Bryan panik banget as lo masih pingsan tadi," katanya sambil membayangkan kejadian tadi.
"Apaan sih lo? Jangn keras-keras kalau ngomong. Nggak enak tuh sama supir taksi," kata Amara yang kesal. Tapi wajahnya memerah seperti tomat masak.
"Gue serius. Dia tuh panik banget tahu, sampai rela ngasih nafas buatan loh buat lo," tambah Dennis lagi sambil mencolek bahu Amara.
"Hah? Nafas buatan? Dari mulut ke mulut?" teriak Amara yang kaget sampai membuat supir taksi jadi ikut kaget.
"Tadi katanya suruh ngomong pelan, sekarang malah lo yang teriak. Gimana sih?" kata Dennis sambil tersenyum menggoda Amara.
Jantung Amara tiba-tiba jadi berdetak sangat kencang. Ia tidak bisa membayangkan ketika Bryan melakukan itu. Amara jadi tak dapat mengontrol dirinya sendiri. Pikirannya kacau membayangkan hal itu.
Di satu sisi Amara merasa begitu bahagia dengan cerita yang dikatakan Dennis. Namun di sisi lain, ia juga merasa takut kalau hubungannya dengan Bryan nanti akan menjadi canggung. Ia ingin bersikap biasa saja setelah ini, tetapi mungkin itu akan sulit bagi Amara.
Akhirnya taksi berhenti di depan rumah Amara. Amara segera turun dan masuk ke dalam rumahnya. Sementara Dennis berpamit karena harus segera kembali ke rumahnya sendiri.
"Lo nanti temuin Bryan sendiri aja ya. Gue harus urus mobil gue yang tadi tenggelam soalnya."
Amara mengangguk dan Dennis pun pergi dengan taksi tadi.
Amara segera masuk ke rumah dan membersihkan badannya yang basah kuyup akibat tersebut di sungai.
Sesekali ia mengusap bibirnya yang tak disengaja telah tersentuh oleh bibir Bryan yang seksi.
Amara jadi senyum-senyum sendiri. Membayangkan bagaimana bibir Bryan menempel di bibirnya.
Sayangnya ia tak dapat mengingat hal itu dengan jelas karena ia masih dalam keadaan pingsan tadi. Tapi yang pasti, Amara sangat bahagia sekarang.