Chereads / BRYAN ANAK INDIGO / Chapter 20 - Meyakinkan Jesica

Chapter 20 - Meyakinkan Jesica

Pagi ini wali kelas Bryan masuk dengan wajah yang begitu gembira. Sepertinya akan ada kabar baik yang ingin beliau sampaikan.

"Anak-anak... Tolong perhatiannya sebentar!" teriak wanita cantik berusia 35 tahun itu.

Ibu Emi, adalah guru bahasa Indonesia sekaligus wali kelas Bryan. Wajahnya begitu cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi. Tak sedikit anak didiknya yang mengidolakan kecantikan dan kebaikan Ibu Emi. Selain cantik, beliau juga sangat ramah dan baik. Hampir tidak pernah marah sekalipun keadaan kelas kadang ramai dan ricuh.

Hal itu justru membuat anak muridnya patuh dengan semua peraturan yang beliau buat. Mereka merasa nyaman berada di bawah naungan Ibu Emi. Mereka juga begitu menghargai Ibu Emi sebagai ibu kedua mereka di sekolah.

"Ibu ada kabar baik untuk kalian. Nanti setelah ujian sekolah selesai, sekolah akan mengadakan study tour ke Bali."

Apa yang dikatakan oleh Ibu Emi sontak membuat semua siswa di kelas itu bersorak ria. Mereka sangat gembira karena akan diadakan study tour ke pulau Bali. Namun tidak dengan Bryan, pria itu justru tampak biasa saja mendengar berita gembira tadi.

"Kapan Bu?" teriak Dennis yang paling antusias dengan kabar ini.

"Insya Allah akan kita adakan bulan Juni nanti ya. Setelah ujian sekolah selesai sekaligus libur sekolah," jawab Ibu Emi dengan senyum yang merekah di wajahnya.

"Uh... Udah nggak sabar mau liburan. Ke Bali dong..." teriak Dennis begitu gembira.

Amara yang duduk di samping Bryan juga tampak gembira dan antusias. Ia juga sudah tidak sabar untuk ikut dalam study tour itu.

"Masih lama keles... Bulan Juni, ini aja masih bulan Maret..." katanya sambil melirik ke arah Bryan yang masih diam tanpa ekspresi.

"Iya ya... Gue jadi udah nggak sabar pengin langsung loncat ke bulan Juni," cetus Dennis dengan tawanya.

Amara yang mendengar itu juga ikut tertawa. Namun ketika ia melirik ke arah Bryan, pria itu masih saja diam tanpa ekspresi.

"Bry, kamu ikut juga kan ke Bali nanti?" tanya Amara dengan suara yang lembut.

"Jelas lah dia ikut, masa dia mau membiarkan lo jalan berdua aja sama gue," cetus Dennis lagi sambil menyenggol bahu Bryan.

Bryan tampak berpikir keras. Sebenarnya ia sama sekali tidak tertarik dengan kegiatan ini. Apalagi ini adalah perjalanan panjang menuju ke pulau Bali. Bryan takut akan melihat banyak kejadian aneh yang tak kasat mata selama ada di sana. Apalagi pulau Bali terkenal dengan budaya yang masih banyak mempercayai hal mistis.

Namun jika Bryan tidak ikut, Amara akan pergi berdua dengan Dennis. Karena tidak ada teman dekatnya selain Dennis di kelas ini. Bryan adalah tipe orang yang sangat cemburuan. Ia akan sangat cemburu jika membiarkan Amara pergi ke Bali hanya berdua dengan Dennis nanti.

"Iya, gue ikut kok." Bryan memberi jawaban yang tegas.

Amara kemudian tersenyum lega mendengar jawaban itu. Dennis juga ikut tersenyum, meskipun ia sudah menduga kalau Bryan tidak akan menolak permintaan Amara tadi.

Sepulang sekolah, Bryan segera pergi menuju ke cafe. Hari ini ia harus bekerja lebih awal untuk menyanyi di cafe.

Bryan menyanyi dengan suara yang begitu indah di hadapan semua pengunjung cafe yang sedang menikmati makanannya. Tampak juga Amara datang di ujung sana, ia juga ingin mendengarkan suara indah Bryan. Rasanya sudah lama sekali Amara tidak mendengarkan suara Bryan bernyanyi.

Setelah selesai menyanyikan sebuah lagu, Bryan turun dari panggung dan segera menghampiri Amara.

"Sebentar lagi dia akan datang. Nanti aku akan kenalkan kamu sama dia," ucap Bryan sambil meminum segelas soda di depannya.

"Memangnya dia itu siapa?"

"Jesica, anaknya Ibu Moa.Yang waktu itu mengalami kecelakaan mobil dan mobil Dennis juga menjadi korbannya," jawab Bryan mencoba mengingat kembali kejadian yang waktu itu.

Amara tampaknya juga sudah ingat dengan kejadian itu. Namun sepertinya ia tidak begitu suka ketika Bryan menyebut nama perempuan lain.

Melihat ekspresi wajah Amara yang tampak cemberut, Bryan mengusap lembut rambut Amara sambil tersenyum.

"Nggak usah cemburu! Aku nggak ada hubungan apa-apa kok sama dia," katanya dengan senyum indahnya mengarah ke Amara.

"Siapa yang cemburu," kata Amara pelan.

"Hai, sorry ya aku telat," kata seorang perempuan yang tiba-tiba datang dari arah belakang Bryan. Perempuan itu adalah Jesica.

"Nggak apa-apa. Oh iya kenalkan ini Amara, dia adalah pacarku," kata Bryan dengan bangganya memperkenalkan Amara kepada Jesica.

Wajah Jesica langsung menciut ketika tahu bahwa Bryan ternyata sudah mempunyai pacar. Ada rasa cemburu di dalam benak Jesica karena diam-diam Jesica sudah mulai jatuh cinta kepada Bryan. Namun Jesica tidak mau menampakkan perasaan itu di depan Bryan. Ia berusaha tetap tenang dan bersikap seolah baik-baik saja.

"Oh Hai... Kenalkan namaku Jesica," katanya sambil mengulurkan tangannya ke arah Amara. Mereka saling berjabat tangan lalu duduk bersama di sebuah meja bulat yang lumayan besar.

Bryan bingung harus memulai darimana untuk bicara dengan Jesica.

"Jes, lo harus hati-hati ya sama ibu tiri lo itu," ucap Bryan dengan wajah yang sangat serius.

Jesica tentu kaget bukan main, darimana Bryan tahu bahwa wanita itu adalah ibu tirinya sementara Jesica merasa tidak pernah menceritakan apapun kepada Bryan soal Moa.

"Darimana lo tahu kalau dia adalah ibu tiri gue?"

"Itu nggak penting. Yang penting sekarang adalah lo harus tetap hati-hati. Karena dia punya rencana untuk membunuh lo," sahut Bryan masih dengan wajah yang sangat serius.

Namun Jesica justru menganggap ucapan Bryan adalah candaan yang sangat lucu. Ia tertawa terbahak-bahak sampai hampir menangis.

"Apaan sih lo. Nggak lucu deh, mana mungkin sih."

"Gue serius," kata Bryan semakin menatap ke arah Jesica dengan tatapan yang begitu serius. Jesica akhirnya menghentikan tawanya.

"Oke. Sekarang coba jelaskan sama gue, kenapa gue harus percaya sama kata-kata lo itu?" ucap Jesica menatap balik mata Bryan.

Bryan menghela nafas panjang, kemudian ia tampak sedang menerawang sesuatu.

"Dulu waktu lo kecil, lo pernah mainan makeup punya ibu kandung lo. Terus lo dimarahin habis-habisan sama ibu kandung lo. Dan ketika lo duduk di bangku SMP, ibu kandung lo meninggal dunia akibat menjadi korban tabrak lari. Gue benar kan?" ujar Bryan sambil mengangkat kedua alisnya untuk meyakinkan Jesica.

Jesica tampak sangat shock dengan semua ucapan Bryan. Apa yang baru saja Bryan katakan memang benar. Ibu Jesica meninggal dunia karena ditabrak oleh sebuah mobil, tapi pelakunya melarikan diri.

"Dan asal lo tahu, pelaku yang menabrak ibu kandung lo itu adalah Ibu Moa. Ibu tiri lo sendiri," lanjut Bryan semakin membuat Jesica terpana. Ia benar-benar shock dan masih tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Bryan itu.