Chereads / BRYAN ANAK INDIGO / Chapter 21 - Melakukan Ritual

Chapter 21 - Melakukan Ritual

Jesica menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Bryan.

"Ibu tiri lo sengaja melindas ibu kandung lo sampai meninggal dunia karena ia takut ditangkap. Kemudian beberapa bulan setelah itu, ia juga sengaja menikah dengan ayah kamu agar bisa menutupi semua perbuatan yang sudah ia lakukan kepada ibu kandung lo itu," lanjut Bryan lagi.

Jesica masih diam, mulutnya terbuka lebar seolah masih tak percaya dengan ucapan Bryan itu.

"Dengan kata lain, Ibu Moa adalah orang yang sudah membunuh ibu kandung lo. Oh bukan, bukan dia tapi roh jahat yang sedang menguasai ibu tiri lo yang sudah melakukan itu."

Jesica semakin tak mengerti dengan apa yang Bryan katakan itu. Ia justru marah, sambil berdiri dan menggebrak meja.

"Stop lo fitnah ibu gue! Dia bukan orang jahat seperti yang lo katakan itu," kata Jesica setelah itu pergi meninggalkan mereka.

Bryan jadi bingung, meskipun ia juga sudah menduga bahwa Jesica tidak akan mempercayai ucapannya.

"Biar aku saja yang kejar dia!" ucap Amara mencegah Bryan ketika ia akan mengejar Jesica.

Sekarang Bryan jadi kebingungan, apa lagi yang bisa ia lakukan untuk meli dugi Jesica dari niat jahat ibu tirinya itu.

Amara berlari mengejar Jesica. Ia juga berteriak agar Jesica menghentikan langkahnya.

"Jesica tunggu!" teriak Amara untuk yang ke sekian kalinya.

Akhirnya Jesica berhenti dan menoleh ke belakang. Wajahnya masih terlihat sangat kesal. Ditambah lagi sekarang ia harus berhadapan dengan Amara yang tadi sempat membuatnya cemburu.

"Ada apa lagi hah? Apa sekarang lo juga mau mengarang cerita yang lebih nggak masuk akal lagi?" kata Jesica meluapkan semua emosinya.

"Bukan itu. Lebih baik sekarang kota bicara di tempat lain. Kita tenangkan dulu pikiran dan hati kita ya," kata Amara menggandeng tangan Jesica.

Akhirnya Jesica setuju dan mereka pun pergi ke tempat lain untuk bicara berdua.

Amara mengajak Jesica ke sebuah tempat yang menurutnya sangat nyaman dan tenang. Tempat itu adalah pantai.

Mereka pergi ke sebuah pantai yang indah, meskipun hari sudah gelap tapi tempat itu nyatanya mampu membuat perasan dan hati Jesica jadi sedikit lebih tenang.

Ia sangat menikmati hembusan angin malam di pantai itu. Berulang kali Jesica menghela nafas untuk membuat hatinya jadi tenang.

Setelah dilihatnya Jesica sudah lebih tenang, barulah Amara mulai bicara.

"Lo sudah lebih tenang kan sekarang?" tanyanya dengan pelan.

Jesica hanya mengangguk sambil kakinya digoyangkan memainkan pasir pantai.

"Lo tahu nggak awal mula gue kenal sama Bryan. Pertemuan itu sangat aneh buat gue. Gue pindahan dari kota lain, gue pindah ke sekolah Bryan. Hari pertama gue pulang sekolah itu, gue dicegat oleh orang-orang yang dalam pengaruh obat. Dan lebih ngerinya lagi mereka terlihat seperti zombi. Mereka datang mau menyerang gue, tapi tiba-tiba Bryan datang menyelamatkan gue. Seolah-olah dia sudah tahu dengan apa yang terjadi sama gue. Semenjak itu gue jadi dekat dengan Bryan. Ada banyak hal yang ingin gue cari tahu dari dia. Termasuk soal kemampuannya yang nggak pernah bisa dimiliki oleh orang lain. Dia itu punya kemampuan indra keenam. Dia bisa melihat hal apapun yang terjadi di masa lalu, maupun di masa depan. Awalnya gue memang nggak percaya, tapi lama kelamaan gue percaya karena gue selalu ada di dekatnya. Dia bicara sama lo seperti tadi itu bukan karena dia mau ikut campur tentang keluarga lo, ataupun berniat buruk sama keluarga lo. Justru dia ingin membantu keluarga lo untuk bisa menyelasaikan masalah ini. Hidupnya tidak akan tenang jika masalah yang ia lihat di dalam pikirannya itu belum selesai. Bahkan ia rela meregeng nyawa asalkan masalah itu bisa ia selesaikan. Bryan hanya ingin melindungi lo dan keluarga lo, dari roh jahat yang saat ini sedang menguasai ibu tiri lo itu. Percayalah sama gue, dia nggak akan berbuat jahat kok. Jadi please, izinkan dia untuk melakukan sesuatu agar keluarga lo selamat," kata Amara panjang lebar.

Tak terasa Amara juga meneteskan air matanya. Karena ia tidak ingin jika sesuatu buruk terjadi pada Bryan bahkan sampai membuatnya kehilangan nyawa.

Jesica menatap wajah Amara yang sendu. Ia merasa apa yang dikatakan oleh Amara memang tulus dari dalam hatinya.

"Oke. Gue akan izinkan dia melakukan sesuatu yang dia mau. Tapi dengan satu syarat! Jangan sampai membuat ibu gue terluka apalagi sampai membuat dia meninggal dunia. Karena gue nggak mau kehilangan ibu gue untuk yang kedua kalinya," kata Jesica dengan mata yang berkaca-kaca.

Amara melihat Jesica jadi ikut menangis. Ternyata perjalanan hidup Jesica lebih pahit dari dirinya.

"Gue yakin Bryan akan melakukan yng terbaik kok."

Tak berselang lama Bryan pun datang untuk mencari Amara. Ia sangat khawatir dengan kondisi Amara.

Amara juga sudah menjelaskan semuanya bahwa Jesica telah mengizinkan mereka untuk melakukan sesuatu.

Tanpa berpikir panjang lagi Bryan membawa kedua gadis itu ke rumah paranormal yang kemarin ia datangi.

Sesampainya di rumah Ki Joko, mereka duduk membentuk lingkaran kecil.

Di tengah-tengah mereka terlihat sudah ada berbagai perlengkapan yang nantinya akan digunakan sebagai alat ritual. Seperti sesajen, dupa dan ayam hitam yang siap dipotong jika terjadi sesuatu nanti.

Mereka bertiga juga duduk saling bergandengan tangan.

"Kalian tolong jangan ada yang melepaskan tangan kalian ya. Tetap bergandengan seperti ini selama saya melakukan ritual untuk mengusir roh jahat itu," ucap Ki Joko dengan mata yang sedikit melotot.

Jesica dan Amara yang sebenarnya masih merasa takut hanya bisa menganggukkan kepala menuruti apa kata Ki Joko.

"Jika nanti roh jahat itu memasuki tubuh saya ataupun tubuh Bryan, tolong kalian langsung potong saja ayam ini!" lanjutnya lagi.

"Tolong jangan ada yang mengacaukan ritual ini! Saya akan segera memulainya," kata Ki Joko sambil memejamkan mata.

Bryan juga ikut memejamkan matanya. Mereka tampak membaca mantra dan doa untuk mengusir roh jahat yang ada di dalam tubuh Moa.

Di sisi lain, Moa yang sedang tertidur lelap di dalam kamarnya tiba-tiba merasa kepanasan. Ia merasa tubuhnya seperti terbakar. Ia juga terus mengerang kesakitan sampai membuat suaminya yang tidur di sampingnya jadi terbangun.

"Ada apa sayang?" kata Mr. Lee merasa bingung melihat istrinya tiba-tiba histeris sambil kepanasan.

Amara menatap Bryan yang terus memejamkan matanya. Bryan tampak masih tenang, tetapi nyatanya sekarang ia sedang bertarung melawan roh jahat yang sebentar lagi akan keluar dari tubuh Moa.

Sementara Jesica justru tidak tahan membayangkan ibu tirinya sekarang sedang tersiksa akibat ulah Bryan dan paranormal itu.

Kemudian Jesica berteriak dan mengacaukan semua ritual yang hampir saja selesai.

"HENTIKAN! HENTIKAN SEMUA INI!" katanya dengan suara lantang.

Ki Joko dan Bryan juga ikut terkejut. Mereka terpaksa menghentikan ritual itu karena terganggu dengan suara pantang Jesica tadi.