Malam ini seperti biasa Bryan harus kembali bekerja di cafe. Meskipun ujian sekolah sudah dekat, tapi ia tetap harus bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Maklum saja dari kecil Bryan memang sudah terbiasa hidup sendiri dan mencari uang sendiri.
Di cafe tempat Bryan bekerja, ia menyanyikan sebuah lagu Korea dengan sangat merdu. Semua tamu yang datang malam itu tampak sangat menikmati suara emas dari Bryan.
Dari sudut ruangan itu juga terlihat keluarga Mr. Lee sedang duduk menikmati makan malam mereka. Bryan telah menyelesaikan tugas menyanyinya malam ini. Ia juga sengaja menghindar dan berpura-pura tidak melihat keluarga Mr. Lee karena ia merasa takut jika melihat istri Mr. Lee yang memiliki aura negatif itu.
Namun belum sempat Bryan menghindar, Mr. Lee justru memanggilnya.
"Bryan!" teriaknya sambil melambaikan tangan.
Karena merasa tidak enak jika menghindar, terpaksa Bryan datang ke meja mereka.
Dilihatnya istri dan anak dari Mr. Lee juga ada di sana.
"Halo Mr. Lee rupanya kalian juga ada di sini," ucap Bryan mencoba berbasa-basi.
Mr. Lee mempersilahkan Bryan untuk duduk di samping putrinya. Sebenarnya Bryan ingin sekali menolak dan segera pergi dari meja itu karena ada Moa yang daritadi terus melihat ke arahnya.
"Kita belum sempat kenalan. Perkenalkan namaku Jesica, kamu bisa panggil aku Jesi aja." Jesica mengulurkan tangannya ke arah Bryan.
Bryan menyambutnya dengan wajah yang datar dan dingin.
"Kamu sudah tahu namaku kan, jadi aku nggak perlu menyebutkan lagi," katanya sambil menyunggingkan senyum tipis yang dingin.
'Ya ampun nih cowok dingin banget, tapi aku suka." Jesi bergumam di dalam hatinya sambil terus menatap mata Bryan yang indah.
"Suara kamu bagus," kata Jesi memujinya sambil terus menatap Bryan tiada henti.
"Terimakasih," sahut Bryan dengan tatapan yang biasa saja meskipun ia mendengar apa yang dikatakan Jesi di dalam hatinya tadi.
"Sayang aku mau ke toilet dulu ya sebentar," kata istri Mr. Lee sambil bangkit dari tempat duduknya. Kemudian ia melangkah menuju ke toilet.
Melihat wanita itu berjalan, tiba-tiba Bryan merasa ada hawa negatif di sana. Ia melihat sebuah masa lalu yang sangat kelam dari wanita itu. Namun wanita itu mencoba menyembunyikan dari keluarganya.
Bryan mencoba menerawang masa lalu istri dari Mr. Lee. Wanita itu awalnya adalah orang yang sangat baik. Namun sekarang ia sudah berubah menjadi wanita berbulu domba yang sangat jahat karena sudah dikuasai oleh roh jahat.
Dulu ia adalah anak gadis yang begitu baik, pintar, cantik dan sangat lemah lembut. Namun ia kerap mendapat siksaan dari orang tuanya. Ia sering dikurung di dalam gudang yang gelap, disiksa bahkan dipukul hanya karena kesalahan yang kecil.
Orang tua Moa seakan tidak mensyukuri nikmat Tuhan yang sudah diberikan kepada mereka dengan hadirnya seorang buah hati. Mereka begitu menyia-nyiakan Moa. Padahal di luar sana banyak sekali pasangan suami istri yang begitu mendambakan datangnya seorang buah hati.
Dari kejadian itu lah, sosok arwah jahat mulai datang dan merasuki tubuh wanita itu hingga sekarang.
Di usianya yang sudah memasuki empat puluh tahun, arwah jahat itu masih saja menempel pada tubuh Moa.
Karena hal itu Moa kini berubah jadi seorang gadis yang jahat. Ketika kedua orang tuanya membawanya keluar dari gudang yang gelap itu, aura negatif sudah keluar dari tubuh Moa. Ia berpikir untuk membunuh kedua orang tuanya sendiri.
Sehingga pada suatu malam ketika kedua orang tua Moa sedang terlelap, ia menusuk bagian perut mereka sampai akhirnya meninggal dunia. Namun tidak berhenti di situ saja, Moa juga telah merekayasa kejadian itu seolah-olah keluarganya menjadi korban perampokan di rumahnya.
Sungguh pikiran yang licik. Ia mampu berpura-pura baik di depan semua orang hanya untuk menutupi sifat jahatnya itu. Termasuk pada keluarganya sekarang. Ia hanya berpura-pura baik di depan anak dan suaminya hanya untuk menutupi sisi jahatnya saja.
Dan yang lebih menyedihkan lagi adalah, Moa juga ternyata adalah orang yang ada di balik kecelakaan mobil yang menimpa Jesi kemarin. Kecelakaan yang sudah membuat supir Jesi meninggal dunia. Namun Bryan tidak mau terlalu jauh mengurusi urusan mereka. Sehingga Bryan memilih diam dan tidak mau banyak bicara lagi.
Tapi Bryan juga akan sangat merasa berdosa jika ia membiarkan begitu saja masalah ini. Meskipun ia sekarang tidak tahu harus berbuat apa.
"Kamu kenapa Bry?" tanya Jesi yang cemas melihat Bryan memijat pelipisnya sendiri yang pusing akibat memikirkan masalah ini.
"Iya kamu sakit?" lanjut Mr. Lee juga berpikir hal yang sama.
"Oh nggak kok. Sepertinya saya harus pulang sekarang. Sudah malam, saya harus ke sekolah lagi besok pagi," ucap Bryan bangkit dari tempat duduknya dan segera meninggalkan meja itu.
Bryan pun kembali ke rumahnya. Ia mencoba untuk melupakan semua bayangan masa lalu tentang Moa tadi. Meskipun itu sangat sulit karena semua bayangan itu terlihat jelas dalam benak Bryan.
***
Keesokan harinya Bryan sudah kembali berangkat ke sekolah.
Seperti biasa sebelum jam pelajaran dimulai, ia menyempatkan diri untuk sarapan di kantin sekolah. Di sana juga terlihat ada Amara yang sedang menikmati sarapannya.
Bryan masih terus memikirkan masalah keluarga Mr. Lee. Bayangan masa lalu tentang istri Mr. Lee itu masih belum bisa Bryan lupakan.
Amara yang melihat Bryan dari tadi diam dan melamun jadi khawatir. Ia tahu pasti ada yang sedang Bryan pikirkan sekarang sehingga wajahnya terlihat sangat murung.
"Kamu lagi mikirin apa Bry?" tanya Amara dengan penuh perhatian.
"Nggak papa. Kamu lanjutkan aja makannya," ucap Bryan jadi salah tingkah karena Amara menyadarkannya dari lamunan.
"Gimana aku mau makan, kalau makanan kamu saja masih utuh begitu. Aku tahu kamu pasti lagu mikirin sesuatu kan?" kata Amara selalu bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran Bryan.
Bryan menghela nafas panjang, ia memang tidak pernah bisa berbohong pada gadis itu. Amara selalu bisa membuat Bryan jadi harus berkata jujur dengan apa yang ia rasakan sekarang.
Akhirnya Bryan mulai bicara sambil menatap mata Amara.
"Kamu ingat nggak dengan seorang wanita yang kemarin nyapa aku di minimarket pas kamu lagi belanja bulanan?" tanya Bryan dengan tatapan yang serius.
"Gimana aku bisa lupa dengan wanita itu. Semenjak kamu ketemu sama dia kamu jadi pendiam sampai sekarang. Ada apa sebenarnya dengan wanita itu?" ucap Amara menatap mata Bryan dengan lekat.
Bryan pun menceritakan semua yang ia ketahui tentang wanita itu. Amara yang mendengarnya jadi ikut kasihan. Namun ia juga tidak dapat membantu apa-apa sekarang.
"Apa aku boleh membantu dia untuk menyelesaikan masalah ini?" kata Bryan pelan.
"Boleh, tapi aku harus ikut denganmu." Amara mengangguk sambil memegang tangan Bryan.
"Tapi..." kata Bryan ingin menolak. Karena ia tidak mau ada hal buruk yang akan terjadi pada gadis yang sudah resmi menjadi kekasihnya itu.
Namun Bryan juga tak dapat menolak permintaan Amara. Akhirnya Bryan pun mengangguk dan setuju.