Chereads / BRYAN ANAK INDIGO / Chapter 19 - Datang Ke Paranormal

Chapter 19 - Datang Ke Paranormal

Brtan tidak punya pilihan lain lagi. Karena semakin dilarang, Amara justru akan semakin keras kepala.

Di dalam hari Bryan berjanji akan selalu melindungi gadis yang sangat ia cintai itu.

Sepulang sekolah, Amara dan Dennis pergi ke rumah Bryan untuk menyelesaikan tugas yang tadi diberikan oleh guru. Mereka tampak sedang sibuk mengerjakan tugas itu. Sementara Bryan justru sedang sibuk mencari orang pintar untuk membantunya menyelesaikan masalah keluarga Mr. Lee. Karena Bryan akan terus dihantui oleh masalah itu jika tidak segera diselesaikan.

Akhrinya setelah mencoba mencari di situs internet, ia berhasil menemukan seorang paranormal yang sesuai dengan kriteria nya.

Bryan segera mengambil ponselnya dan mencoba mencacat bio tentang paranormal itu.

Dennis yang tadi sibuk dengan tugasnya tiba-tiba merasa ingin buang air kecil. Ia bangkit dan segera melangkah menuju ke kamar mandi.

Namun ketika akan membuka pintu kamar mandinya, Dennis kembali menoleh ke arah Bryan.

"Bry, di dalam nggak ada Bella kan?" tanya Dennis pelan sambil melirik ke seluruh sudut kamar Bryan.

Dennis tahu tentang Bella dari cerita yang sering dilontarkan oleh Bryan.

"Kenapa memangnya? Lo mau dilihatin sama dia?" sahut Bryan meledek sambil tersenyum.

"Sialan lo! Gue serius ini ada nggak?" ucap Dennis yang merasa kesal.

"Nggak ada. Dia ada di ujung lemari sana tuh. Lagian dia juga nggak memperhatikan lo," ucap Bryan lagi.

Dennis pun segera masuk ke kamar mandi karena ia sudah tidak tahan lagi. Sementara Bella memang ada di sudut kamar Bryan sedang sibuk memperhatikan Bryan dan Amara dari tadi.

"Siapa Bella?" tanya Amara yang ikut penasaran dengan nama itu.

"Dia penghuni asli rumah ini," kata Bryan santai.

"Dia hantu?" kata Amara lagi sedikit terkejut.

Namun ia juga tidak heran karena kekasihnya memang suka berkomunikasi dengan makhluk yang tak kasat mata.

Amara pun kembali mengerjakan tugasnya. Kemudian ia menanyakan salah satu pertanyaan yang membuatnya jadi kebingungan. Amara meminta bantuan pada Bryan untuk menjawab pertanyaan itu.

Kini mereka jadi semakin dekat, sesekali mereka juga saling pandang dan melempar senyum.

Bella yang melihat itu jadi sedih, wajahnya terlihat murung karena ia sedang menyimpan rasa cemburu.

'Ya ampun seharusnya aku sadar diri, kalau aku ini bukan manusia yang layak mencintai pria seperti Bryan,' katanya di dalam hati.

Setelah selesai mengerjakan tugas, Amara dan Dennis pun berpamit pulang. Mereka harus kembali ke rumah karena hari sudah sore.

Sementara Bryan kembali mencari informasi tentang paranormal yang tadi ia dapat di media sosial.

Bryan mencoba mendatangi ke alamat yang sudah tertera di sana.

Sesampainya di rumah paranormal, ia melihat banyak sekali penghuni di rumah itu yang tak kasat mata. Bryan dengan ramah mencoba menyapa mereka satu per satu agar mereka tidak merasa terganggu dengan kedatangan Bryan.

Tak berselang lama datanglah seorang pria dengan jenggot panjang dan pakaian yang serba putih.

"Ada perlu apa kamu datang kemari?" tanya pria itu dengan sangat lantang.

"Eh, anu... Itu... Saya mau minta bantuan sana Ki Joko," kata Bryan pelan sedikit merasa takut.

Namun tanpa dijelaskan lagi, pria itu sudah mengetahui apa maksud dan tujuan dari kedatangan Bryan ke rumahnya.

"Kamu ingin melepaskan roh jahat itu kan tapi kamu bingung bagaimana caranya? Masuklah dulu!" ucap paranormal itu mengajak Bryan untuk masuk ke dalam rumahnya.

Di dalam sana terlihat banyak sekali benda pusaka yang terpajang. Bryan duduk di sana menunggu Ki Joko yang sedang masuk ke ruang semedinya.

Dilihatnya seorang anak kecil yang berlari ke balik vas bunga ketika Bryan datang tadi.

"Hei... Sini! Jangan takut! Aku bukan orang jahat," ucap Bryan sambil melambaikan tangannya.

Tentu saja anak kecil itu bukan manusia. Dia sepertinya takut dan tidak terbiasa dengan datangnya Bryan ke rumah ini. Anak kecil itu tetap bersembunyi di balik vas bunga.

Tak berselang lama Ki Joko keluar dari ruang semedinya dan segera menghampiri Bryan yang masih duduk manis menunggunya.

"Roh itu benar-benar jahat karena ia sudah berada di dalam tubuh wanita itu selama puluhan tahun. Akan sulit untuk mengeluarkannya dari sana. Tapi bukan tidak bisa hanya saja kita perlu melakukannya dengan cara lain," katanya sambil menatap Bryan.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Kamu punya indera ke-enam kan? Aku mau kamu menjadi asisten ku, dan kita akan hadapi masalah ini sama-sama. Tapi kamu tahu kan resikonya, jika kita kalah dan tidak mampu melawan roh ini maka nyawa kita yang akan melayang," katanya.

Bryan tahu betul dengan semua resiko itu. Ia juga sebenarnya tidak mau menuruti permintaan Ki Joko itu tapi ia juga tidak bisa membiarkan masalah ini terus berlarut-larut. Akhirnya Bryan mengangguk dan setuju dengan permintaan Ki Joko tadi.

Sepulang dari rumah Ki Joko, Bryan segera merabahkan tubuhnya ke atas ranjang. Ia masih memikirkan rencana Ki Joko untuk menyelesaikan masalah ini.

Sebenarnya Bryan tidak mau melakukan ini tetapi tidak ada pilihan lain lagi selain menyetujuinya.

Bryan jadi berpikir ingin memberi tahu soal ini kepada Jesi. Namun Jesi tidak akan percaya dengan apa yang dikatakan oleh Bryan. Jesi bukan orang yang mudah percaya dengan hal-hal ghaib. Ia lebih menganggap hal-hal ghaib itu sebagai mitos saja.

Tapi jika ia tidak mengatakan kepada Jesi, maka nyawanya dalam bahaya. Jesi akan terbunuh oleh wanita itu. Dan Bryan akan sangat merasa berdosa jika hal itu sampai terjadi.

"Kamu kenapa melamun?" tanya Bella yang datang menghampiri Bryan.

"Nggak papa kok," jawab Bryan dengan sikap yang sedikit lebih lembut dari biasanya.

"Makanlah! Belakangan ini aku jarang melihat kamu makan. Nanti kamu sakit kalau telat makan. Apalagi ini sudah larut malam," ucap Bella dengan penuh perhatian.

Bryan mengangguk dan menjawab,"Iya nanti gue juga akan makan kok."

Bella tersenyum melihat perubahan sikap Bryan yang sedikit lebih lembut dari biasanya. Meskipun masih dingin, tapi nada suaranya terdengar lebih enak.

Bella tidak menyangka, laki-laki yang ada di depannya ini sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang sangat Bella cintai. Bella melihat perkembangan Bryan dari anak kecil yang polos hingga sekarang menjadi seorang pria dewasa yang telah merebut hatinya.

Meskipun Bella sadar kalau cintanya pada Bryan tidak akan pernah terbalaskan. Tak jarang juga Bella merasakan sakit hati yang teramat sangat karena ia tidak bisa memiliki Bryan untuk selamanya.

Namun melihat Bryan sekarang lebih sering tersenyum saja sudah cukup membuat Bella bahagia.

Apalagi dengan sikap Bryan yang sekarang sedikit lebih lembut dan tidak terlalu dingin seperti biasanya.