Chereads / BRYAN ANAK INDIGO / Chapter 14 - Bayangan Kematian

Chapter 14 - Bayangan Kematian

Melihat sosok bayangan hitam di belakang Dennis dan Amara, wajah Bryan seketika berubah jadi pucat. Sosok ini adalah salah satu sosok yang paling ditakuti oleh Bryan. Karena setiap kali ia melihat sosok tersebut, maka dalam waktu dekat pasti akan ada orang yang meninggal dunia.

Bryan tampak memijat pelipisnya dan berharap bayangan itu hanya halusinasi saja. Dennis dan Amara jadi heran sekaligus bingung melihat wajah Bryan yang pucat dan seperti orang ketakutan.

"Bry, lo baik-baik aja?" tanya Dennis yang paling tahu dengan sifat Bryan. Jika ia berubah seperti ini biasanya sedang ada yang mengganggu pikirannya.

Amara juga terlihat khawatir melihat Bryan yang pucat.

"Gue nggak papa kok. Udah kita masuk aja yuk!" jawab Bryan sambil menarik tangan kedua temannya dan segera masuk ke bioskop.

Sepanjang film berlangsung Bryan sama sekali tidak dapat fokus menonton. Bayangan hitam yang tadi ia lihat masih terus mengganggu pikiran Bryan.

Siapa yang akan meninggal dalam waktu dekat? Apakah Dennis? Atau Amara? Atau bahkan dirinya sendiri?

Bryan rela jika ia memang ditakdirkan untuk meninggal dalam waktu dekat. Tapi bagaimana jika itu terjadi pada orang terdekatnya seperti Dennis dan Amara? Apa yang bisa ia lakukan sekarang?

Bryan mencoba melihat ke seluruh ruangan bioskop. Ia berharap sosok yang tadi ia lihat sudah tidak ada lagi di sekitarnya. Karena ia tidak ingin lagi melihat bayangan kematian seseorang.

Namun betapa terkejutnya Bryan ketika ia kembali melihat bayangan itu di sudut ruangan paling belakang. Bryan langsung memalingkan wajahnya lagi. Seketika wajah Bryan juga kembali jadi pucat dan sangat ketakutan.

Sampai film berakhir, Bryan bahkan tidak mengetahui apa isi dari film yang baru saja ia tonton bersama dengan kedua temannya itu. Bryan sama sekali tidak dapat fokus dan terus memikirkan tentang sosok hitam itu.

Sesampainya di rumah, Bryan masih saja memikirkan hal yang sama. Ketakutan Bryan tentang sosok hitam yang ia sebut sebagai bayangan kematian itu masih menghantui pikiran Bryan hingga jam sudah menunjukan tengah malam.

Bryan bahkan sampai tidak bisa tidur karena memikirkan hal itu.

Siapa yang akan meninggal dalam waktu dekat?

Bryan berharap apa yang ia lihat tadi hanyalah halusinasi.

Siapa sebenarnya yang sedang dikejar oleh kematian? Meskipun semua yang hidup di dunia ini akan mati, tapi rasanya Bryan belum siap jika harus kehilangan kedua teman baiknya itu.

Karena merasa tidak tenang, akhirnya Bryan mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi kedua temannya.

Bryan melakukan video call grup dengan kedua temannya itu.

Setelah beberapa menit tidak ada jawaban, akhirnya mereka menjawab telepon dari Bryan juga.

"Apaan sih Bry? Nggak tahu apa ini sudah tengah malam, ngapain lo video call malam-malam begini?" ucap Dennis yang merasa kesal karena Bryan telah mengganggu tidur nyenyaknya.

"Iya nih. Ada apaan sih?" lanjut Amara yang juga terganggu ketika sedang terlelap.

"Nggak papa. Gue cuma mau memastikan aja kalau kalian baik-baik aja."

"Hah? Cuma itu doang?" sahut Dennis jadi semakin kesal sekarang.

"Ya ampun Bryan... Cuma itu doang lo sampai rela video call tengah malam begini?" lanjut Amara juga merasa kesal.

"Ya udah kalian lanjutin aja tidurnya. Bye," kata Bryan sebelum mengakhiri panggilan teleponnya.

Bryan akhirnya bisa bernafas lega sekarang karena sudah mendengar dan melihat langsung kalau kedua temannya masih dalam keadaan baik-baik saja.

Bryan akhirnya juga tertidur setelah hampir jam tiga pagi.

Matanya mengantuk dan tak terasa tertidur dengan sendirinya.

Keesokan harinya

Bryan berangkat ke sekolah dengan mobil Dennis. Bryan juga meminta untuk menjemput Amara agar mereka bisa berangkat bersama ke sekolah. Alasannya adalah karena Bryan ingin terus bersama dengan mereka.

Padahal alasan yang sebenarnya adalah karena Bryan takut kehilangan mereka. Bryan ingin terus bersama dengan mereka sebelum bahaya datang menghampiri salah satu dari mereka atau bahkan keduanya.

Dennis yang paling cerewet di dalam mobil. Ia terus berbicara dengan gayanya yang kocak. Mulai dari membicarakan soal keluarganya, soal guru di sekolah, sampai menggoda Bryan dan Amara yang sekarang semakin terlihat dekat.

"Eh kalian tahu nggak sih. Kalau dilihat-lihat kalian itu sebenarnya cocok tahu."

Dennis tertawa dengan ucapannya sendiri. Apalagi ketika ia melihat wajah Bryan berubah jadi seperti tomat masak.

Sementara Amara hanya tersenyum tipis menahan malu. Sebenarnya Amara sangat senang jika bisa berjodoh dengan Bryan. Namun ia malu untuk memperlihatkan bahwa ia memang menyukai Bryan.

"Apaan sih lo Den. Fokus! Lo lagi nyetir itu jangan ngomong mulu!" ucap Amara untuk mengalihkan pembicaraan.

Sementara Bryan hanya diam sambil berpura-pura tersenyum. Padahal bayangan sosok hitam itu masih saja mengganggu pikiran Bryan hingga detik ini.

Tadi pagi ketika Dennis datang menjemputnya di rumah, ia kembali melihat bayangan hitam itu di belakang Dennis. Namun sekarang bayangan itu sudah menghilang entah kemana.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan Amara.

"Den, awas!" teriak Amara sambil menutup kedua telinganya.

Ketika dilihat ke arah depan, ada sebuah mobil yang sudah berputar di tengah jalan dan membuat mobil Dennis tak terkendali lagi.

Dengan cepat Bryan mengambil alih setir mobil Dennis dan membantingnya ke arah kanan. Sehingga sekarang mobil Dennis dapat terhindar dari mobil yang berputar di tengah jalan tadi. Namun di sisi kanan mobil, sebuah jurang yang curam terlihat melambai.

Hanya berjarak beberapa jari saja mobil itu akan terjatuh ke dalam kurang curam itu.

Dennis adalah orang yang paling panik di dalam mobil.

Bryan berusaha tetap tenang meskipun ia juga merasa panik. Ia sedang berpikir bagaimana bisa keluar dari mobil ini.

Karena mobil itu sudah mengambang di atas jurang kematian.

"Kalian diam dan jangan ada yang bergerak. Karena gerak sedikit saja kita pasti akan terjun ke sana," ujar Bryan sambil melirik ke arah jurang yang sangat curam itu.

"Sekarang lo coba hubungi polisi!" pinta Bryan kepada Amara.

Amara mengangguk dan segera mengambil ponselnya dari kantong seragamnya. Amara mencoba menghubungi polisi sesuai dengan perintah Bryan.

Di bawah sana juga ada sungai yang sangat besar, jika mobil ini terjatuh maka sudah dipastikan mereka akan tenggelam.

Bryan masih memikirkan cara agar mereka bisa keluar tanpa harus menjatuhkan diri ke bawah jurang.

"Apa kalian bisa berenang?" tanya Bryan dengan wajah yang serius.

Dennis dan Amara sama-sama menggeleng. Mereka sama-sama tidak bisa berenang.

Apa itu artinya mobil ini akan jatuh ke sungai besar itu?

"Dalam hitungan tiga kalian buka pintunya ya!" kata Bryan sambil bersiap untuk keluar dari mobil.

"1 2 3"

Ketika pintu terbuka, Bryan menggerakkan tubuhnya sehingga mobil jatuh ke dalam jurang yang di bawahnya terdapat sungai besar.