Chereads / BRYAN ANAK INDIGO / Chapter 13 - Nonton Bioskop

Chapter 13 - Nonton Bioskop

Bryan masih membayangkan tentang masa lalunya yang tak seindah teman-temannya.

Dengan banyaknya kejadian aneh yang ia alami semenjak kecelakaan itu, Bryan jadi merasa kalau ia mulai lelah dengan semua ini. Rasanya Bryan sudah tidak kuat lagi untuk menjalani hidupnya seorang diri. Ia juga harus tinggal di rumahnya yang sekarang ia tempati sendirian. Hanya ditemani oleh sosok makhluk none Belanda yang memang sudah ada dari pertama Bryan masuk rumah itu.

Seandainya Bryan mempunyai orang tua, mungkin ia tidak akan sesedih ini. Tetapi setiap kali bersedih, ada Bella yang datang menghampirinya.

"Kenapa kamu terlihat sedih? Ceritakan padaku! Mungkin aku bisa membantumu," ucap Bella kepada Bryan dengan sangat lembut.

Namun Bryan hanya menggelengkan kepalanya dan tetap diam tak mau bicara.

"Lo itu nggak akan paham dengan masalah gue. Lo itu cuma hantu," kata Bryan dengan nada suara dingin.

"Aku memang hantu, mungkin aku juga nggak akan bisa memahami cerita kamu. Tapi setidaknya aku bisa menjadi teman kamu jika kamu ingin bercerita," ucap Bella sambil tersenyum ramah ke arah Bryan.

Bryan kembali diam, kali ini ia menghela nafas panjang kemudian melirik ke arah Bella. Apa yang dikatakan Bella memang ada benarnya juga. Mungkin beban hidup Bryan bisa sedikit berkurang jika ia bercerita pada Bella.

"Apa gue masih pantas untuk hidup?" tanya Bryan seakan sudah putus asa.

Bella tampak heran mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Bryan.

"Kenapa kamu berpikir begitu?"

"Orang tua gue membuang gue ke panti asuhan. Sekarang gue harus hidup dengan semua kelebihan yang gue punya. Gue bisa lihat semuanya dan gue jadi semakin merasa kalau gue memang nggak ditakdirkan untuk hidup di dunia ini," kata Bryan menatap Bella dengan penuh rasa iba.

"Setiap anak itu pantas dilahirkan di dunia ini dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Aku yakin kamu terlahir dan ditakdirkan Tuhan untuk mempunyai kelebihan itu karena Tuhan tahu kamu akan menggunakannya untuk kebaikan banyak orang. Jadi jangan pernah berpikir seperti itu. Percayalah, apa yang Tuhan berikan untukmu adalah hal yang terbaik."

Bryan kembali terdiam, apakah benar yang dikatakan oleh Bella tadi? Apakah Tuhan memang mentakdirkan Bryan dengan kelebihan yang ia miliki itu agar ia bisa menolong banyak orang? Entahlah, yang pasti hingga saat ini Bryan masih belum dapat menerima kelebihan yang ia miliki. Kadang ia ingin menghilangkan itu semua.

***

Bryan tersadar dari lamunanya tadi. Kemudian ia tersenyum dan menepuk bahu Dennis dengan keras.

"Semenjak kejadian di sungai itu, gue udah nggak punya teman lagi. Setelah itu gue baru bertemu dengan Dennis. Dan akhirnya dia mau berteman sama gue, meskipun agak ember sih," kata Bryan sambil tertawa menggoda Dennis.

Amara mendengar cerita Bryan jadi merasa terharu. Bagaimana pria itu bisa tegar melewati kehidupannya yang sangat pilu.

"Thanks ya Bro. Karena lo sudah percaya sama gue," ucap Dennis juga tersenyum ke arah Bryan.

Kemudian Bryan menatap mata Amara. Amara juga menatap Bryan sehingga terjadilah tabrakan antara pandangan kedua manusia itu.

"Dan juga..." kata Bryan sambil menatap Amara tapi kalimatnya terhenti di situ.

"Dan juga apa?" tanya Amara sedikit gugup.

"Ah nggak. Nggak apa-apa," katanya salah tingkah.

Bryan tak berani mengatakan di depan Amara kalau kehadiran Amara di sekolah ini sangat mengubah kehidupan Bryan yang tadinya kesepian sekarang jadi mulai terisi.

Sepulang sekolah, Bryan langsung pulang ke rumahnya. Tangannya yang masih dibalut perban membuat Bryan jadi sangat tidak bebas.

Bryan kemudian membuka kain perban yang membalut tangannya itu.

Lukanya sudah mulai mengering, sehingga perban bisa dibuka lebih cepat.

Dari sudut kamar Bryan, ada Bella yang daritadi memperhatikan Bryan.

Selama hampir tujuh tahun tinggal bersama dengan Bryan di rumah ini, Bella sama sekali tidak pernah melihat Bryan tersenyum.

Baru akhir-akhir ini Bella lihat senyuman manis yang terpancar dari bibir Bryan. Itu karena Bryan sedang merasa jatuh cinta kepada seorang gadis.

Bella juga merasa sangat bodoh, karena ia telah jatuh cinta kepada seorang manusia. Sejujurnya Bella sangat sedih. Hatinya sangat miris, karena sudah lama mengenal Bryan tetapi baru akhir-akhir ini ia menyadari perasaannya kepada Bryan.

"Ngapain lo lihat-lihat?" tanya Bryan yang mendapati Bella sedang memperhatikannya.

"Eh... Nggak. Nggak apa-apa kok," jawab Bella terlihat sedikit gugup. Kemudian Bella menghilang begitu saja dari hadapan Bryan.

Bryan jadi heran dengan sikap Bella yang tidak seperti biasanya itu.

Namun Bryan tak mau ambil pusing dengan memikirkan hal itu.

Tak lama kemudian ponsel Bryan berbunyi. Ada panggilan vidio dari Dennis.

Melihat wajah Dennis yang memenuhi layar ponselnya, Bryan langsung menjauhkan ponselnya dari hadapannya.

"Halo," kata Bryan dengan santai.

"Woi, dimana lo? Cepat kemari! Gue sama Amara lagi mau nonton film nih. Udah mau mulai," kata Dennis sambil memperlihatkan Amara yang sedang duduk di sampingnya.

Ternyata mereka sekarang sedang ada di sebuah bioskop untuk menonton film terbaru.

"Iya iya. Nanti gue kesana," ucap Bryan dengan sedikit rasa malas. Bryan malas karena film yang sedang mereka tonton adalah film romance. Itu bukan film kesukaan Bryan.

Akhirnya Bryan datang ke bioskop demi bisa nonton film bersama dengan Amara.

Sesampainya di sana film belum dimulai. Dennis baru saja membeli tiket untuk mereka.

"Nah sekarang lo yang bellin cemilannya," kata Dennis sambil meringis.

Bryan hanya mengangguk pasrah. Ia terpaksa menuruti permintaan Dennis untuk membeli cemilan dan juga minumannya.

Amara hanya tersenyum melihat tingkah dua orang sahabat itu. Dennis benar-benar mbuat Bryan kesal. Seandainya tidak ada Amara di sana, Bryan mana mungkin mau disuruh-suruh oleh Dennis.

Ketika sedang berjalan menuju ke penjual popcorn, Bryan tidak sengaja bertabrakan dengan seorang gadis yang juga sedang membawa popcorn. Semua popcorn yang ada di tangannya jadi tumpah.

"Sorry. Gue nggak sengaja," ucap Bryan dengan senyum manisnya.

"Nggak papa kok," jawab gadis itu.

Bryan kemudian melanjutkan lagi ke tempat penjual popcorn, sementara gadis itu masih terus menatap ke arah Bryan dengan tatapan yang penuh rasa kagum.

Gadis itu merasa kagum dengan wajah Bryan yang tampan ditambah dengan senyuman yang begitu manis dari bibir seksinya itu.

Matanya berbinar bagaikan bintang di malam hari. Hidungnya mancung bagaikan orang Korea. Penampilannya yang sedikit urakan sama sekali tak membuat auranya jadi hilang.

Bryan memang tampan, wajahnya hampir seperti artis Korea. Putih, hidung mancung, bibir merah dan tipis membuatnya terlihat semakin seksi.

Setelah membeli cemilan dan minuman, Bryan kembali menghampiri Dennis dan Amara. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ia melihat bayangan hitam berdiri di belakang mereka.