Berulang kali Bryan menguap karena matanya sudah sangat mengantuk. Kemudian tiba-tiba ia melihat sebuah asap yang menghampiri dirinya. Asap itu lantas berubah menjadi sosok yang sangat mengerikan. Sosok itu memiliki dua tanduk di kepalanya disertai dengan dua gigi taring yang sangat tajam. Bryan yakin sosok itu bukanlah penghuni dari rumah Dennis.
Tidak berselang lama sosok itu menghilang dengan begitu cepat. Rasa kantuknya seketika juga ikut menghilang dan kini berubah jadi rasa sakit pada bagian kepalanya. Bryan memijat pelipisnya. Apakah yang ia lihat tadi hanyalah halusinasi? Entahlah, menjadi seorang anak indigo kerap sekali membuat Bryan sulit untuk membedakan mana hal yang nyata dan mana yang bukan.
Semenjak ia melihat sosok Bu Neli tadi, pikirannya jadi kacau. Kaki dan tangannya pun terasa lemas. Kepalanya juga masih terasa pusing. Kemudian Bryan segera berpamit kepada Dennis untuk pulang.
"Gue balik duluan ya," katanya kepada kedua temannya yang masih asik menonton film.
Melihat wajah Bryan yang pucat, Amara jadi cemas.
"Lo kenapa? Lo sakit? Wajah lo pucat," katanya dengan raut begitu mengkhawatirkan Bryan.
"Gue nggak papa kok," jawab Bryan dengan lembut untuk meyakinkan Amara agar tidak lagi mencemaskan dirinya. Bahkan Bryan juga mengusap rambut Amara agar gadis itu tidak khawatir lagi.
***
Malam pun telah tiba
Suasana malam hari ini sangat sunyi. Tidak ada satu orang pun yang terlihat di depan mata Bryan. Bryan kini tengah berada di sebuah perumahan elit yang tidak asing baginya.
Ya benar, perumahan ini adalah perumahan tempat Dennis tinggal. Sebagian rumah ini ada yang dijual dan sebagian lagi dibiarkan kosong begitu saja.
Bryan baru saja ingat, bukankah seharusnya ia sudah pulang dari tadi siang? Tapi kenapa sekarang ia masih ada di sini? Daerah ini juga terlihat seperti tempat mati.
Bryan berjalan melewati rumah Bu Neli. Ia merasa rumah itu bagaikan sumber bencana. Entahlah, tetapi kata-kata itu sangat tepat untuk menggambarkan rumah Bu Neli.
Bryan kembali melangkah menuju ke rumah Dennis. Ia mencoba mengetuk pintu rumah Dennis. Namun tidak ada jawaban dari dalam. Rumah Dennis juga tampak sepi. Karena merasa penasaran, ia pun masuk dan kebetulan pintu juga tidak terkunci. Rumah Dennis sangat gelap. Tidak biasanya rumah Dennis seperti ini.
Bryan terus melangkah menuju ke kamar Dennis. Siapa tahu temannya itu ada di kamar. Sesampainya di kamar Dennis, Bryan justru dikagetkan dengan adanya darah segar di lantai kamar Dennis. Darah itu seperti diseret oleh seseorang. Dan benar saja, di samping ranjang tidur Dennis terlihat dua tubuh tergeletak dan sudah tidak bernyawa lagi. Dua tubuh itu adalah Dennis dan ibunya.
Bryan segera menghampiri kedua tubuh yang sudah berlumuran darah.
"Dennis," teriak Bryan sambil mengguncangkan tubuh temannya agar terbangun. Di atas ranjang itu terlihat Rey yang sedang duduk. Kakak Dennis itu tampak diam saja melihat adik dan ibunya sudah tidak bernyawa lagi.
Tatapan Rey tampak kosong, kemudian ia berjalan menuju ke jendela kamar Dennis. Kebetulan kamar Dennis ada di lantai dua.
Rey berdiri di tepi jendela itu. Kemudian Bryan berteriak.
"Jangan!"
Tetapi tidak disangka, Rey nekat melompat dari jendela itu.
"Kak Rey!" teriak Bryan sambil bangkit dari tempat tidurnya.
Nafasnya terengah-engah. Dilihatnya jam di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul satu malam.
Ternyata apa yang baru saja terjadi hanyalah mimpi buruk. Bryan bisa bernafas lega sekarang karena apa yang baru saja ia lihat hanyalah mimpi. Kemudian Bryan meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Dennis. Namun Dennis tidak menjawab teleponnya.
Bryan jadi curiga, ada apa dengan Dennis? Biasanya Dennis selalu menjawab telepon Bryan. Apakah mimpi itu akan jadi kenyataan?
Setelah pagi menjemput
Bryan dengan tergesa-gesa pergi ke rumah Dennis. Ia langsung masuk begitu saja. Bahkan Bryan juga langsung masuk ke kamar Dennis untuk memastikan apa yang terjadi di mimpinya tadi malam tidak akan menjadi kenyataan.
Namun Dennis tidak terlihat di kamarnya. Bryan lalu mencari ibu dan kakak Dennis. Namun mereka juga tak terlihat di sana.
Bryan benar-benar takut sekarang, kalau mimpinya itu akan menjadi kenyataan.
Kemudian ia melangkah ke dapur, ternyata Dennis, Rey, dan ibunya sudah duduk di meja makan sedang menikmati sarapan.
Bryan akhirnya lega sekarang. Apa yang ia takutkan tidak terjadi.
"Tumben lo pagi-pagi sudah ke rumah?" tanya Dennis dengan santainya.
"Mau ikut sarapan," jawabnya asal.
Bryan pun ikut duduk di meja makan bersama dengan keluarga Dennis. Maklum Bryan tidak punya keluarga, jadi ia lebih sering datang ke rumah Dennis jika sedang merasa sepi.
Setelah selesai sarapan, Bryan melangkah keluar dari rumah Dennis. Dennis sempat heran karena Bryan melangkah menuju ke rumah Bu Neli.
"Lo mau ngapain ke rumah Bu Neli? Nanti lo kena marah sama dia," tanya Dennis yang terus mengikuti langkah Bryan dari belakang. Namun Bryan tak menghiraukan ucapan Dennis. Ia terus melangkah mendekat ke rumah Bu Neli. Bahkan semakin nekat dengan masuk ke rumah itu.
Bryan mendorong pintu rumah itu perlahan. Rumahnya sangat gelap meskipun matahari sudah bersinar dengan terang. Dennis jadi takut melihat keadaan rumah Bu Neli yang sangat sepi dan gelap itu.
"Kita pulang aja yuk!" kata Dennis sambil mengguncangkan bahu Bryan.
Namun Bryan hanya diam tanpa sedikitpun menjawab perkataan Dennis. Bryan tampak sedang menerawang dengan kemampuan yang ia miliki. Tak berselang lama, wajah Bryan tiba-tiba berubah jadi pucat. Bryan tampak sangat depresi. Ia juga seperti orang yang kelelahan dengan nafas yang terengah-engah.
Lalu Bryan terjatuh lemas di lantai rumah itu.
Dennis langsung panik melihat Bryan yang seperti itu.
"Bry, lo kenapa?" tanyanya dengan tangan yang bergetar.
Dennis sangat tahu jika Bryan sudah seperti itu, artinya telah terjadi sesuatu dengannya.
"Gue... Nggak papa," jawab Bryan dengan suara yang lemah. Bryan terpaksa berbohong. Padahal ia sudah merasa tidak kuat lagi. Bryan baru saja melihat bahwa rumah Bu Neli ini pernah dijadikan tempat pemujaan setan. Itu artinya Bu Neli adalah pemuja setan. Ketika sudah waktunya Bu Neli harus memberikan tumbal untuk pemujaan, ia malah mengingkarinya. Dan sekarang Bu Neli yang harus menjadi tumbalnya.
Dengan wajah yang pucat dan kaki yang masih lemas, Bryan melangkah menuju ke dapur rumah Bu Neli. Ia ingin mencari mayat Bu Neli di dalam rumah ini.
Ketika sampai di dapur, Bryan melihat mayat seorang perempuan yang diduga itu adalah Bu Neli sudah tergeletak di lantai dapur. Dennis dengan cepat lari meninggalkan Bryan karena takut melihat mayat itu. Namun Bryan justru semakin mendekat dan memperhatikan mayat Bu Neli yang sudah menimbulkan bau busuk.