Chereads / Cinta Sang Mafia / Chapter 27 - Misi Balas Dendam

Chapter 27 - Misi Balas Dendam

Bagaimana pun caranya misi Zyan untuk membalaskan kematian Liona harus tercapai, ternyata di balik itu semua banyak masalah lain yang harus dia selesaikan juga, dalam keadaan lelah seperti ini hanya ketenangan dan waktu untuk sendiri yang dia butuhkan.

"Hidupku terlalu rumit untuk dipahami oleh orang lain," ucap Zyan dengan lirih, Valencia pun melirik kepada Zyan.

"Benarkah?" tanya Valencia, namun Zyan hanya tersenyum tipis seraya menghembuskan nafas dengan kasar.

"Apa wanita yang tadi itu benar-benar ibumu?" tanya Valencia dengan hati-hati, dia tidak ingin menyinggung hati Zyan.

"Ya," jawab Zyan dengan singkat.

"Sejak kapan keadaannya seperti itu, maksudku ibumu," ucap Valencia.

"Entahlah, aku juga tidak tau, di saat aku sudah mengerti semuanya, keadaan ibuku sudah seperti itu," ucap Zyan.

"Bagaimana mungkin kau tidak tau penyebabnya?" tanya Valencia.

"Dulu keadaannya tidak separah itu, semenjak ayahku menikah lagi dengan wanita ular itu, keadaaan mom semakin memburuk, mungkin mom depresi karena pria yang sangat dia cintai sudah mengkhianatinya," jawab Zyan.

Valencia merasa tertampar mendengar ucapan Zyan, dirinya merasa tidak ada bedanya dengan wanita ular yang Zyan maksud, yang mencintai suami orang lain.

"Sorry Cristie, tapi aku tidak akan melakukan itu, aku hanya sebatas mengagumi Zyan karena dia yang selalu menyelamatkan aku," batin Valencia berucap.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Zyan.

"Aku tidak memikirkan apa-apa," jawab Valencia.

"Lepaskanlah semua bebanmu di sini, luapkan semua amarahmu kepada pria sialan itu," ucap Zyan dengan wajah datar.

"Aku sudah tidak memikirkan dia lagi," ucap Valencia.

"Kenapa?" tanya Zyan.

"Karena aku mencintaimu."

***

Alfred nampak duduk dengan santai sambil menikmati kepulan asap dari rokok yang dia nyalakan, suara seorang pria yang mengemis memohon ampun kepadanya, terdengar sangat merdu di telinga Alfred.

Kini Alfred sedang berada di suatu tempat, yang selalu dia gunakan untuk menyiksa musuh dan orang yang berkhianat kepadanya.

"Kau menyiksa siapa lagi?" tanya Edward, dia adalah teman Alfred yang baru saja tiba dari Jerman.

"Pria yang sudah membuat adikku menderita," jawab Alfred dengan santai.

"Hmm ... sudah aku katakan, berikan adikmu padaku, aku akan membuat dia seperti ratu, apapun yang dia minta aku pasti akan mengabulkannya," ucap Edward memang sudah lama jika dia menyukai Valencia.

"Cih ... aku pun mampu memberikan yang lebih dari pada apa yang kau berikan, adikku tidak membutuhkan uangmu," ucap Alfred dengan pongahnya.

"Ya terserah kau, satu hal yang harus kau tau, aku sangat mencintai adikmu," ucap Edward.

"Tuan, apa anda ingin dia mati?" tanya salah satu bodyguard Alfred yang menyiksa Yuka.

"Tidak, gantung kaki dia, lalu mandikan dia dengan air garam, setelah itu kau buang dia di tepi jalan, biarkan dia mati perlahan di sana, itu balasan yang tak seberapa karena dia lebih memilih wanita murahan itu dari pada adikku," jawab Alfred dengan santai.

Bodyguard itu pun langsung menuruti perintah Alfred. Sangat mengerikan bukan? Bisa dibayangkan bagaimana rasanya tubuh yang penuh luka di siram dengan air garam? Tentunya akan sangat terasa perih dan menyakitkan.

Itulah cara Alfred menyiksa orang yang sudah berani menyakiti adik kesayangannya, bahkan hukuman seperti ini Alfred anggap belum seberapa. Alfred bisa memperlakukan musuhnya lebih kejam lagi dari pada ini, seperti yang dia lakukan kepada seorang wanita kerena dia menolak cinta Alfred dan lebih memilih lelaki yang tidak memiliki apa-apa.

Yang lebih gila, Alfred mengajak teman dan beberapa orang bodyguardnya untuk melakukan hal gila itu, membuat si gadis malang depresi dan akhirnya bunuh diri.

"Kau memang gila, Alfred," ucap Edward.

"Tuan, terjadi kekacauan lagi di Lacostra," ucap Jack, dia salah satu orang kepercayaan Alfred untuk mengurus kelompok mafia yang dia pimpin.

"Apa lagi yang dilakukan oleh orang-orang bodoh itu?" tanya Alfred dengan wajah datar.

"Mereka mengatakan kalau ada salah satu dari kita berkhianat dan melaporkan dia ke polisi, bukan itu saja, dia juga mengatakan jika ada yang sudah membunuh keluarganya," jawab Jack.

"Bawa dia ke hadapanku dalam waktu dua puluh empat jam, jika kau tidak sanggup melakukan itu, maka kau yang akan menjadi santapan makan siang peliharaanku," ucap Alfred.

"Ba ... Baik Tuan," ucap Jack dengan suara gemetar, jika dia gagal maka akan dipastikan Alfred tidak akan mengampuni dirinya dan Jack akan benar-benar menjadi santapan lezat untuk para singa peliharaan Alfred di rumah itu.

"Kau tidak curiga sesuatu?" tanya Edward.

"Apa?" tanya Alfred.

"Sepertinya sedang ada yang mengadu domba anggota Lacostra," jawab Edward.

"Aku merasakan hal itu, Brian sedang mencari tau semuanya," ucap Alfred.

"Membuahkan hasil?" tanya Edward, Alfred hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan.

"Tidak biasanya orangmu sangat lambat," ucap Edward lagi.

"Butuh proses dan rencana untuk membongkar kedok biang keladi itu, carikan aku wanita untuk malam ini, kau sudah tau wanita seperti apa yang aku inginkan," ucap Alfred lalu beranjak dari kursinya.

"Oke, aku pun ingin bersenang-senang malam ini," ucap Edward lalu pergi ke tempat di mana dia bisa menemukan wanita untuk teman tidur satu malam.

***

"Kalian benar-benar bodoh, menemukan satu wanita saja tidak bisa!" maki seorang pria paruh baya kepada anak buahnya.

"Mereka mengatakan jika wanita itu sudah tidak ada di negara ini, Tuan," jawabnya.

"Cari tau ke mana dia pergi, jika kalian masih tidak bisa menemukan informasi tentang dia, aku akan melenyapkan kalian," maki pria itu lagi. Lalu orang suruhannya pun pergi menuruti perintahnya.

"Aarrgghh ... Sial!" umpatnya.

"Di mana wanita itu bersembunyi." ucap pria itu lagi.

Lalu pria itu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Ya ada apa?" tanya seseorang di ujung sana.

"Apa sudah selesai?" tanya pria itu.

"Belum, dia malah kembali datang karena ulah pria tua itu," jawabnya.

"Lalu apa yang bisa kau lakukan, huh?" maki pria itu lagi.

"Lakukan sendiri apa yang kau mau," ucapnya lalu memutuskan sambung telponnya sepihak.

BRAAK

Pria itu membalikkan meja yang ada di hadapannya karena emosi yang memuncak, apa yang dia harapkan selama ini masih belum tercapai.

"KALIAN SEMUA SANGAT MEMUAKKAN!" maki pria itu lagi.

***

Merlin mencengkram dengan kuat ponsel yang dia genggam, dia merasa sangat kesal karena orang suruhannya tidak bisa melakukan apa yang dia perintahkan.

"Jika bukan karena pria tua itu Kellie, ingin sekali aku melenyapkanmu saat ini juga!" ucap Merlin.

"Siapa yang ingin kau lenyapkan?" tanya Elma penuh selidik karena dia mendengar sedikit apa yang dikatakan oleh Merlin.

Sejak tadi Elma memperhatikan wanita itu yang sedang bicara di halaman belakang mansionnya, Elma meminta Cristie untuk mengikuti Merlin dengan perlahan karena Elma ingin tau apa yang sedang direncanakan oleh Merlin.

"A ... aku tidak sedang merencanakan apapun, Mom," jawab Merlin yang terkejut.

"Cih ... aku sangat muak kau memanggil aku dengan sebutan itu," ucap Elma dengan menatap tajam kepada Merlin.

"Apa yang sudah kau lakukan kepada Kellie?" tanya Elma.