'Sejak kapan di sini ada wanita yang sangat cantik.' gumam Arthur saat matanya melihat seorang wanita cantik yang sedang mendorong kursi roda Elma menuju ke sofa
Arthur benar-benar terhipnotis melihat kecantikan Cristie yang menurutnya sangat berbeda dengan para wanita yang pernah menjadi teman tidurnya, degup jantung Arthur pun mulai tidak menentu, ini pertama kalinya Arthur merasakan hal ini saat melihat wanita, dia memang selalu bergonta-ganti wanita setiap malam.
Tapi Arthur, tidak pernah menggunakan perasaan, apalagi jatuh cinta, selama dua puluh enam tahun hidupnya, Arthur tidak pernah merasakan jatuh cinta sama sekali. Arthur dekat dengan para wanita hanya mencari keuntungan semata. Ya, keuntungan untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya dan para wanita itu mendapat keuntungan darinya karena Arthur membayar para wanita panggilannya dengan harga yang sangat fantastis.
'God, perasaan apa ini,' ucap Albert di dalam hati, matanya tetap memandang lurus kepada Cristie yang sekarang sedang tertawa bersama Elma.
"Aku akan mengeluarkan bola matamu, jika kau menatapnya sambil memikirkan fantasi liar," ucap Zyan dengan tatapan tajam hal itu membuat Arthur kembali dari lamunannya.
"Kau menggangguku saja," ucap Arthur dengan kesal.
"Fantasi liarmu sangat meresahkan," ucap Zyan.
"Kenapa opa memintaku datang?" tanya Arthur.
"Temui saja di ruangannya," jawab Zyan.
"Baiklah, pelajari ini," ucap Arthur seraya memberikan map kepada Zyan, setelah itu Arthur pergi menuju ke ruangan Felix.
Zyan tersenyum puas saat melihat apa yang Arthur berikan karena orang kepercayaannya berhasil melakukan apa yang Zyan inginkan.
"Tinggal menunggu bom waktu meledak," ucap Zyan dengan seringai jahatnya, lalu melangkahkan kaki menuju ke ruangan Felix.
Sebelum masuk, Zyan melirik sekilas kepada Cristie. "Jangan sampai wanita bodoh itu termakan rayuan si pria bastard, atau masa depannya akan hancur."
Di dalam ruangan, Felix dan Arthur tampak serius berbicara, Zyan pun duduk di kursi samping Arthur.
"Kau cari tau di mana keberadaan dia," ucap Felix lalu memberikan foto seseorang kepada Arthur.
"Oke," ucap Arthur.
"Dia siapa lagi, Opa?" tanya Zyan.
"Nanti kau akan tau, jika dia masih hidup, bawa dia ke hadapanku, jika kau menemukan dia sudah berada di dalam tanah, berarti tidak ada lagi yang harus aku khawatirkan, tapi selidiki dulu jika itu benar-benar dia, kau boleh menggunakan kekuasaanku untuk mengidentifikasi dia," jawab Felix seraya melihat Zyan dan Arthur bergantian.
"Baik, Mr," ucap Arthur.
"Berhenti memanggilku Mr, bodoh. Aku tidak suka," ucap Felix dengan tatapan tajamnya.
"Sorry, Opa," ucap Arthur lalu dia tertawa.
"Oh ya satu lagi, dia merindukanmu," ucap Felix.
"Katakan saja, akhir pekan ini aku akan mengunjunginya," ucap Arthur.
"Beraninya kau memerintahku, kalian berdua tidak ada bedanya, Zyan melupakan identitas yang sebenarnya dan kau bersembunyi dari dia," ucap Felix dengan kesal.
"Aku bukan bersembunyi, tapi aku muak berada di tengah-tengah keluarga yang penuh dengan kepalsuan," ucap Arthur.
"Sama saja," ucap Zyan.
"Diam kau," ucap Arthur.
"Kalian boleh keluar," ucap Felix lalu kedua anak muda itu pergi dari ruangan Felix. Keduanya duduk di sofa ruang tamu ternyata Cristie dan Elma sudah tidak ada di sana.
"Mau ikut denganku?" tanya Arthur.
"Tidak sudi," jawab Zyan, dia sudah mengetahui ke mana Arthur akan pergi, Zyan tidak ingin terjebak lagi dengan ajakan pria bastard itu, Zyan lebih suka menyendiri di balkon kamarnya menikmati suasana malam.
"Munafik kau, tadi siang kau sangat menikmati posisi bersama wanita gila itu," ucap Arthur.
"Diam bodoh," maki Zyan.
"Siapa wanita yang bersama oma tadi?" tanya Arthur.
"Kenapa? Jangan bilang kau akan mengajak dia bermain gila?" tanya Zyan dengan penuh selidik.
"Kau menyukainya?" tanya Arthur.
"Aku ingin sekali mencuci otakmu dengan cairan pembersih lantai," jawab Zyan.
"Lakukan saja jika kau bisa," ucap Arthur menantang.
"Astaga, kenapa aku memiliki teman yang tidak waras sepertimu," ucap Zyan.
"Jika aku tidak waras, berarti kau lebih gila karena mau berteman denganku, pria dingin," ucap Arthur.
"Apa dia sudah pergi dari negara ini?" tanya Zyan.
"Sudah, tapi tidak mustahil jika mereka akan menemukan dia, aku akan tetap memantau keadaanya, jangan sampai dia menjadi sasaran manusia itu karena perbuatan kita, dia tidak berdosa, dia sekedar menuruti perintah kita karena terpaksa dan sangat memerlukan uang," jawab Arthur.
"Baguslah, pantau terus keselamatannya," ucap Zyan.
"Aku terlalu pintar melakukan itu, sehingga aku tidak memerlukan perintahmu," ucap Arthur.
"Cih ... percaya diri sekali kau," ucap Zyan.
"Sudahlah, aku pergi sekarang, seseorang sudah menanti untuk memuaskan aku," ucap Arthur seraya beranjak dari sofa.
"Sangat menjijikan," ucap Zyan. Arthur tidak mempedulikan ucapan sahabatnya, setelah kepergian Arthur, Zyan beranjak menuju ke kamarnya.
Seperti biasa, rutinitas Zyan sebelum tidur, dia selalu memandang foto Liona yang terlihat sangat cantik, foto itu diam-diam Zyan ambil saat mereka baru menikah dan sedang makan malam, Liona sangat cantik menggunakan gaun yang Zyan belikan dari gaji pertamanya saat menjadi arsitek.
"Good night Honey, love you," ucap Zyan lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Saat memejamkan matanya Zyan mengingat lagi kejadian bersama Valencia hari ini, Zyan juga teringat dengan apa yang Kellie katakan, sampai Zyan membuka matanya lagi.
"Maaf Honey, aku tidak bermaksud untuk melupakanmu, aku akan mengingatmu lagi." Zyan kembali memejamkan matanya mengingat senyuman Liona, tapi yang dia ingat bukanlah Liona, melainkan Valencia.
Zyan terperanjat dan duduk di ranjangnya, Zyan kembali mengambil foto Liona yang ada di atas nakas.
"Honey, apa kau marah kepadaku hingga kau benar-benar pergi dari bayanganku. Maaf Honey, aku tidak tau kenapa ini bisa terjadi, kenapa dia selalu hadir di dalam bayanganku, tolong jangan benar-benar pergi, tolong kembali," ucap Zyan dengan sendu lalu dia kembali membaringkan tubuhnya, berharap Liona akan datang kembali menghiasi setiap mimpinya.
Tapi ternyata, Liona benar-benar tidak muncul di dalam bayangan Zyan hal itu membuat Zyan kembali terbangun dan menjambak rambutnya frustasi.
"Please kembali, Lio," ucap Zyan lalu ....
PRAANG
Zyan menyapu barang yang ada di atas nakas membuat semuanya hancur berkeping-keping. Cristie yang mendengar suara benda pecah dari kamar Zyan, mengetuk pintu kamar Zyan karena dia merasa khawatir.
Ternyata Zyan belum mengunci pintu kamarnya hingga Cristie dengan mudah masuk ke kamar itu, dilihatnya gelas dan berapa hiasan keramik hancur berantakan di lantai.
"Zyan, are you oke?" tanya Cristie.
"Pergi, jangan ganggu aku," jawab Zyan dengan tatapan tajam. Cristie pun pergi dari kamar Zyan tapi dia pergi untuk mengambil peralatan untuk membersihkan pecahan yang berserakan di lantai.
"AKU BILANG PERGI!" pekik Zyan lagi saat melihat Cristie kembali masuk membawa sapu, tapi Cristie tidak menghiraukan ucapan Zyan, dia terus membersihkan lantai dan membuat Zyan semakin kesal.