"Kau dengar apa yang aku katakan atau tidak?" tanya Merlin dengan sinis.
"Maaf Nyonya, saya terlalu fokus dengan makanan yang saya buat, Anda memerlukan sesuatu?" tanya Cristie dengan santai tanpa menoleh.
"Jangan berpura-pura bodoh, aku tau apa yang kau inginkan, kau pasti menginginkan uang yang sangat banyak, hingga kau merendahkan diri di hadapan Zyan, anakku," ucap Merlin.
"Aku baru tau jika Zyan anak, Nyonya," ucap Cristie.
"Kau pikir Zyan anak siapa jika bukan anakku, kau harus ingat, Zyan tidak pantas bersanding denganmu, Zyan itu ibarat bongkahan berlian, dan kau hanya bongkahan kerikil yang tidak berarti apa-apa," ucap Merlin.
"Sejak kapan ada bongkahan kerikil Nyonya, selama dua puluh tiga tahun hidupku, aku tidak pernah melihat bongkahan kerikil, bisa kau menunjukkan itu kepadaku?" tanya Cristie.
"Rupanya kau mencari masalah denganku, wanita murahan!" jawab Merlin dengan sengit namun Cristie tetap tidak menghiraukan kicauan Merlin lalu Cristie mengambil ponselnya dan menyalakan sesuatu dari sana.
"Aku memang murahan Nyonya karena aku sangat membutuhkan uang untuk melunasi hutang orang tuaku, bukankah orang akan melakukan apapun saat sedang memerlukan uang, termasuk aku," ucap Cristie.
"Pantas saja, kalau begitu kau cukup menuruti perintah dariku dan aku akan memberikan uang yang sangat banyak untukmu," ucap Merlin mulai bernegosiasi
"Really?" tanya Cristie dengan alis yang terangkat.
"Ya, sebutkan berapa yang kau inginkan, aku akan memberikannya tapi kau harus menuruti apa yang aku perintahkan," jawab Merlin.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Cristie dengan senyuman menyeringai.
"Kau cukup menambahkan obat ini, ke dalam setiap makanan dan minuman untuk wanita tua itu," jawab Merlin.
***
'Dasar bodoh Zyan, kenapa kau tidak meminta maaf kepada gadis malang itu,' ucap Zyan mengejek di dalam hatinya sambil berjalan santai di atas treadmill karena Zyan tidak bedanya dengan seorang pengecut yang melampiaskan emosinya kepada wanita tak berdosa.
Zyan kembali menambah kecepatan treadmill yang dia gunakan peluh pun semakin bercucuran dari tubuhnya. Setelah cukup lelah, Zyan menghentikan kegiatannya bergegas menuju ke kamarnya.
"Fiuh ... sangat menyegarkan," ucap Zyan seraya menyeka peluhnya dengan handuk kecil lalu menuju ke kamar mandi dan ingin berendam dengan air hangat sejenak.
***
Di tempat lain, Valencia sedang menikmati sarapannya dengan Alfred yang terus menceramahi dirinya.
"Hentikan Kak, selera makanku jadi menghilang karena mendengar ocehan Kakak," ucap Valencia dengan kesal.
"Aku mengkhawatirkanmu Valen, kenapa kau tidak mengerti juga, dunia luar itu sangat kejam," ucap Alfred.
"Rasa khawatirmu itu sangat berlebihan Kak, aku seperti terkekang, aku ingin bebas pergi tanpa ada orang yang selalu berjaga di kanan, kiri, belakang, andai saja ada orang yang bisa berjalan mundur, kau pasti akan membayarnya untuk menjagaku dari depan," ucap Valencia.
"Wow ... ide bagus," ucap Alfred.
"Ide apa?" tanya Valencia dengan bingung.
"Aku akan meminta Brian untuk mencari orang yang kau maksud, agar dia bisa men ...."
"Kakak hentikan, itu hanya perumpamaan, kenapa kau menanggapi dengan serius?" tanya Valencia dengan kesal.
"Bukankah kau ingin ada bodyguard yang pandai berjalan mundur?" tanya Alfred dengan alis yang terangkat.
"Ya Tuhan, kenapa aku selalu dikelilingi oleh orang yang sangat menyebalkan seperti ini," ucap Valencia.
"Sudahlah, aku harus pergi ke kantor sekarang, kau hati-hati jika masih ingin tidak dikawal," ucap Alfred lalu beranjak dari kursinya. Tak lama, Valencia pun pergi namun kali ini Valencia mengendarai mobilnya karena Valencia takut akan berpapasan lagi dengan Zyan.
***
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Cristie dengan senyuman menyeringai.
"Kau cukup menambahkan obat ini, ke dalam setiap makanan dan minuman untuk wanita tua itu," ucap Merlin seraya memberikan sebotol kecil obat kepada Cristie.
"Kau ingin membunuh Om ...."
"Diam! Jangan banyak bertanya dan kau turuti saja perintahku, lalu berikan nomer rekeningmu kepadaku," ucap Merlin menyela.
"Tapi Nyonya, aku tidak mau melakukan ini, jika opa dan Zyan tau, kita bisa dibunuh oleh mereka," ucap Cristie.
"Dasar bodoh, itu tidak akan terjadi selama kau tetap menjaga rahasia ini, lakukan saja apa yang aku perintahkan, setelah kau berhasil, aku akan berikan uang itu kepadamu," ucap Merlin dengan tersenyum licik.
"Kau menjamin jika kita akan selamat?" tanya Cristie.
"Haiish ... kau ini sangat menyebalkan, mau atau tidak? Lagi pula ini bukanlah racun, ini hanya obat yang membuat si pemakai berhalusinasi," ucap Merlin.
"Baiklah Nyonya, tapi aku ingin bayaran yang sangat mahal, karena pekerjaan ini beresiko sangat besar," ucap Cristie.
"Sebutkan saja berapa yang kau inginkan lalu lakukan pekerjaanmu dengan baik!" ucap Merlin seraya menunjuk wajah Cristie.
"Apa lagi yang kau rencanakan?" tanya Zyan dengan tatapan tajam yang baru saja keluar dari lift langsung menuju ke dapur mendengar apa yang diucapkan oleh Merlin.
"Oh ... morning Zyan," sapa Merlin dengan raut wajahnya yang langsung berubah menjadi manis hal itu membuat Cristie mengerutkan keningnya melihat sikap Merlin seperti itu.
"Cih ... kau tidak perlu berpura-pura manis di hadapanku, aku muak melihatnya," ucap Zyan.
"Aku hanya memperingatkan dia, agar dia menjaga mommy dengan baik," ucap Merlin dengan mempertahankan ekspresinya yang palsu.
"Aku akan melenyapkanmu, jika kau berani mencelakai oma," ucap Zyan dengan tatapan tajamnya, lalu pergi menemui Elma yang sedang bersantai menikmati teh.
"Lakukan pekerjaanmu dengan benar," ucap Merlin sebelum dia berlalu menuju kamarnya.
"Kau tenang saja, aku akan melakukan pekerjaanku dengan sangat baik," ucap Cristie dengan senyuman yang sulit diartikan.
Cristie kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena ulah Merlin lalu Cristie melihat botol obat yang diberikan Merlin sekilas.
"Lihat saja apa yang akan terjadi," gumam Cristie.
Zyan yang sudah bersiap dengan pakaian formal langsung duduk di hadapan Elma.
"Opa mana?" tanya Zyan.
"Pergi sebentar dengan daddymu," jawab Elma namun Zyan hanya menganggukkan kepalanya dengan perlahan lalu mengambil surat kabar yang tergeletak di atas meja.
"Apa yang terjadi semalam?" tanya Elma.
"Tidak ada," jawab Zyan.
"Kau pikir Oma tidak tau apa yang kau lakukan bersama Niela semalam," ucap Elma dengan alis yang terangkat.
"Kami tidak melakukan apa-apa," ucap Zyan dengan pandangan tetap fokus pada surat kabar yang dia pegang.
"Ya, Oma lupa jika kau gengsi untuk mengakui hal itu, egomu terlalu tinggi Damian," ucap Elma.
"Whatever," ucap Zyan.
"Dengar Zyan, Oma tidak masalah jika kau melakukannya dengan Cristie, lagi pula dia gadis yang baik, jadi nikahi saja dia," ucap Elma.
"Apa yang Oma katakan, aku ...."
"Oma sudah bosan mendengar kata-kata itu, sampai kapan kau akan seperti ini? Setidaknya biarkan Oma mati dengan tenang karena melihatmu bahagia," ucap Elma menyela.
"Hentikan semua omong kosong ini, Oma," ucap Zyan dengan wajah datarnya.