Chereads / Cinta Sang Mafia / Chapter 34 - Mencari Bukti

Chapter 34 - Mencari Bukti

"Nyonya Kellie? Apa maksud Oma?" tanya Cristie dengan kening yang berkerut.

"Apa mungkin Merlin melakukan ini juga kepada Kellie?" tanya Elma.

"Maksud Oma, Nyonya Merlin dengan sengaja memberikan obat itu kepada Nyonya Kellie?" tanya Cristie.

"Ya, kita harus mengatakan ini kepada Zyan dan Felix," jawab Elma.

"Tapi, kita harus mengumpulkan bukti terlebih dahulu, Oma," ucap Cristie.

"Ya, kau benar tapi bagaimana caranya?" tanya Elma.

"Nyonya Kellie dirawat di rumah sakit mana? Siapa tau aku punya teman yang ada di sana, Oma?" tanya Cristie.

"Sebentar, Oma ingat-ingat dulu," jawab Elma, keadaan pun menjadi hening beberapa saat kemudian Elma menyebutkan nama rumah sakit tempat Kellie di rawat.

"Tunggu sebentar Oma." Cristie mengingat-ingat mungkin ada temannya yang bekerja di sana, setelah itu Cristie menghubungi seseorang. Cukup lama Cristie berbicara dengan orang itu lalu Cristie mengirimkan foto Merlin kepadanya setelah itu Cristie memasukkan lagi ponselnya ke dalam saku.

"Bagaimana?" tanya Elma.

"Temanku mengatakan, dia tidak pernah melihat Nyonya Merlin datang ke rumah sakit menemui Nyonya Kellie," jawab Cristie.

"Bisa saja dia meminta orang lain datang ke sana, dia orang yang sangat licik, tidak mungkin dia mau terjebak dengan permainan yang dia buat sendiri," ucap Elma.

"Mungkin seperti itu, Oma, karena temanku mengatakan jika Dokter Grace sering menawan orang yang datang ke sana tanpa sepengetahuannya," ucap Cristie.

"Dokter Grace?" tanya Elma.

"Ya, dia dokter yang menangani Nyonya Kellie, dia pasti tau semuanya," jawab Cristie.

"Tapi ada yang jangan di sini, apa seorang dokter harus sampai menawan orang yang datang menemui pasiennya?" tanya Elma.

"Benar juga," jawab Cristie.

"Oma benar-benar harus mengatakan ini kepada Zyan dan opa, agar mereka bisa langsung menyelidiki semua ini secepatnya!" ucap Elma.

***

Di sepanjang perjalanan, Zyan melirik ke setiap halte yang dia lalui, berharap Valencia masih menunggu di sana, tapi ternyata tidak ada, bahkan sampai Zyan memarkirkan mobilnya di basement namun Zyan tidak melihat Valencia.

Setelah Zyan sampai di ruangannya, sesekali Zyan melirik ke arah pintu dan berharap Valencia akan datang, entah kenapa Zyan menjadi sangat gelisah seperti orang yang bingung.

"Oh God, kenapa sekarang aku seperti orang bodoh," ucap Zyan yang sejak tadi hanya mondar-mandir di ruangannya, dia duduk lalu beranjak melirik pintu setelah itu kembali duduk.

"Ah ... sial!" maki Zyan, "Ayo fokus, Zyan."

Zyan mensugesti dirinya sendiri, agar fokus bekerja tapi nyatanya sulit karena hari ini dia belum bertemu dengan Valencia.

"Tuan!" Zyan menoleh dengan cepat berharap jika Valencia yang datang, tapi ternyata dia salah, Lucy yang masuk ke ruangannya membawakan kopi untuk Zyan. Zyan pun segera duduk di kursi kebesarannya.

"Kenapa kau yang masuk?" tanya Zyan dengan nada dingin.

"Bukankah biasanya, aku yang membuatkan kopi untukmu, Tuan," jawab Lucy.

"Aku ingin mencoba kopi buatan sekertaris baru, jadi katakan kepadanya buatkan kopi untukku dan harus dia yang mengantar ke sini," ucap Zyan tanpa menoleh sedikitpun kepada Lucy. Raut wajah Lucy berubah seketika, awalnya dia memasang wajah semanis mungkin, tapi setelah mendengar Zyan ingin mencoba kopi buatan Valencia, wajah Lucy berubah memerah karena kesal.

"Kau tunggu apa lagi? Cepat katakan sekarang!" perintah Zyan.

"Tapi Tuan, kopi ini ...."

"Kau berikan kepada orang lain, atau kau minum saja sendiri," ucap Zyan dengan nada dingin.

Lucy pun keluar dari ruangan Zyan dengan perasaan kesal lalu menghampiri Valencia yang sudah sibuk dengan pekerjaannya.

"Hei wanita penggoda, Tuan Zyan memintamu untuk membuat kopi, kau juga yang harus mengantarnya." Valencia menatap sinis kepada Lucy apalagi saat wanita itu menyebut Valencia 'Wanita Penggoda'

"Kau memanggilku apa?" tanya Valencia dengan tatapan tajamnya.

"Wanita penggoda," jawab Lucy dengan santai.

PLAAK

Setelah mendaratkan tamparan di pipi Lucy, Valencia langsung beranjak dari kursinya.

"Berani kau menamparku?" tanya Lucy dengan sengit.

"Bodoh, aku sudah melakukannya," jawab Valencia yang menoleh sinis lalu pergi menuju ke pantry.

"Kurang ajar, kau!" maki Lucy.

"Aku menghindarinya, dia malah dengan sengaja meminta aku membuatkan kopi," ucap Valencia dengan kesal tapi dia tetap melaksanakan apa yang Zyan minta.

Tak lama Valencia kembali dari pantry menuju ke ruangan Zyan dengan membawa secangkir kopi. Saat masuk ke ruangan Zyan, Valencia tertegun melihat Zyan yang sedang fokus memeriksa berkas.

Entah kenapa menurut Valencia saat ini tingkat ketampanan Zyan bertambah berkali-kali lipat, Valencia merasakan lagi jantungnya yang berdegup dengan sangat kencang tidak karuan.

"Kau terpesona dengan ketampananku?" tanya Zyan dengan melipat tangannya di dada.

Valencia hanya tersenyum sinis menanggapi Zyan, lalu meletakkan kopi yang dia bawa di atas meja.

"Kau tidak meracuni kopi ini kan?" tanya Zyan dengan mata yang menyipit.

"Aku sudah memberi racun yang sangat mematikan, agar kau segera pergi ke neraka," jawab Valencia lalu berbalik melangkahkan kakinya untuk pergi.

"Apa seperti itu caramu bersikap kepada atasan?" tanya Zyan.

'Oh my God,' batin Valencia yang melupakan sejenak Zyan sebagai atasannya lalu Valencia memutar lagi tubuhnya melihat Zyan.

"Tuan Zyan yang terhormat, silahkan Anda nikmati kopi buatanku, semoga Anda baik-baik saja setelah meminum kopi ini," ucap Valencia dengan senyuman yang dipaksakan lalu pergi dari ruangan Zyan menutup pintu dengan sangat kencang.

"Hmm ... menggemaskan," gumam Zyan lalu mulai meminum kopi buatan Valencia.

"Not bad, sepertinya aku akan meminta dia setiap hari membuatkan aku kopi," ucapan Zyan menurutnya kopi buatan Valencia sangat enak.

"Manusia kutub itu, tidak tau bagaimana caranya bersikap kepada wanita," gerutu Valencia setelah kembali duduk di kursinya diiringi dengan tatapan sinis dari Lucy, dia sudah merencanakan sesuatu untuk Valencia.

***

"Kau kenapa?" tanya Jonathan yang melihat Merlin terbaring lemas di atas ranjang.

"Sejak tadi perutku sakit dan aku terus saja pergi ke toilet, sekarang aku sangat lemas," jawab Merlin dengan suara dibuat selemah mungkin.

"Apa yang kau makan?" tanya Jonathan.

"Aku hanya memakan clam chowder buatan perawat itu," jawab Merlin.

"Cristie maksudmu?" tanya Jonathan.

"Ya dia, memangnya siapa lagi, owh mungkin di memberikan racun di makananku," jawab Merlin.

"Tidak mungkin Niela melakukan itu, dia gadis yang baik, buktinya dia sangat telaten mengurus mommy," ucap Jonathan.

"Kau lebih percaya dia atau aku?" tanya Merlin kesal.

"Oke, aku akan tanyakan ini kepada Niela, jika kau benar-benar keracunan karena memakan masakan dia, aku akan menegurnya," jawaban Jonathan membuat Merlin menyunggingkan senyuman liciknya.

Mata Felix membulat sempurna saat mendengar rekaman yang ada di ponsel Elma, rekaman itu adalah rekaman percakapan Cristie dan Merlin saat di dapur, setelah itu Cristie mengirimkannya kepada Elma.

"Aku akan melenyapkan dia sekarang juga!" ucap Felix yang sudah mulai emosi.

"No, kita harus bermain cantik untuk membongkar kedoknya," cegah Elma, dengan senyuman licik di bibirnya.