"Apa yang kau maksud?" tanya Felix dengan kening yang berkerut.
"Come on Felix, apa kau baru mengatasi sampah seperti dia, kenapa kau malah bertanya kepadaku!" jawab Elma dengan gemas.
"Aku mengerti," ucap Felix dengan senyuman tipisnya.
"Jika dia terbukti melakukan hal ini kepada Kellie, maka aku tidak akan mengampuninya," ucap Elma.
"Zyan pasti akan menyelidiki semuanya, sekarang Kellie dirawat oleh orang yang tepat," ucap Felix.
"Siapa?" tanya Elma.
"Nanti kau juga akan tau, aku harus memberitahukan ini kepada Jonathan agar dia tau kebenaran tetang wanita itu," jawab Felix.
"Semoga Jonathan mempercayaimu, panggil Cristie juga agar dia menjadi saksi, kalian bicara di sini, dan pastikan wanita itu tidak mengikuti Jonathan," ucap Elma.
"Oke, aku akan meminta pelayan memanggil mereka," ucap Felix lalu pergi keluar dari kamarnya.
"Rupanya kau berani bermain-main denganku wanita murahan," ucap Elma dengan seringai liciknya.
Tak lama kemudian Felix kembali ke kamar disusul oleh Cristie setelah itu Jonathan.
"Ada apa, Mom?" tanya Jonathan.
"Memangnya kenapa jika Mom memanggil kau untuk datang ke sini?" tanya Elma.
"Tak apa," jawab Jonathan.
"Oma, memerlukan sesuatu?" tanya Cristie.
"Tidak, kau duduk di sini, Sayang," jawab Elma seraya menepuk ranjang di sebelahnya.
"Ada yang ingin aku tanyakan kepadamu," ucap Jonathan kepada Cristie.
"Ada apa, Tuan?" tanya Cristie.
"Apa yang kau lakukan kepada Merlin?" tanya Jonathan.
"Jangan katakan apapun sebelum dia mendengar ini!" Felix menyela Cristie saat gadis itu hendak menjawab pertanyaan Jonathan.
"Apa maksud, Daddy?" tanya Jonathan dengan kening yang berkerut.
"Lebih baik kau dengarkan ini dulu," jawab Felix lalu menyalakan rekaman yang tadi dia dengar dari Elma.
Jonathan terkejut mendengar rekaman itu lalu menatap orang tuanya dan Cristie bergantian.
"Apa ini suara ...."
"Istrimu, jika Mom tidak mencegah Daddy tadi, Dad pastikan dia lenyap sekarang juga," ucap Felix dengan emosi yang memuncak.
"Tapi mungkin saja jika ini ...."
"Ck ... kau terlalu dibutakan oleh istrimu, Cristie yang menjadi saksi, dia yang mengirimkan rekaman itu kepada Mom!" ucap Elma.
"Tidak mungkin, Mom!" ucap Jonathan yang masih enggan percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Elma semakin kesal dengan sikap anaknya lalu Elma beralih menatap Cristie.
"Cristie, jelaskan obat apa yang ingin dia berikan kepada, Oma," ucap Elma lalu Cristie menjelaskan tentang obat yang Merlin berikan.
"Itu tidak mungkin, Mom, Dad," ucap Jonathan dengan kening yang berkerut lagi-lagi dia mengelak semua penjelasan Cristie.
"Maaf Tuan, aku yang bertanggung jawab untuk rekaman itu, aku siap diberi hukuman apa saja jika aku berbohong dan satu lagi, aku mencampur obat laksatif dengan dosis tinggi ke dalam sup yang Nyonya Merlin makan, aku hanya ingin memberi pelajaran untuknya, efeknya tidak terlalu berbahaya jika digunakan sekali, reaksi obat itu hanya akan membuat perut Nyonya Merlin terkuras," ucap Cristie.
"Pantas saja, dia mengeluh sakit perut," ucap Jonathan.
"Untung saja Cristie bukan wanita seperti istrimu yang tergiur dengan uang, atau aku akan bernasib seperti Kellie," ucap Elma.
"Maksud Mom apa?" tanya Jonathan.
"Aku kira kau sudah cukup mengerti dengan ini," jawab Elma.
"Ikut aku," ucap Felix lalu Jonathan mengikuti langkah kaki ayahnya.
"Oma, bagaimana jika Tuan Jonathan tidak percaya dengan apa yang aku katakan?" tanya Cristie.
"Kau tenang saja dan cukup bersiap, Oma ingin kau melakukan satu hal lagi," ucap Elma.
"Apa Oma?" tanya Cristie.
"Nanti Oma akan jelaskan," jawab Elma.
"Baiklah, Oma," ucap Cristie mereka pun melanjutkan obrolan.
***
Saat jam makan siang, suasana kantin kembali dikejutkan oleh kedatangan Zyan. Mata hazelnya mengitari setiap sudut ruangan itu, berharap menangkap sosok Valencia yang sedang duduk menikmati makanannya, tapi sayangnya gadis itu tidak ada di sana.
'Ke mana dia?' tanya Zyan di dalam hatinya.
"Oh my God, kenapa dia sangat tampan," ucap salah satu karyawan wanita.
"Pahatan sempurna mirip dewa yunani," ucap yang lainnya menimpali.
Zyan pun melangkahkan kaki menuju ke ruangannya lagi, melihat apakah Valencia masih ada di sana atau tidak. Ternyata wanita itu masih sibuk dengan laptopnya.
"Siapkan berkas untuk meeting di luar sekarang, dan kau ikut aku pergi ke lokasi proyek," ucap Zyan kepada Valencia.
"Ini berkas yang Anda inginkan dan mohon maaf ini waktunya makan siang, jadi biarkan aku pergi makan siang lebih dulu," ucap Valencia.
"Ini perintah, jadi ikut denganku sekarang," ucap Zyan dengan tatapan tajam lalu kembali ke ruangannya.
"Aku ingin sekali memukul kepalamu, manusia kutub," ucap Valencia lalu masuk ke ruangan Zyan dengan segala umpatan yang dia ucapkan dalam hatinya. Setelah itu, mereka menuju ke basement dan pergi.
Sebelum menuju ke lokasi pembangunan, Zyan memarkirkan mobilnya di salah satu restoran.
"Turun!" perintah Zyan. Valencia mengalihkan pandangannya sekilas ke arah luar, lalu turun dari mobil.
Zyan memilih meja paling pojok agar mereka nyaman lalu seorang pelayan datang mengantarkan daftar menu kepada mereka.
"Pilih makanan yang kau suka," ucap Zyan.
"Apa?" tanya Valencia dengan bodohnya.
"Haiish ... Tadi kau mengatakan ingin makan siang lebih dulu, tapi sekarang kau malah bertanya," jawab Zyan dengan gemas.
'Jadi, dia mengajakku makan siang.' batin Valencia lalu membuka daftar menu, dia memesan pasta dan salad, Zyan tersenyum tipis dan memesan menu yang sama dengan Valencia.
Keadaan di antara keduanya hening, Zyan terus menatap Valencia sambil menunggu pesanan mereka datang, sedangkan yang ditatap memalingkan wajahnya ke arah jalan, melihat hiruk pikuk keramaian jalanan di jam makan siang seperti ini.
"Kenapa kau menatapku?" tanya Valencia yang baru menyadari arah pandang Zyan.
"Aku punya dua mata, dan aku bisa melihat semuanya, tidak hanya kau," jawaban Zyan membuat Valencia memalingkan wajahnya lagi.
Tak lama makanan pesanan mereka datang, masih tetap hening, tidak ada yang memulai pembicaraan di antara mereka, sampai makanan habis. Zyan mengambil tissue yang ada di atas meja lalu membersihkan sisa saus pasta yang menempel di sudut bibir Valencia.
Perlakuan Zyan sukses membuat Valencia diam mematung dengan jantung yang seakan ingin melompat keluar dari tempatnya.
"Seperti anak kecil, aku tidak ingin kau berantakan saat menemui klien," ucap Zyan lalu mengeluarkan uang dari dompetnya untuk membayar makanan mereka.
"Kau jangan diam saja seperti orang bodoh, kita harus pergi sekarang," ucap Zyan lalu pergi lebih dulu ke mobil.
"Ya Tuhan, manusia ini sangat menyebalkan, tapi aku malah menyukainya," ucap Valencia dengan lirih.
"Jika apa yang aku rasakan ini salah, bantu aku untuk menghilangkan perasaan ini, jika semuanya benar, aku ingin tanganmu yang bekerja." ucap Valencia lalu segera beranjak dari tempatnya untuk pergi menyusul Zyan.