Chereads / Cinta Sang Mafia / Chapter 29 - Makan Malam Spesial

Chapter 29 - Makan Malam Spesial

"ASTAGA!" pekik Arthur yang baru saja keluar dari lift namun langsung disuguhkan dengan pemandangan Valencia yang berada di atas Zyan.

"Jika kalian ingin bermain-main, pergi ke hotel sana, kau punya banyak uang Zyan bahkan untuk membooking seluruh hotel bintang lima pun kau mampu, dasar murahan, bermain di basement kantor seperti ini," ucap Arthur dengan kesal karena disuguhi pemandangan seperti itu oleh Zyan dan Valencia.

Sedangkan Zyan dan Valencia masih dengan posisinya, pandangan mereka saling terkunci satu sama lain dengan detak jantung yang tidak menentu.

"DARREN STUPID, SAMPAI KAPAN KALIAN BERBARING DI SANA!" pekikan Arthur membuat keduanya tersadar dari lamunan mereka. Valencia cepat-cepat bangun dari atas Zyan dan segera pergi menuju ke lobby begitu juga dengan Zyan yang segera beranjak dari tempatnya.

"Murahan kau, lebih baik aku karena selalu menyewa hotel atau pergi ke apartment untuk bermain-main, tidak seperti kau!" maki Arthur lagi.

"Diam!" pekik Zyan dengan tatapan tajamnya.

"Ini gara-gara kau!" maki Zyan lagi.

"Kenapa gara-gara aku?" tanya Arthur dengan alis yang terangkat namun Zyan tidak menghiraukan pertanyaan sahabatnya Zyan pun pergi menuju ke lift untuk mengambil dokumen yang masih ada di atas meja ruang kerjanya.

"Zyan, jangan lupa datang ke apartemen malam ini!" pekik Arthur sebelum pria itu menghilang di balik lift.

"Beraninya memerintah aku," ucap Zyan menggerutu namun dirinya kembali teringat kejadian tadi saat bersama dengan Valencia di lobby.

"Astaga, kau terlalu berlebihan Zyan!" ucap Zyan seraya memegang dadanya untuk merasakan jantung yang kembali berdetak dengan kencang tidak karuan.

"Andai saja aku bisa hidup tanpa memiliki jantung, maka aku akan mengeluarkan dia dari dalam sini," ucap Zyan lagi.

Ting

Pintu lift terbuka Zyan segera mengambil berkasnya, tapi Zyan malah melangkahkan kakinya untuk melihat Valencia di luar, tapi sayangnya Valencia udah tidak ada di sana.

"Cepat sekali dia menghilang," ucap Zyan lalu dia pergi menuju lift lagi.

Sesampainya di basement, Zyan segera memacu mobilnya menuju ke mansion. Di perjalanan Zyan melajukan mobilnya dengan sangat perlahan, berharap akan melihat Valencia lagi yang sedang menunggu taksi atau bis seperti biasanya, tanpa disadari Zyan sudah hampir sampai di mansion, tapi dia tidak menemukan Valencia di sepanjang perjalanan.

"Apa jangan-jangan dia marah?" batin Zyan bertanya-tanya.

"Haiish ... sangat menyebalkan, kenapa sekarang aku memikirkan dia," ucap Zyan lalu dia segera turun dari mobilnya.

"Tuan Muda," sapa salah satu penjaga mansion seraya meminta kunci mobil Zyan agar dia bisa memasukkan mobil Zyan ke dalam garasi bawah tanah.

"Tidak perlu kau masukkan ke garasi karena aku akan pergi lagi," ucap Zyan.

"Baik Tuan." Lalu dia pun pergi.

"Kau ingin pergi ke mana lagi?" tanya Felix yang juga baru tiba.

"Ke apartment menemui Arthur," jawab Zyan.

"Minta dia untuk datang ke sini saja, Opa ingin membicarakan sesuatu dengan dia," ucap Felix lalu dia dan Zyan masuk ke mansion beriringan.

"Baiklah," ucap Zyan, saat akan menuju lift Zyan melihat Elma yang memperhatikan Cristie sedang memasak.

"Oma," sapa Zyan.

"Kau sudah pulang?" tanya Elma, namun Zyan hanya menganggukkan kepalanya dengan perlahan menjawab pertanyaan Elma.

"Apa kau suka dengan menu sarapan tadi?" tanya Elma.

"Aku sangat suka, sudah lama aku tidak memakan quiche seenak itu, biasanya Liona yang akan ...."

"Itu buatan Cristie," ucap Elma menyela.

"Hmm ... thanks," ucap Zyan dengan wajah datar kepada Cristie lalu dia masuk ke lift menuju kamarnya.

"Kau lihat? Hanya seperti itu ekspresinya," ucap Elma.

"Mungkin saat ini Zyan sedang lelah, Oma," ucap Cristie.

"Dia memang seperti itu, sedang lelah atau pun tidak, wajahnya selalu datar tanpa ekspresi," ucapan Elma membuat Cristie teringat lagi dengan permintaan Elma saat mereka bicara di kamar.

Cristie tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Elma dengan membantunya mengembalikan cinta dan kebahagiaan dalam kehidupan Zyan. Bahkan Cristie pun belum menjawab keinginan Elma tersebut.

Sesampainya di dalam kamar, Zyan segera masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya dan berganti pakaian di walk in closet. Setelah itu, Zyan langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Arthur dan memintanya untuk datang ke mansion sesuai permintaan Felix.

Setelah itu Zyan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dengan senyuman tipis yang hadir di sudut bibirnya saat dia mengingat wajah Valencia lagi.

"Astaga, aku bisa gila jika seperti ini terus," ucap Zyan seraya mengusap wajahnya kasar.

"Masuk!" perintah Zyan saat dia mendengar pintu kamarnya diketuk.

"Tuan, Nyonya Besar memanggil Anda untuk makan malam," ucap seorang pelayan.

"Hmm!" gumam Zyan lalu beranjak dari tempatnya, semua orang sudah berkumpul di meja makan kecuali Merlin.

"Baguslah, setidaknya aku tidak makan satu meja dengan wanita ular itu," ucap Zyan dengan lirih lalu dia menarik kursinya dan duduk dengan nyaman di sana.

Saat akan mengambil makanan, tak sengaja Zyan melakukan itu bersamaan dengan Cristie yang akan mengambilkan makanan untuknya, itu membuat tangan mereka bersentuhan. Sadar dengan keadaan ini, mereka cepat-cepat menarik tangan mereka, Elma dan Felix saling pandang dengan senyuman tipis yang hadir di bibir mereka.

Dengan canggung Cristie mengambilkan makanan untuk Zyan setelah itu mereka mulai menikmati makanan mereka dalam keadaan hening, tapi terkadang Elma akan memuji meatloaf buatan Cristie yang menurut Elma sangat enak.

"Dari mana kau belajar memasak?" tanya Elma.

"Mommy yang mengajarkan aku, Oma," jawab Cristie seraya tersenyum.

"Berarti mendiang ibumu wanita yang hebat, dan kau pun sama seperti dia," ucap Elma.

"Tidak, Oma," ucap Niela.

"Kau menyukai makanannya, Zyan?" tanya Elma sengaja untuk menggoda pria dingin itu.

"Hmm!" Namum Zyan hanya bergumam untuk menjawab pertanyaan sang nenek, hal itu membuat Elma merasa sangat kesal mereka pun kembali melanjutkan makan malam hingga makanan habis.

Selesai makan, Cristie langsung beranjak untuk merapikan piring, tapi Elma mencegahnya.

"Kau ini terlalu rajin, sudah biarkan saja pelayan yang melakukan itu," ucap Elma.

"Tak apa, Oma," ucap Cristie.

"Aku membayarmu, untuk merawat istriku, bukan untuk menjadi pelayan di sini," ucapan Felix membuat Cristie merinding dan dengan cepat Cristie meninggalkan kegiatannya.

"Temani Oma bicara di sana," ucap Elma seraya menunjuk ke arah sofa depan tv.

"Baik, Oma." Cristie pun segera mendorong kursi roda Elma menuju ke sofa.

"Kau sudah menghubungi Arthur, Zyan?" tanya Felix. Namun Zyan hanya menganggukkan kepalanya dengan perlahan menjawab pertanyaan sang kakek.

Baru saja mereka membicarakan Arthur, sang tersangka sudah datang ke mansion, dia langsung berpapasan dengan Cristie yang sedang mendorong kursi roda Elma, untuk sesaat pandangan Arthur terpaku kepada Cristie.

'God, perasaan apa ini?' tanya Arthur di dalam hatinya.