Menjelang sore Sander terbangun dari tidurnya karena suara berisik dering telepon. Tangannya meraih segan pada ponselnya yang berada di atas nakas.
"Pak, seperti instruksi pagi ini, beberapa staff akan tinggal di kantor malam ini. Kita perlu memuat berita penting untuk besok. Kami menunggu kedatangan Bapak." Terdengar suara Calista dari seberang sambungan telepon.
"Aku segera ke kantor," tutup Sander.
Perlahan Sander menggeser badannya untuk duduk di ranjang. Matanya masih terasa mengantuk. Badannya juga terasa lelah. Perjalanan dari Welasti kembali ke Jakarta selalu membuatnya kepayahan. Karena tekstur jalan yang lembek dan beberapa bagian berbatu terjal.
Namun berita tentang Welasti perlu terbit segera. Dia harus membuat berita itu berhasil menggugah mata banyak orang. Sesaat Sander teringat pada Wuri. Dia akan menepati janjinya pada gadis itu. Untuk membawa Welasti memasuki tahapan baru yang lebih baik.
Sander pun segera bersiap. Sebelum meninggalkan kamar dia menegak habis teh lemon yang disediakan Bi Yati. Lalu segera turun ke lantai bawah untuk menuju ke kantor redaksi Media Terkini.
Para jurnalis dan staff yang akan bekerja keras malam ini pasti telah menunggunya. Semua bahan untuk berita tentang Welasti masih ada di tangannya. Sander perlu menjelaskan pada semua orang sebelum berita itu mulai dimuat. Dia memiliki beberapa sasaran yang harus berhasil dalam sekali tembak tentang berita itu.
Di teras dia berpapasan dengan Bu Yati yang baru selesai membersihkan bagian depan rumah.
"Wuri masih belum keluar?"
"Sejak tadi siang dia tidak keluar dari kamarnya, Tuan. Gadis itu terlihat sangat lelah."
"Hmm … tolong siapkan makanan untuknya. Bangunkan dia jika sudah tiba waktunya makan malam."
"Baik Tuan."
"Lalu pastikan dia tidak takut tidur sendiri di kamarnya. Kadang orang merasa asing tidur di kamar baru. Apalagi di rumah orang lain. Bibi bisa menemaninya jika dia merasa takut ya!"
"Baik Tuan. Tuan tidak akan pulang malam ini?"
"Seperti biasa, aku akan pulang jika semua sudah selesai. Besok akan ada berita penting yang akan dimuat. Berita yang akan membawa perubahan besar dalam tatanan kehidupan. Yang akan menjadi penyebab kebaikan bagi hidup banyak orang." Tatapan mata Sander begitu dalam dan jauh saat mengucapkan kalimat ini.
Bi Yati mengangguk. Dia sudah bertahun-tahun bersama Sander. Majikannya itu selalu ingin membuat berita yang dia terbitkan berkualitas dan berpengaruh. Sering Sander tidak kembali ke rumah selama berhari-hari, hanya untuk memastikan pekerjaannya berjalan dengan baik.
Sedikit bahagia muncul di hati Bu Yati. Setelah sekian lama, baru kali ini Sander memberikan perhatian begitu besar pada seorang gadis. Terlebih gadis itu terlihat sangat sederhana. Wuri tidak seperti gadis kebanyakan yang selalu berada di sekitar Sander.
Bi Yati berharap, kehadiran gadis itu akan menjadi pemulihan bagi Sander. Menjadi obat bagi hati Sander yang selama lima tahun terakhir penuh dengan kepahitan.
"Baiklah Tuan, hati-hati di jalan."
Sander mengangguk, "Doakan semua lancar ya Bi,"
Sisi lembut Sander yang tidak diketahui banyak orang. Dia selalu menghormati orang-orang yang lebih tua darinya. Terutama orang-orang yang berjasa banyak dalam mengurus hal-hal kecil dalam hidupnya.
Di luar rumah, Sander dikenal sebagai sosok yang arrogant dan kejam. Namun Sander memiliki sisi manusiawi yang penuh kebaikan. Sisi asli yang ada dalam diri Sander sebelum dia terluka oleh Arinda. Hanya orang-orang yang menyertai Sander di dalam rumahnya saja yang tahu tentang hal itu.
Sander masuk ke dalam mobil sedan mewah miliknya. Bukan lagi mobil jeep yang dia kendarai bersama Wuri dari Welasti. Lalu mobil itu keluar dari pintu gerbang mansion mewah Sander menuju ke gedung redaksi Media Terkini.
Matahari hampir tenggelam ketika Sander tiba di gedung itu. Beberapa karyawan bersiap untuk pulang. Mereka yang berpapasan dengan Sander akan tersenyum sambil mengangguk hormat.
Sander segera masuk ke lift CEO dan menuju ke ruangannya.
"Calista, kumpulkan semua orang yang akan bertugas di ruang meeting sekarang!" Perintah Sander kepada Calista di sambungan telepon yang terletak di atas mejanya.
"Baik Pak, ada yang perlu saya persiapkan khusus?"
"Kau bisa memesan kopi dari café dalu untuk semua orang berikut dengan cemilan dan makan malam. Meeting kita akan berlangsung lama. Aku perlu menjelaskan dengan detail pada kalian. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun."
"Bapak terlihat sangat serius, tidak seperti biasa."
"Berita kita, menyangkut kehidupan orang lain. Dalam hal ini kita harus serius Calista."
"Baiklah, ada lagi, Pak?"
"Lia sudah pulang?"
"Seperti biasa, kalau Bapak tidak di kantor Lia akan pulang lebih awal."
"Hmm … itu bagus untuk hari ini. Aku tidak ingin keberadaan Lia menggangguk konsentrasiku."
Calista terkikik dengan ucapan Sander. Sekretaris Sander yang satu itu memang selalu pintar menggoda. Seluruh orang di gedung tahu bahwa Lia adalah hiburan bagi Sander. Lia sendiri tidak keberatan dengan posisinya. Dia mendapatkan banyak hal istimewa karena hal itu.
Dalam sepuluh menit semua staff penting Media terkini telah duduk rapi di ruang meeting besar. Ruang meeting yang luas, nyaman dan berbagai fasilitas modern. Semua staff duduk dengan sebuah laptop di hadapan masing-masing.
Semua merasa tegang dengan berita yang akan Sander berikan. Desas desus telah beredar bahwa Sander ingin memusnahkan desa Welasti melalui berita yang akan dimuat esok hari.
Ketika Sander masuk ke ruangan, semua orang terdiam. Tanpa basa basi Sander langsung memulai meeting mereka.
"Aku ingin semua orang mencatat dengan baik apa yang aku harapankan dari berita ini."
Sander menghentikan kalimatnya. Matanya tajam menatap setiap orang yang ada di ruangan. Ada lima belas staff yang akan bertugas khusus untuk fokus pada berita tentang desa Welasti. Pandangan mata Sander seolah ingin memastikan bahwa setiap orang mendengar apa yang dia katakan.
Tatapan mata yang mengerikan. Semua yang duduk di ruangan itu langsung mengerti bahwa Sander sedang dalam misi tertentu.
"Berita ini akan membawa beberapa tujuan. Tujuan pertama, kita akan membebaskan desa itu. Aku ingin setiap kata-kata yang disusun dalam berita nanti menggambarkan sulitnya kehidupan rakyat di desa itu. Dunia harus membaca bahwa apa yang dilakukan penduduk desa itu semata-mata karena mereka butuh kehidupan."
Seorang staff yang duduk di ujung meja panjang mengangkat sebelah tangan. Dia ingin mengajukan pertanyaan. Setelah mendapat kode anggukan dari Sander, pria itu pun mulai berbicara.
"Apakah itu artinya penduduk desa tidak memiliki pilihan lain? Sehingga mereka memilih jalan pintas untuk mendapatkan uang. Kami dengar, desa itu sangat subur. Artinya ada harapan kehidupan dari sektor yang lain bukan?"
Sander tersenyum kecut. Para staff yang ada di hadapannya terbiasa hidup di kota. Sulit bagi mereka untuk memahami perbandingan kehidupan di desa.
"Pertanyaan pintar sekaligus bodoh."
Seluruh staff yang ada di ruangan mendadak terdiam.