Chereads / Cinta Arrogant Sang Editor / Chapter 37 - 37. KEMBALI TERTUNDA

Chapter 37 - 37. KEMBALI TERTUNDA

Sander yang semula sudah melunak kembali memasang wajah dingin dan membeku. Ingatan tentang Arinda merusak harinya begitu saja. Semua tentang wanita tiba-tiba di depan Sander tampak seperti luka. Begitu pula Wuri yang sekarang duduk di hadapannya.

"Siang ini Bu Yati akan kembali. Dia mungkin hanya sedang pergi menjenguk anaknya yang sedang hamil besar." Sander menjelaskan pada Wuri.

Gadis itu terlihat jelas kecewa. Hari ini tampaknya Sander akan menunda lagi kepulangannya. Tiba-tiba sebuah ide melintas begitu di benaknya.

"Sander … bisakah kau memberikan aku uang? Agar aku bisa pulang sendiri hari ini dengan taksi dan tidak merepotkanmu." Wuri menyampaikan keinginannya dengan wajah ketakutan.

Sander menatap Wuri lekat-lekat. Tentu saja dia bisa. Memberikan uang pada Wuri bukan sebuah masalah besar bagi Sander. Tapi, Sander bukan sekedar ingin membuat Wuri pulang. Sander ingin tahu tempat di mana wanita itu tinggal.

Wuri bukan gadis yang terlalu menarik untuk digilai. Namun ada perasaan yang membuat Sander ingin selalu dekat dengannya. Lagi pula, berita tentang Welasti baru saja di mulai. Sander pasti masih memerlukan penjelasan dari Wuri. Dia tidak bisa kehilangan jejak Wuri begitu saja.

"Aku tidak punya uang tunai. Tunggu saja, nanti aku akan kembali dan mengantarmu pulang."

"Kau kan punya banyak supir, kenapa kau tidak meminta mereka mengantarku. Bukankah itu lebih mudah bagimu?'

"Kau ini cerewet sekali! Kau kan tidak punya suami atau bayi yang harus kau jaga di rumahmu kan? Aku bilang tunggu ya tunggu saja!"

Dengan cepat Sander menghabiskan makanan yang Wuri sajikan. Lalu dia meninggalkan meja makan dengan wajah kesal. Kembali ke kamarnya untuk bersiap berangkat ke kantor.

"Menyebalkan! Bisa-bisanya dia menghabiskan semua makanan dalam keadaan marah begitu." Wuri bersungut-sungut.

Sekarang dia tidak punya pilihan selain menunggu Sander kembali dari kantor dan mengantarnya pulang. Andai saja Wuri punya uang, dia pasti sudah pergi dari rumah Sander sekarang.

Wuri masih duduk di meja makan ketika Sander yang telah rapi turun dari lantai dua. Dia menyisir rambutnya ke belakang. Seperti biasa, Sander menggunakan celana jeans dan kemeja berwarna biru gelap.

Meski posisinya sangat penting di kantor Media Terkini tapi, Sander lebih senang berpenampilan casual. Membuat merasa lebih nyaman dan mudah berekspresi.

"Aku ke kantor dulu, Bu Yati sebentar lagi kembali. Tadi, aku sudah menelponnya. Aku juga sudah memberitahunya untuk tidak kemana pun sampai aku kembali. Jaga dirimu baik-baik di rumah."

Tidak menunggu jawaban Wuri. Sander langsung menuju ke mobilnya yang telah disiapkan supir tepat di depan pintu utama. Mobil itu Sander kendarai sendiri. Supir yang bekerja di rumah Sander hanya bertugas untuk merawat mobil-mobil miliknya. Tapi, Sander lebih senang mengendarai mobilnya sendiri ke mana pun dia pergi.

Sambil mengendarai mobil dan berusaha membelah jalanan Jakarta yang padat, Sander memikirkan apa yang baru saja dia katakan pada Wuri.

'Jaga dirimu baik-baik?'

Hah?! Sejak kapan dirinya begitu peduli dengan seorang wanita? Dia juga merasa aneh karena berangkat ke kantor dengan berpamitan pada seseorang. Selama ini tidak ada yang peduli kapan Sander datang dan pergi. Dia tidak perlu menyapa siapa pun saat datang dan pergi dari rumahnya.

Sesekali bertemu Bu Yati, itu pun sangat jarang. Berpamitan pada Wuri selayaknya suami yang berpamitan pada istrinya?! Sander mulai merasa ada serbuan ombak di dalam perutnya. Pikirannya mulai memberikan antisipasi pada hatinya.

"Bukankah wanita sama saja?" gumam Sander.

Segera dia menyingkirkan bayangan wajah Wuri jauh-jauh dari pikirannya. Sander tidak ingin terjatuh pada wanita. Cukup satu Arinda yag menyakitinya. Wanita lain hanya akan jadi permainan terindah bagi seorang Sander.

Dia toh telah membuktikan, meski tanpa ikatan dan komitmen, banyak wanita yang mau bertekuk lutut padanya. Bagi Sander wanita hanya tentang kenikmatan dan bukan perasaan.

Mobil yang Sander kendarai tiba di gedung Media Terkini. Dia memberikan kunci mobil pada petugas valet parking. Lalu segera menuju lift khusus CEO. Beberapa langkah sebelum Sander sampai di depan pintu lift, dia melihat Lia yang sedang berjalan perlahan.

Gadis itu sedang sibuk memeriksa sesuatu di ponselnya. Ketika Sander melihat Lia dari arah belakang, bokong seksi gadis itu seperti melambai-lambai pada Sander. Meminta Sader untuk menyentuh dan meremasnya.

Lia memiliki badan yang indah dan sintal. Di balik rok setinggi lutut berwarna kuning yang membalutnya, lekuk tubuh Lia terlihat begitu menawan.

Tidak mempedulikan sapaan karyawan lain yang ditujukan padanya, Sander menarik Lia sekonyong-konyong masuk ke pintu lift. Gadis itu sangat terkejut pada awalnya. Dia tidaak menyadari siapa yang dengan kasar menarik lengannya.

Sampai di dalam lift, Sander tidak memberikan Lia waktu untuk berkata. Dia langsung melumat bibir asistennya yang cantik menawan. Lia selalu manis di mulut Sander. Entah lipstik merk apa yang Lia gunakan. Tapi rasanya selalu manis dan memabukkan.

Di dalam lift yang melaju, Sander dengan puas menggerayangi tubuh Lia. Tangan begitu berani menelusup di antara kemeja dan rok yang Lia kenakan. Menyadari bahwa yang sedang menyerangnya dengan hasrat membara adalah Sander, Lia pun bahagia.

Lia dengan senang hati membalas setiap sentuhan Sander. Meski hari masih terlalu pagi tapi, sama sekali tidak menghentikan gairah membara yang dirasakan keduanya. Sampai lift berhenti di lantai di mana ruangan mereka berada.

"Nanti malam kita akan lembur. Jangan pulang ya," bisik Sander sebelum keluar dari lift.

Dia lalu melepaskan Lia begitu saja. Nyaris saja gadis itu terkurung lagi di dalam lift. Untungnya dia bergegas menahan dengan satu tangan dan keluar dari lift. Sander terlihat rapi dan elegan. Dia berjalan menuju ke ruangannya.

Sementara Lia harus berhenti beberapa saat di depan pintu lift untuk merapikan penampilannya yang berantakan akibat ulah Sander. Beberapa rekan kerja yang melihat Lia hanya tersenyum menggelengkan kepala.

Lia keluar dari lift CEO bersama Sander. Mereka hampir bisa memastikan apa yang terjadi saat keduanya ada di dalam lift. Hubungan simbiosis mutualisme Sander dan Lia sudah jadi rahasia umum. Bukan lagi bisik-bisik perlahan. Tapi, sudah jadi bahan perbincangan. Lia pun tidak malu mengakuinya di depan semua orang.

Sander yang tida di ruangannya langsung di hadapkan pada beberapa kertas yang berada di meja. Kertas-kertas itu adalah print out tentang keberatan banyak pihak tentang berita yang ditayangkan Media Terkini.

Dia sama sekali tidak gusar dengan semua itu. Sander sudah memperkirakan apa yang akan di hadapinya hari ini. Dia memilah-milah semua kertas. Mencari satu nama yang dia tunggu-tunggu. Saat menemukan nama yang dia cari, Sander pun tersenyum dengan raut mata kejam.

"Samsul!"