Chereads / Cinta Arrogant Sang Editor / Chapter 34 - 34. DI MANA BAYI-BAYI ITU?

Chapter 34 - 34. DI MANA BAYI-BAYI ITU?

"Jika semua sudah jelas, kau boleh kembali ke ruangamu. Periksa setiap detail pekerjaan yang lain sebelum sampai ke mejaku."

"Ok Bos!" Calista berdiri dan bersiap keluar ketika tangannya menyentuh kenop pintu, gadis itu menengok ke arah Dalu. "Apakah kau akan mengirimkan tagihan untuk kopi dan snack yang diberikan pada karyawan Media Terkini malam ini?"

Pertanyaan polos Calista membuat Sander dan Dalu terbahak bersamaan.

"Hey Nona Calista, untuk apa aku berbaik hati pada perusahaan sebesar Media Terkini?"

Calista mengerucutkan bibir. Wajahnya besungut-sungut. Kalau Dalu mengirimkan tagihan tentu saja dia hanya boleh memesan makanan dan minuman terbatas. Sama seperti karyawan lain. Sementara malam masih panjang.

Malam ini akan menjadi malam yang sangat melelahkan. Semua orang bekerja dengan tekun dan sangat teliti. Hanya untuk satu berita tapi mereka tahu, sebenarnya mereka sedang merakit sebuah bom. Satu kata salah, maka efeknya bisa menjadi bumerang bagi perusahaan mereka.

Sander sedang mengarahkan satu bidikan dengan beberapa anak panah sekaligus untuk mengenai banyak target. Semua karyawan Media Terkini tahu kalau Sander adalah orang yang sangat perfeksionis. Untuk berita kecil sekali pun, Sander tidak pernah mentolerasi kesalahan. Apalagi untuk berita besar seperti ini.

"Calista, malam ini aku telah menerima pesanan khusus dari Tuan Sander."

"Maksudmu?"

"Tuan Sander meminta cafeku buka dua puluh empat jam. Hanya untuk hari ini. Memastikan semua karyawan bisa mendapatkan makanan yang baik tanpa pergi jauh. Mereka bisa memesan apa pun tanpa harus membayar. Semua tagihan akan dikirimkan ke Media terkini."

Wajah kusam Calista berubah ceria. Gadis tomboy itu mengekspresikan kegembiraannya dengan sebuah kepalan tangan ke udara.

"Yes! Sebelum kerja, makan dulu. Cacing di perut sudah menari. Dari pada lapar dan bikin kesalahan lalu besok dipecat, mending makan dulu." Calista seolah bergumam pada diri sendiri. Tapi sebenarnya dia sedang menyindir Sander. Sudut matanya melirik kepada pria tampan yang duduk di kursi besar di belakang meja.

Gadis itu pun membawa keceriaannya keluar dari ruangan Sander. Kedua pria yang tertinggal di dalam ruangan tersenyum lebar melihat kekonyolan Calista. Gadis itu memiliki gaji yang besar. Posisi gadis itu di media terkini sejajar dengan Dalu. Satu tingkat di bawah Sander.

Tapi mendengar sesuatu yang gratis juga makanan, selalu saja berhasil membuat Calista bersemangat. Aura pintar dan ceria selalu terpancar dari jurnalis kesayangan Sander tersebut. Sesaat setelah Calista keluar, Dalu memutar kursi dan kembali duduk berhadapan dengan Sander.

"Jadi, siapa yang tinggal di rumahmu?"

Sander terlihat bingung untuk menjelaskan pada Dalu. Belum pernah dia sebingung itu untuk menyampaikan sesuatu. Dalu menatap Sander semakin tajam dan penuh rasa curiga.

"Gadis dari desa Welasti."

Dalu membeku! Dia tanpa ekspresi menatap lurus Sander. Meragukan pendengarannya sendiri. Seorang Sander membawa gadis ke rumah. Setelah sekian lama? Lima tahun lalu sejak terakhir Sander berbicara tentang seorang gadis.

"Maksudmu? Salah satu gadis penghibur dari desa Welasti?"

Sander terhenyak! Dia baru sadar salah memilih kata-kata karena kegugupannya.

"Bukan, dia adalah seorang bidan yang bekerja untuk desa itu."

"Owh,…." Dalu menghela nafas lega. Bagaimana pun terasa aneh jika selera Sander tiba-tiba berubah jauh. "Kenapa dia ada di rumahmu?"

"Aku yakin, berita ini akan menimbulkan ledakan besar bagi semua orang. Termasuk orang-orang yag menjadi mesin penggerak di desa itu. Aku khawatir dengan keselamatan Wuri."

"Ohh … namanya Wuri. Apakah dia cantik?"

Sander melotot ke arah Dalu, "Aku sedang serius dan kau malah mengajukan pertanyaan konyol?"

"Wait! Aku tidak sedang menggodamu. Maksudku, jika dia cantik maka bahaya lebih besar baginya tinggal di rumahmu. Tapi kalau dia dekil dan kurang menarik, maka dia akan aman di rumahmu."

Pernyataan Dalu justru berhasil membuat wajah Sander memerah. Wuri memang cantik meski tidak dengan kecantikan sempurna seperti Arinda. Tapi gadis itu cerdas, berani dan tidak terlalu buruk juga.

Sander tidak mungkin mengatakan hal-hal seperti itu pada Dalu. Temannya itu pasti akan semakin mencurigainya. Wajah Sander terasa panas akibat menahan malu.

"Keluar kau dari ruanganku! Tidak ada gunanya bicara denganmu!"

Tawa Dalu pun meledak beberapa saat. Lalu dia membungkam mulut dengan telapak tangannya sendiri. Dia tidak ingin menimbulkan keributan yang memancing para karyawan yang sedang duduk di bagian luar ruangan.

"Maaf Bro! Maaf!" ujar Dalu sambil mengangkat sebelah telapak tangannya. "Jadi sampai kapan dia akan tinggal di rumahmu?"

Sander mendengus kesal, "Aku akan mengantarkan dia kembali ke rumahnya di Tangerang besok. Sebenarnya kita membutuhkan keterangan darinya tentang tahapan berita di hari ketiga.tapi, aku rasa biarkan dia tenang dulu baru kita akan menggali informasi lebih dalam darinya nanti."

"Aku rasa lebih baik, selagi dia ada di rumahmu kau bisa menggali informasi lebih banyak. Kalian bisa duduk santai kapan saja dan buatlah dia bicara. Tentang apa yang kita perlukan darinya?"

"Dia sudah berada di desa itu selama lima tahun. Dia adalah saksi hidup yang menangani para gadis dengan masalah. Sebagian besar masalah itu tentu saja timbul karena bisnis hiburan yang dikendalikan Sang Kepala Desa."

"Ya, kalau menurutmu dia bidan, seharusnya memang dia melakukan tugas seperti itu. Lalu apa istimewanya pengakuan gadis itu?"

"Aku pernah mengatakan padamu, banyak gadis di desa itu mengidap penyakit organ intim karena mereka menjalankan bisnis tanpa dibekali pengaman. Bahkan mereka mungkin tidak punya pengetahuan tentang hal ini."

"Selain dari Wuri, kau bisa mendapatkan diagnosa lengkap dari dokter yang menangani Ratna. Itu lebih bisa dipertanggung jawabkan dan secara medis tergambar jelas."

"Kau benar, aku pasti akan meminta dokter memberikan keterangan. Tapi penjelasan tentang jumlah hanya Wuri yang tahu."

Dalu mengangguk-angguk. Wajahnya menampakkan kebingungan. Penjelasan Sander terdengar masuk akal sekaligus menutupi sebagian kenyataan.

"Mengherankan, kenapa gadis semuda dirinya mau mengabdikan diri di desa seperti itu. Lebih lagi, kenapa dia selama ini hanya menutup mulut dan tidak mengambil sebuah tindakan."

"Dia mengabdikan diri karena sebuah alasan yang bisa kumengerti. Gadis itu telah menceritakan padaku. Jika dia tidak angkat suara bukan karena dia takut. Kau tidak tahu betapa beraninya gadis itu. Bahkan di matanya tidak pernah tergambar ketakutan sedikit pun."

Sebuah lengkungan senyum menghias wajah Dalu begitu saja. Sander memuji seorang gadis? Kabar baik setelah lima tahun sahabatnya ini hidup dalam luka.

"Ada sesuatu yang masih Wuri sembunyikan dariku. Ada pertanyaan besar yang masih belum kutemukan. Sepertinya ini terkait satu sama lain."

"Apa?"

"Tentang bayi-bayi yang Wuri tolong. Banyak atau hampir sebagian besar bayi-bayi itu menghilang. Di mana mereka? Wuri pasti tahu keberadaan bayi-bayi itu."