"Lho, Mas Yusuf? kok disini? adek tungguin dari tadi."
Sebuah suara lembut menyapa Yusuf dari belakang Ratu.
Yusuf sedikit terperanjat.
"Eh, dek, i-iya," gagap Yusuf.
Ratu menyadari kehadiran Nafisa dan menatap ke arah perempuan dengan aura yang semakin cerah terpancar.
"Loh, ada Mbak Ratu juga. Apa kabar, Mbak?" tanya Nafisa. Senyum tak pernah luntur dari wajahnya.
"Eh, baik," jawab Ratu kikuk.
Nafisa mendekat ke arah Ratu dan memeluknya sekilas.
"Mbak Ratu ada perlu juga ke rumah sakit ini? apa Mbak sedang sakit?" tanya Nafisa.
Ratu menggelengkan kepalanya.
"Tidak, mamaku yang sakit," jawab Ratu.
"Semoga lekas sembuh ya, Mbak," ucap Nafisa tulus dan diamini oleh Yusuf. Ratu pun mengucapkan terima kasih.
"Kalau kalian, kenapa di rumah sakit?" tanya Ratu.
"Oh, kami sedang periksa rutin, Mbak. Alhamdulillah, kami diberi amanah oleh Allah. Saya hamil, Mbak. Baru jalan dua bulan," jawab Nafisa.
Ada rasa iri terselip di hati Ratu. Apa jika dia dan Yusuf yang saat itu menikah, dirinya yang tengah berbahagia karena kehamilan?
"Oh, selamat ya. Mudah-mudahan sehat dan lancar sampai nanti persalinan," do'a Ratu.
Yusuf dan Nafisa mengamininya.
"Ya sudah ya, Mbak. Kami harus segera pulang. Karena Umi sendirian di rumah," pamit Nafisa.
Ratu mengangguk.
Nafisa memeluk Ratu sekali lagi. Sedangkan Yusuf hanya mengangguk singkat dengan tatapan lekat ke arah Ratu. Gadis yang sempat menjadi pemilik hatinya. Bahkan sampai saat ini. Sekalipun dirinya sudah menikah dengan Nafisa. Masih ada nama Ratu di dalam hatinya.
Ratu mengamati Yusuf dan Nafisa yang berlaku. Tangan Nafisa dan Yusuf saling bertaut. Ratu sempat baca di sebuah buku islami yang dia miliki. Bahwa seorang suami dan istri saat berjalan seharusnya bergandengan.
Ratu hanya bisa menatap nanar pemandangan di hadapannya itu. Sambil meremas baju bagian depannya. Gadis dengan hijab pasmina lilit itu merasa sedikit rasa tertampar dengan kenyataan, mantannya telah bahagia kini.
"Anggun sekali perempuan itu. Mereka terlihat sangat cocok." Sebuah suara masuk ke gendang telinga Ratu.
Ratu menoleh dan menemukan Dion di sebelahnya.
"Kenapa kamu disini? kenapa tidak di kamar mama?" tanya Ratu.
"Catatan kamu ketinggalan," jawab Dion sambil menganggukkan sebuah buku note kecil. Buku yang berisi catatan hal-hal kecilagar tidak terlewat oleh Ratu.
"Oh, iya. Terima kasih," ucap Ratu sambil menerima buku itu.
Dion mengangguk.
"Masih patah hati?"
"Namanya cinta. Pasti masih ada rasa itu. Walaupun sudah berusaha melupakannya. Masih ada yang tertinggal. Aku butuh waktu lagi," desah Ratu.
"Cinta memang rumit."
Ratu menyetujui ucapan Dion. Lalu dia pun melanjutkan langkahnya pergi dari rumah sakit.
"Cinta memang rumit. Seperti kisah cintaku, yang berlabuh pada gadis selama bertahun-tahun lamanya. Tapi tak pernah disadari oleh gadis itu," gumam Dion.
Kemudian Dion berbalik dan kembali ke kamar rawat Nabila.
***
Seminggu terlewati. Tibalah hari dimana Ratu diharuskan menikah dengan Brama. Persiapan pernikahan telah selesai sejak kemarin. Hotel yang disewa untuk resepsi adalah sebuah hotel megah.
Tak main-main, Brama pun menyewa wedding organizer kenamaan untuk pernikahan mereka. Tamu undangan adalah kalangan-kalangan atas pebisnis di negri ini. Rencananya, mereka akan menjalani ijab Qabul dan langsung resepsi di hari yang sama.
Kemauan Brama karena tidak ingin berlama-lama dalam acara. Karena menurutnya, hanya membuang waktu. Sementara Brama sudah tak sabar untuk berbulan madu. Brama pun sudah menyiapkan tiket honey moon ke Perancis malam itu juga.
Kesibukannya sebagai pebisnis dia limpahkan ke anak buahnya. Toh, papanya juga bisa memantau jalannya perusahaan. Brama ingin rehat sejenak. Bersantai dan menikmati surga dunia yang akan segera dia dapatkan.
Ratu sudah dirias sedemikian rupa. Wajahnya nampak sangat cantik dengan make up pengantin natural. Balutan jilbab putih dengan mahkota di atas kepalanya membuat Ratu semakin mempesona, layaknya seorang ratu sungguhan di negeri dongeng.
Gaun pengantin putih dengan motif rumit dan tiara yang terangkai menjadi penghias gaun itu. Sungguh jelmaan bidadari di hari ini. Membuat semua mata akan tertuju padanya.
Aksara pun tak kalah bangga. Para tamu yang datang merupakan relasi-relasi dan orang penting. Dan tentunya akan memberi dampak positif di kemudian hari untuk perusahaan. Juga untuk kemasyhuran namanya.
Senyum sumringah tak pernah putus Aksara tunjukkan. Seolah hari ini adalah hari keberuntungan hidupnya. Maya yang mendampinginya pun berpenampilan cetar tanpa tahu malu. Berlagak sebagai pasangan si pemilik hajat. Harta tahta dan wanita, paket yang sudah Aksara miliki.
Di dalam ruangan tempatnya berias, Ratu gelisah. Perias yang disewanya telah pergi. Hingga Ratu hanya seorang diri di ruangan itu. Menanti waktu yang telah ditentukan. Dan itu tidak lama lagi.
Berkali-kali Ratu menoleh ke arah jam yang menempel di dinding. Jarum jam terasa lamban bergerak.
Tangannya yang telah terlukis Henna nan menawan saling bertaut menandakan kegugupan. Sebentar lagi, sebenartar lagi semua akan terlaksana. Ratu meremas jari jarinya erat.
Sementara ballroom hotel, para tamu undangan telah hadir. Mereka menunggu kedatangan pengantin wanita yang baru akan dijemput oleh Aksara dan Maya yang menggantikan kehadiran Nabila.
Ballroom hotel luas yang didekor dengan sangat megah. Pilar-pilar yang kokoh berbalut kain-kain sutera dengan warna putih berhias karangan bunga asli. Membuat ruangan menjadi terlihat segar.
Meja-meja prasmanan yang menyajikan berbagai makanan mewah tertata apik dan rapi. Deretan menu-menu andalan dari chef terbaik ada di sana. Menghadirkan banyak varian makanan dari dalam dan luar negeri.
Alunan musik mengalun merdu. Menambah suasana hangat di ballroom itu. Penyanyi kondang diundang datang. Untuk ikut memeriahkan pesta pernikahan ini.
Aksara yang telah sampai di ruangan Ratu pun lekas mengajak anaknya turun. Jika ayah lain akan merasa haru ketika anaknya menikah dan dimiliki laki-laki lain. Aksara tak merasakan itu. Aksara justru merasakan bahagia yang membuncah karena bayangan kesuksesannya nanti.
Sedangkan Maya, membayangkan menjadi Nyonya dari seorang pria sukses. Sejoli beda usia itu sama-sama bahagia. Tak peduli akan Ratu yang berjalan di antara mereka. Berekspresi tegang dan muram.
Alunan musik berhenti begitu Ratu sampai di ballroom. Di tempat yang akan dipakai untuk ijab Qabul, Brama menantikan kedatangan Ratu. Pria muda itu terkesima melihat dandanan Ratu. Seolah dia baru kali pertama melihat seorang perempuan.
Damian berdehem menggoda putranya. Yang dibalas senyuman lebar oleh Brama. Sedangkan Alicia, seperti biasa. Terlihat datar dan cuek. Seolah tak tertarik dengan momen sakral yang akan berlangsung.
Ratu akhirnya tiba di sisi Brama. Disambut kerlingan nakal dari pria itu. Andai bukan karena banyaknya tamu, sudah tentu Ratu akan melengos dan pergi menghindar. Tidak sudi untuk berdekatan dengan Brama.
Ratu kemudian duduk di kursi yang telah disediakan. Penghulu yang akan menikahkan mereka telah siap di depannya. Namun saat penghulu akan mengucapkan kalimat ijab, Ratu menyela.
"Bolehkah saya mempersembahkan sesuatu untuk calon suami?" tanya Ratu.
Brama menaikkan alisnya. Lewat tatapan matanya, Brama bertanya. Tapi tak digubris oleh Ratu.
Justru, acara diambil alih kembali oleh MC. Mengajak para tamu yang hadir untuk menikmati sebuah persembahan yang akan ditampilkan di layar besar di ballroom itu. Pertunjukkan yang tak akan mudah dilupakan oleh banyak orang.
Termasuk oleh Brama. Yang tiba-tiba berdiri kaget dan tegang begitu layar menunjukkan sebuah video. Begitu pun dengan Damian yang terlihat syok. Termasuk Aksara dan Maya.
Seluruh tamu ikut terkejut dan memasang wajah tak menyangka. Sebagian menutup mulutnya karena terkejut. Ada juga yang mengusap dada.
Hanya Ratu yang bersikap tenang. Menunggu kelanjutan acara setelah pemutaran video ini. Hingga sebuah gebrakan terdengar keras.
Bbrrraakkkkk!!!...
"APA MAKSUD SEMUA INI?!"