Chereads / The Smell of Crime / Chapter 8 - Keadilan Yang Mutlak

Chapter 8 - Keadilan Yang Mutlak

Keadaaan di dalam bar sangat kacau, terlihat kursi dan meja yang berserakan kemana-mana akibat pertarungan yang terjadi. Devon mulai merencanakan sesuatu untuk menyelesaikan masalah yang terjadi .

"Jadi Apa rencanamu, Devon?" tanya Benjamin.

"Kita bisa menggunakan kursi yang sudah hancur ini untuk menyerang sedangkan kita bisa menggunakan meja untuk berlindung,"

"Biasanya aku memilih untuk bertindak sendiri, tapi aku rasa idemu itu tidak buruk, Dev,"

"Sekarang kita tinggal menuggu moment yang tepat saja, Ben,"

Barney kembali menyerang menggunakan tongkat baseballnya itu, Devon dan Benjamin terus menghindar dari seranganya yang membabi buta.

"Haha ... Dasar pecundang, kalian hanya berani menghindar," teriak Barney.

"Huh ... Pecundang? Apa kau tidak sadar apa yang kau lakukan itu, dasar bodoh?" tanya Benjamin sedikit sinis.

"Hyaaa ... "

Barney terus menyerang, ia terus memukuli meja dan kursi hingga membuatnya hancur berantakan.

"Jika terus begini, bisa-bisa tempat ini hancur tak bersisa, Ben," ucap Devon.

"Aku juga berfikir begitu, hal itu akan membuat Dovi bersedih," ucap Benjamin.

Barney terus mengamuk dan terus memukulkan tongkat baseball ke segala arah.

"Kita hanya butuh waktu yang tepat," ucap Devon. 

Ketika Barney mendekati meja yang tidak jauh dari Benjamin. Devon yang merasa itu moment yang tepat, ia segera menendang meja tersebut sampai membuat Barney tersungkur diatas meja.

"Sekarang Ben!"

"Rasakan ini, sampah,"  ucap Benjamin.

Dengan segera Benjamin melayangkan kursi kayu ke arah punggung Barney hingga hancur, hingga membuat Barney sangat kesakitan dan melemah, disusul Devon yang kembali menendang meja hingga membuat meja tersebut terjungkir bersama Barney.

"Aahh.... "

"Rasakan itu, bodoh," ucap Devon.

"Bos apa kau baik-baik saja?" teriak salah satu anak buahnya.

"Ka-kalian akan mendapatkan balasan dari semua ini, akhh ..." ucap Barney sambil menahan sakit.

"Silahkan berkhayalah sesukamu, karena kau sudah kalah, Barney," ucap Devon.

"Huh ... Dengan apa yang kalian lakukan ini, kalian pikir sudah menang? Akh ... Aku akan kembali lagi kesini," ucap Barney berusaha berdiri.

"Kau pikir kau mau kemana, Barney?" tanya Devon.

"Tentu saja aku akan kembali ke tempatku, kali ini aku biarkan kalian menang," ucap Barney.

"Huh ... Kau naif sekali Barney, apa kau pikir kami akan membiarkanmu pergi bergitu saja?" tanya Devon.

"Kami dari kepolisian pusat, dengan ini kami menangkapmu atas tuduhan pemerasan dan rencana pembunuhan," ucap Benjamin sambil menunjukan identitasnya.

"Rasakan itu, dasar brengsek! Tempat kembalimu hanyalah ke penjara," ucap Devon sambil mengacungkan pistolnya ke arah Barney.

Barney hanya bisa pasrah mengangkat kedua tangganya. Seketika semua anak buah Barney ketakutan, mereka segera lari berhamburan ke luar.

"Sial! Kenapa kalian meninggalkanku? Tolong aku cepat … Kembali kalian semua, dasar payah," Barney terlihat sangat panik sambil mengangkat kedua tanganya.

"Semoga kau betah tinggal di rumah barumu, Barney" ucap Devon.

Akhirnya pertarungan tersebut dimenangkan oleh Benjamin dan Devon dan berhasil menangkap pemimpin dari para bandit. Dengan segera Devon mengeluarkan sebuah borgol dan memasang borgol tersebut dilengan Barney.

"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku?" teriak Barney.

"Dengan ini selesai sudah," ucap Devon.

"Akhirnya kita berhasil menangkapnya, Dev,"

"Tentu saja, Ben."

Keadaan didalam Bartender tampak berantakan, kerugian yang akan di tanggung Dovi benar-benar sangat tinggi, kemudian Dovi menampakan kembali dirinya dari bawah meja dan ia segera menghampiri Benjamin.

"Aku benar-benar minta maaf, Dovi. Karena ulahku, kau harus menderita kerugian yang besar," ucap Devon.

"Justru akulah yang harus minta maaf, karena aku yang memulai masalah ini," ucap Benjamin.

"Hey-hey ... Kalian tidak perlu meminta maaf, justru aku sangat berterima kasih karena kalian sudah menolongku," ucap Dovi.

"Tapi bagaimana dengan tempatmu ini?" tanya Devon.

"Hal itu tidak perlu dipikirkan, aku bisa memperbaiki ini. Tapi aku tidak percaya bahwa kalian berdua ini adalah polisi," ucap Baldovino.

"Yah ... Dovi, maafkan kami karena tidak memberitahu identitas kami yang sebenarnya," ucap Devon.

"Tidak apa-apa, kawan-kawan. Tapi sebagai rasa terima kasihku, aku akan memberikan minuman kalian gratis," ucap Dovi.

"Tidak, Dovi. Aku rasa itu bukan ide yang baik, kami sudah menghancurkan tempatmu ini," ucap Devon.

"Lebih baik, aku membayar saja, Dovi," ucap Benjamin.

"Aku bilang tidak perlu, Ben," ucap Baldovino.

"Kalau begitu, kami benar-benar berterima kasih, Dovi. Sebagai gantinya kami akan membereskan semua ini," ucap Devon.

"Oh iya bagaimana dengan masib si sialan Barney?" tanya Benjamin.

"Kalian tidak perlu khawatir, aku sudah menghubungi pihak kepolisian menggunakan telegraf milikku, mereka bilang sebentar lagi akan kesini,"  ucap Baldovino.

"Oh baguslah kalau begitu," ucap Devon.

Devon dan Benjamin mulai merapihkan kembali bar yang berantakan tersebut. Dan betul saja tak lama sebuah mobil berhenti di depan bar, terlihat seseorang hendak masuk bar.

"Selamat malam, tuan-tuan. Aku mendapat laporan ada serangan bandit disini,"

"Betul, opsir. Banditnya berada disana," ucap Baldovino

Terlihat Barney yang sedang terbaring dengan borgol yang mengikat tangannya ke belakang.

"Baiklah, dengan begitu kami akan membawa tersangka ini untuk di jebloskan ke penjara,"

"Baiklah, opsir. Terima kasih banyak atas bantuanya." Ucap Baldovino.

"James? Apa itu kau?" tanya Benjamin.

"Astaga, ternyata kalian, apakah kalian yang menangkap bandit ini?"

"Betul, merekalah yang menghajar dan menangkap pemimpin bandit ini," ucap Baldovino.

"Kepala polisi pasti bangga pada kalian, kalau begitu aku akan segera membawa bandit ini ke penjara,"

"Silahkan, James. Dan berhati-hatilah," ucap Benjamin.

James segera mengangkat tubuh Barney dan segera membawanya keluar bar. Sementara Benjamin dan Devon kembali melanjutkan beres-beresnya.

"Pekerjaan kita banyak sekali, Dev," ucap Benjamin.

"Tidak apa-apa, Ben. Anggap saja sebagai ganti rugi," ucap Devon.

Tak lama bar kembali rapih seperti sedia kala, Benjamin segera duduk untuk memulihkan tubuhnya.

"Akhirnya beres juga, Ben," ucap Devon.

"Tentu saja, Dev. Akhrinya kita membereskan semuanya," ucap Benjamin.

Kemudian Baldovino menghampiri Ben dan Devon sambil membawa sebotol wine berserta kedua gelas.

"Silahkan dinikmati, kawan-kawan. Aku pikir kalian haus," ucap Baldovino

"Terima kasih, Dovi,"

Devon segera mengambil gelas bagiannya dan menuangkan wine itu ke dalam gelasnya, setelah Devon selesai selanjutnya giliran Benjamin.

"Seperti biasa, Dovi. Racikan buatanmu benar-benar lezat," ucap Devon.

"Baguslah kalau kalian suka minumannya, kalau begitu aku taruh disini saja minumannya, aku harus ke gudang untuk mengecek persediaan minumanku," ucap Baldovino.

"Silahkan, Dovi," ucap Benjamin.

"Tidak apa-apa jika aku tinggal kalian berdua disini?"  tanya Baldovino.

"Tidak masalah, Dovi," ucap Devon.

"Baiklah, kalau begitu aku permisi dulu sebentar," ucap Baldovino.

Baldovino perlahan mulai meninggalkan Benjamin dan Devon bersama minuman mereka.

"Jadi apa yang tadi sempat ingin kau tanyakan padaku, Dev?" tanya Benjamin.

"Apa? Oh ... Mengenai masalah itu, ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu, Ben,"

"Katakanlah, Dev. Apa yang ingin kau tanyakan padaku?"

"Aku harap kau tidak tersinggung, Ben. Dengan apa yang aku tanyakan ini," ucap Devon