"Aku kan bisa jadi asisten pribadimu, membawakan semua kebutuhanmu, juga mengatur jadwalmu, jangan takut gitu dong, Din."
"Susah ya ngomong sama orang yang keras kepala. Kamu itu jangan asal ikut nggak jelas kayak gitu dong, harus ada dasar harus bisa mempertanggungjawabkan apa yang kamu ambil bukan malah lari seperti ini."
"Dinda, siapa yang lari? aku tidak pernah lari dari apapun. Aku akan menjalaninya, lagi pula extra basket apa sih yang diunggulkan? cuma mendrible bola aja, aku belajar sehari, dua hari, pasti juga bisa."
Bagas terlihat percaya diri akan ucapannya. Dia tidak ingin terlihat lemah dihadapan Dinda yang nyatanya sangat dia kagumi, tetapi tidak untuk Dinda yang marah kecewa dengan kebohongan yang Bagas sembunyikan selama ini.
"Terserah," ucap Dinda sambil berlalu meninggalkan Bagas."
"Makasih, aku tidak ingin sedetik waktu yang kita miliki terbuang sia-sia, tungguin dong!"
"Apaan sih, Gas?"