Chereads / Cahaya Terakhir Bulan / Chapter 23 - Pertemuan Pertama dengan Fajar

Chapter 23 - Pertemuan Pertama dengan Fajar

Pilihan tepat agaknya ketika Bulan memilih untuk mengunjungi sang ibu. Selain karena memang sudah lama sejak terakhir kali ia bertemu dengan sang Ibu dan berkomunikasi dengannya. Pertemuannya kali ini juga terbilang lebih baik daripada sebelumnya. Dikarenakan iya bisa lebih bercengkrama dan lebih mendekatkan diri dengan sang ibu. Ketimbang sebelumnya manakala ia masih berada di bawah pengawasan dan pengasuhan dari sang ayah. Iya cenderung lebih menjaga jarak karena diberikan nasihat oleh sang ayah untuk tidak terlalu mendekatkan diri kepada sang ibu.

"Kalau akhir pekan begini apakah pantai ramai dikunjungi oleh orang-orang perkotaan, Bu?" tanya Bulan kepada sang ibu.

"Biasanya ramai pengunjung yang datang. Tapi nggak tahu kenapa hari ini tidak se ramai biasanya. Kamu mau ke pantai? Melihat-lihat air laut? Siapa tahu kamu merasa jenuh selama di kota dengan kesibukan dan tekanan pekerjaan. Kamu mau ke laut untuk menenangkan pikiranmu."

"Wah! Kebetulan sekali, Bu. Memang salah satu tujuan ku ke sini ingin menenangkan diri. Aku benar-benar merasa jenuh dan stress dengan pekerjaan yang begitu banyak. Tekanan pekerjaan juga membuatku benar-benar lelah, Bu. Memangnya laut dekat dengan rumah ibu?"

"Pantai nggak jauh dari sini, Bulan. Kamu bisa ke sana kapanpun kamu mau. Kenapa juga kamu baru sekarang ke sini? Kalau memang kamu sudah merasa penat dengan kesibukan di perkotaan. Kenapa tidak dari kemarin saja? Beberapa waktu yang lalu sempat ada acara besar di pantai."

"Iya, Bu. Aku baru bisa ke sini. Sayang sekali, ya. Seandainya aku datang lebih awal. Aku bisa melihat tradisi yang diselenggarakan di pantai. Pasti sangat seru dan sangat ramai orang."

"Tentu, Nak. Acara itu sangat meriah. Banyak sekali yang datang. Memang acara tahunan dari warga sekitar sini. Kamu menginap hari ini? Atau kamu akan pulang nanti sore?"

"Aku kayaknya hanya sampai sore di sini, Bu. Nggak sampai menginap. Mungkin lain kali aku akan menginap di sini. Kalau waktunya sudah tepat."

"Ibu kira kamu mau menginap di sini. Ibu sangat senang jika kamu mau menetap beberapa hari di sini. Nanti ibu ajak jalan-jalan keliling pantai. Tapi kalau memang kamu nggak bisa menginap hari ini. Itu nggak masalah sama sekali. Ibu mengerti."

Ekspresi sang Ibu mendadak berubah seolah-olah kecewa karena dia mengira kalau Bulan akan menetap beberapa hari di rumahnya. Sang Ibu masih berharap lebih lama menghabiskan waktu dengan anaknya sementara Bulan tidak bisa berlama-lama di sini. Masih ada pekerjaan dan kesibukan di kota yang harus ia selesaikan.

Bulan memiliki tanggung jawab pada pekerjaannya dan pada perusahaannya. Jika ia memiliki waktu luang yang lebih banyak atau ketika ia sudah tidak bekerja Mungkin saja ia akan menuruti permintaan sang ibu untuk menetap beberapa hari bersamanya. Karena bukan hanya sang Ibu Ia pun merasa masih betah dan ingin berlama-lama di sini. Kenyamanan yang diberikan oleh seorang ibu kepada anaknya membuat Bulan tak ingin buru-buru beranjak pergi.

"Aku juga ingin lebih lama di sini, Bu. Tapi besok aku masih harus berangkat kerja. Ibu jangan sedih begitu aku jadi nggak tega buat ninggalinnya. Aku janji deh nanti kalau misalnya aku dapat libur lebih lama lagi aku bakal menetap di sini untuk beberapa hari. Ibu jangan khawatir aku akan lebih sering mengunjungi Ibu dari sebelumnya. Aku janji Ibu nggak akan sendirian lagi," ujar Bulan mencoba mengembalikan ekspresi bahagia dari sang ibu.

Mendengar perkataan dari Bulan sang Ibu merasa lebih lega dari sebelumnya. Dikarenakan sang anak menjanjikan untuk mengunjunginya lebih sering dari sebelumnya. Meskipun dia tidak dapat menetap beberapa hari di sini dan menemani sang ibu tapi itu tidak jadi masalah. Yang terpenting adalah sekarang Bulan memiliki kesempatan untuk mengunjunginya dalam kurun waktu yang lebih sering.

"Ya sudah nggak apa-apa Ibu juga nggak maksa. Asal kamu masih ingat sama ibu ibu sangat senang. Kelebihan kamu bakalan ngunjungi Ibu lebih sering. Ibu merasa sangat senang kalau memang itu benar-benar terjadi. Kamu bisa sabtu minggu atau ketika libur berada di sini imut jadi punya temen dan gak kesepian lagi. Hitung-hitung juga Ibu pengen menikmati masa-masa ketika kamu kecil dulu berdua sama kamu. Anggaplah waktu-waktu yang dulu tidak bisa kita habiskan bersama. Ibu pengen menebusnya dengan kita lebih banyak menghabiskan waktu bersama."

Bulan hanya tersenyum mendengar permintaan dari sang ibu. Iya tahu sekarang apa yang sebenarnya dari lubuk hati yang paling dalam dari seorang ibu yang diharapkan dari anaknya. Bukan tentang harta atau apapun yang diberikan oleh sang anak. Keinginan dari ibunya hanya untuk bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan dirinya dan mengulang masa-masa di mana ketika mereka terpisahkan oleh jarak dan waktu.

Ketika obrolan diantara keduanya sedang begitu hangat dan suasana begitu mencair. Tiba-tiba dari luar terdengar seseorang memanggil. Seperti orang sedang hendak bertamu atau hendak memberikan sesuatu kepada ibunya Bulan. Sontak suaranya panggilan dari luar tersebut membuat mereka terkejut. Sang Ibu segera menghampiri sumber suara untuk memastikan siapa yang datang ke rumahnya.

"Assalamualaikum, Bu," teriak seseorang dari luar.

"Waalaikumsalam, iya tunggu sebentar," sahut sang Ibu dari dalam.

"Siapa, Bu? Ada urusan apa orang tersebut?" tanya Bulan kepada sang Ibu.

"Nggak tahu, biar Ibu coba lihat dulu. Sepertinya Ibu kenal suara siapa yang memanggil dari luar. Tapi Ibu nggak tahu ada urusan apa tiba-tiba datang ke rumah," kata sang ibu sembari bangkit dari tempat duduk dan hendak luar.

"Eh, Nak Fajar. Ada apa? Masuk-masuk, ayo. Kebetulan lagi ada anak ibu. Nanti Ibu kenalin," kata Ibu.

"Ini, Bu. Aku mau antar ikan. Bapak tadi dapat tangkapan lumayan banyak. Ibu nyuruh anterin ke Ibu katanya," ujar Fajar menjelaskan alasannya mengunjungi rumahnya orang tua Bulan.

"Masya Allah. Repot-repot sekali ibumu. Sampaikan terima kasih Ibu untuk bapak sama ibumu, ya. Kalian memang sangat baik sekali. Ayo masuk dulu. Ibu mau kasih sesuatu juga kebetulan untuk kalian," kata sang ibu meminta Fajar untuk masuk ke dalam.

"Nggak usah, Bu. Aku cuma antar ini aja. Lain kali saja aku mampirnya, ya," kata Fajar menolak.

"Eh, kamu jangan seperti itu. Ibu nggak mau ya kamu nolak. Kalau kamu nolak, Ibu kembalikan lagi, nih, ikan pemberiannya kamu."

Mendengar ancaman dari ibunya Bulan. Fajar mau tidak mau menurutinya. Ia pun bersedia untuk masuk ke dalam. Begitu ia masuk, ia terkejut melihat seorang wanita cantik sedang duduk. Ia tak pernah melihat wanita itu. Begitupun Bulan ketika melihat Fajar. Ia terkejut dengan penampilan Bulan. Mereka saling tatap satu sama lain.