Beberapa jam kemudian, setelah mengantar Elea ke Rumah Sakit, Alex pun menopang tubuh Elea hingga masuk kembali ke dalam mobil dan mengantarnya pulang.
Selama dalam perjalanan, Alex tidak berkata atau pun bertanya apapun pada Elea. hingga akhirnya mereka pun sampai di rumah Elea.
Kedatangan Alex dan Elea sudah pasti membuat kedua orang tuanya terkejut. Saat Elea dan Alex turun dari mobil, sang ibu melihatnya dari balik gorden jendela. Beliau pun langsung mengatakan apa yang hendak dilihatnya pada pak Bakrie yang sedang duduk santai di ruang keluarga sembari menonton acara televisi kesukaannya.
''Ayah! Kemarilah! Itu Elea datang dengan siapa? Sepertinya Ibu tidak pernah melihat laki-laki itu?'' tanya sang istri. Pak Bakrie pun langsung berdiri seraya meletakkan gelas kopi yang hendak ia teguk.
''Siapa, Bu?'' pak Bakrie pun mendekati sang istri dan mengintipnya bersama-sama.
''Alex!'' gumam pak Bakrie.
''Apa? Alex? Jadi itu laki-laki yang bernama Alex?'' tanya ibu terkejut.
pak Bakrie pun mengangguk tanda mengiyakan bahwa laki-laki tersebut memanglah Alex yang asli.
Tak lama kemudian, kedua langkah kaki Elea dan Alex pun sampai di depan pintu masuk. Terdengar suara Elea yang memanggil ibunya dengan sangat nyaring. Pak Bakrie dan sang istri pun langsung menghampiri Elea dan Alex yang sudah berada di depan pintu masuk rumah mereka.
''Elea! Ada apa ini? Kenapa wajah kamu pucat sekali?'' tanya ibu yang sudah pasti terkejut melihat kondisi Elea.
''Halo! Om ... Tante, saya Alex. Maaf saya harus datang menemui Om dan Tante dengan cara seperti ini. Saya adalah teman Elea. Tadi saat dalam perjalanan, saya melihat mobil Elea parkir di pinggir jalan. Lalu saya mengecek, dan ternyata Elea sedang dalam kondisi sakit. Saya sudah membawa Elea ke Rumah Sakit Om ... Tante,'' ujar Alex yang bertutur sangat ramah pada kedua orang tua Elea.
''Oh begitu. Ya sudah Nak Alex, ayo kita bawa Elea masuk ke kamarnya!'' semua pun masuk mengantar Elea beristirahat ke kamarnya.
Semenit ...
Dua menit ...
Alex pun berhasil membaringkan tubuh Elea di atas ranjangnya dengan di saksikan kedua orang tua Elea sendiri. Karena tak mau mengganggu Elea beristirahat, Alex dan kedua orang tua Elea pun keluar dan berbincang di ruang tamu.
''Nak Alex, terima kasih ya sudah mau membantu Elea,'' ungkap sang ibu yang terlihat kagum dengan Alex di hari pertama mereka bertemu. Sementara itu, pak Bakrie hanya terdiam seakan membisu karena tak tahu harus mengatakan apa setelah pertemuannya dengan Alex yang membahas Elea.
Tidak banyak yang mereka perbincangkan selain membahas bagaimana pertemanan Alex dan Elea bisa terjalin. Tak lama kemudian, Alex pun pamit untuk pulang. Pak Bakrie mengantar Alex ke luar rumah.
Saat berjalan berdampingan, pak Bakrie mulai menanyakan sesuatu pada Alex yang membuat Alex pun bingung.
"Nak Alex, bagaimana dengan permintaan Om waktu itu? Apa Nak Alex sudah membicarakannya dengan Elea?" tanya pak Bakrie.
"Maaf, Om. Saya belum berbicara dengan Elea mengenai hal itu."
Alex pun terpaksa membohongi pak Bakrie karena sebenarnya Alex mendukung penuh hubungan Elea dan Ansel.
Perbincangan yang cukup singkat dan berlangsung cepat antara Pak Bakrie dan Alex tersebut menghantarkan Alex ke depan mobilnya.
Ia pun pamit pada pak Bakrie lalu pergi meninggalkan rumah sahabatnya itu.
Tiga jam kemudian, Elea terbangun dari tidurnya setelah meminum obat dari dokter dan berhasil membuat suhu tubuhnya turun dan lebih enak saat ia membuka kedua matanya.
Tepat pukul delapan malam, Elea beranjak dari ranjang untuk mengambil ponselnya yang masih berada di dalam tas.
Berjalan perlahan hingga akhirnya Elea pun berhasil meraih tas yang lalu ia baka.
Elea mengecek ponsel dan masih perasaan kecewa yang ia rasakan.
"Ansel benar-benar sudah melupakanku," batin Elea yang saat ini terus menerus mengatakan keburukkan Ansel hingga pikirannya sedikit demi sedikit mulai menaruh rasa benci terhadap Ansel.
"Apa yang harus aku lakukan saat ini? Apa aku harus mendiamkan Ansel yang sudah tega menduakan aku? Apa aku harus menemui Ansel lagi? Ah ... Rasanya memang benar jika Ansel sudah tidak peduli lagi padaku," gumam Elea.
Elea pun menaruh kembali ponselnya di atas meja rias. Namun saat ia hendak membalikkan tubuhnya, seketika Elea dibuat terkejut dengan dering ponselnya.
Elea menoleh pada ponsel yang menyala. Ia melihat ialah Zayn yang Menghuhungi dirinya.
"Zayn!?" gumam Elea. Ia hanya merasa aneh dengan Zayn yang menghubunginya malam-malam begini.
Elea sempat akan mengabaikan panggilan dari Zayn. Akan tetapi, entah kenapa rasa benci Elea terhadap Ansel membuatnya ingin balas dendam dengan melampiaskannya lewat Zayn.
Dengan terpaksa, akhirnya Elea mengangkat telepon dari Zayn. Hal pertama yang Elea lakukan ialah menanyakan kabar dari Zayn. Hingga Ia pun bertanya tentang maksud Zayn menghubunginya.
Ternyata Zayn ingin menanyakan perihal perjodohan yang akan dilakukan oleh kedua orang tua mereka.
"Elea, apa ayahmu masih belum mengatakan sesuatu tentang perjodohan kita?" tanya Zayn.
"Belum, Zayn."
"Elea ... Tadi ayahku berkata bahwa satu bulan lagi, perjodohan kita akan dilakukan," ujar Zayn.
DEG~~~
Elea terkejut Ia tak tahu harus mengatakan apa pada Zayn. Lalu, Elea mendengar suara langkah kaki yang mendekat.
"Elea! Elea, apa kamu masih tidur?" panggil sang ayah yang kini membuka pintu kamar Elea.
Elea pun dengan segera menyudahi perbincangannya dengan Zayn.
Masuklah sang ayah ke kamar Elea. Elea yang masih berdiri mematung didekat meja riasnya itu, terlihat gemetar saat sang ayah mendekatinya.
"Elea, bagaimana keadaan kamu? Apa sudah lebih baik?" tanya sang ayah.
"Ah ... Aku sudah merasa lebih baik, Yah. Ada apa malam-malam begini ke kamarku?" tanya Elea.
"Elea, ada yang ingin Ayah sampaikan sama kamu. Dan ini tidak bisa ditunda lagi. Elea ... Duduklah!" ujar pak Bakrie yang menitahnya duduk disofa kecil yang ada di kamar Elea.
Tanpa berkata apapun, Elea menuruti sang ayah hingga pak Bakrie mulai mengatakan kalimat demi kalimat yang memancing emosi Elea saat itu juga.
"Elea ..., langsung saja. Nak, Ayah ingin menjodohkan kamu dengan Zayn, partner bisnis kita. Apa kamu mau?" tanya pak Bakrie.
DEG~~~
Messi Elea sudah tahu tentang kabar perjodohan itu, dirinya tetap merasa terkejut ketika kalimat itu keluar dari mulut sang ayah.
"Apa? Ayah ingin menjodohkan aku dengan Zayn? Ayah ..., apa Ayah lupa bahwa aku sudah memiliki seorang kekasih?" geram Elea.
"Elea, sudah lah! Jangan lagi memperkeruh suasana. Ayah tahu apa yang kamu sembunyikan dari Ayah."
DEG!
Jantung Elea berdegup sangat kencang ketika pak Bakrie mengatakan bahwa beliau tahu tentang rahasia Elea.
"Apa benar Ayah tahu sesuatu?" gumam Elea.