"Ibu benar-benar butuh bantuan Nak Alex. Karena Ibu merasa ada yang janggal dengan keputusan yang di ambil oleh Elea secara mendadak ini."
"Keputusan apa, Bu? Elea memutuskan hal apa?" tanya Alex semakin penasaran.
"Elea ... Elea ... Dia,"
"Dia kenapa, Bu? Tolong jelaskan padaku apa dengan se-detail mungkin."
"Elea ... Memutuskan untuk menerima perjodohan yang dilakukan oleh ayahnya yaitu menikah dengan Zayn, partner kerja Elea," ungkap ibu.
DEG~~~
"Apa? Elea akan menikah dengan laki-laki yang bernama Zayn?" ucap Alex terkejut.
Seketika jari-jari tangan Alex saling bertemu dengan memancarkan wajah kebingungan. Seolah usahanya yang baru saja akan dimulai untuk mempersatukan Elea dengan Ansel itu ditepis oleh keputusan Elea sendiri yang lebih memilih menikah dengan laki-laki lain.
"Bu, apa Ibu tahu apa alasan Elea yang tiba-tiba mengambil keputusan seperti ini?" tanya Alex.
"Justru Ibu datang menemui Nak Alex kesini, ingin meminta bantuan Nak Alex. Ibu ingin Nak Alex menyelidiki penyebab Elea menerima perjodohan ayahnya, bisa kan Nak Alex?"
Alex pun terdiam. Pandangannya menatap jendela yang berada di samping kanannya.
Sedetik ...
Dua detik ...
Hingga akhirnya Alex pun kembali berbalik menatap wajah wanita paruh baya yang masih cantik tersebut yang tak lain adalah ibu dari sahabatnya, Elea Jovanka.
"Bu ..., apa ini berarti Ibu menyetujui hubungan Elea dengan laki-laki yang bernama Ansel?" tanya Alex.
"Nak Alex, Ibu sudah sadar sekarang. Kebahagiaan Elea bukan terletak pada harta atau tahta yang ia miliki saat ini. Dulu memang Ibu pun ingin Elea menikah dengan laki-laki yang sederajat dengan keluarga kita, namun pada saat Elea membawa Ansel, wajah bahagianya sangat terpancar jelas meski ia berbohong tentang siapa Ansel sebenarnya," ungkap ibu.
"Ya, Bu. Ibu benar, Elea memang sangat mencintai Ansel. Kalau begitu, aku akan berusaha mencari tahu penyebab Elea meninggalkan Ansel begitu saja. Oh ya Bu, kapan rencana pernikahan Elea itu?" tanya Alex.
"Rencananya mereka akan menikah satu bulan lagi, Nak Alex. Semuanya begitu mendadak. Ibu sangat takut jika pernikahan Elea akan bermasalah," ujar ibu.
"Baik, Bu. Ibu tenang saja. Aku akan mencoba bertemu dengan Elea dan membahas soal ini."
Setelah Alex menyanggupi bahwa ia akan menyelidiki Elea, ibu pun langsung pamit pulang karena takut pak Joseph sampai lebih dulu di rumah.
Berbeda hal dengan Alex. Saat ia sudah sendiri di Cafe yang sama, ia sedikit bersantai dan melanjutkan meminum secangkir kopi yang hendak ia pesan. Sambil menyesap segelas kopi tersebut, Alex berpikir bagaimana cara agar ia tidak canggung saat menanyakan masalah pribadi Elea. Karena memang Elea dan Alex tak pernah saling mencampuri urusan pribadi mereka masing-masing.
Alex memulai dengan menghubungi Elea. Ia mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam saki celana kerja. Alex pun sesegera mungkin memencet kolom panggil setelah nama Elea muncul di halaman kontak.
Semenit ...
Dua menit ...
Berkali-kali Alex mencoba menghubungi Elea namun Elea tak kunjung menjawab telepon dari Alex.
"Elea, ayo dong angkat!" gumam Alex.
Karena Elea tidak mengangkat telepon dari Alex, maka Alex pun memberanikan diri untuk pergi ke kantor Elea.
Alex beranjak dari meja yang hendak pertemukan dirinya dengan ibu kandung dari sang sahabat, Elea.
Sesaat sedang dalam perjalanan menuju area parkir, Alex sengaja mengirim sebuah voice note pada Elea yang memberitahukan bahwa Alex akan pergi ke kantornya.
Tak butuh waktu lama lagi, Alex pun bergegas menancap gas mobilnya dan pergi menemui Elea.
Hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk sampai di kantor milik keluarga Elea.
Alex yang kini berada di area parkir, tanpa sengaja melihat sosok pak Bakrie yang baru saja keluar dari dalam kantor. Alex pun menunggu pak Bakrie masuk ke dalam mobilnya.
'Hah ..., untung saja aku belum keluar dari mobil,' gumam Alex yang sedikit menundukkan kepala saat mobil milik pak Bakrie lewat tepat di depan mobilnya.
Alex akan sangat kesulitan menjawab jika ia bertemu dengan pak Bakrie di kantor Elea. Akan sangat mencurigakan bagi Alex jika beliau tahu keberadaan Alex.
Tak lama setelah pak Bakrie pergi dari kantor, Alex pun langsung bergegas keluar dari dalam mobil lalu masuk ke kantor Elea.
Alex pun langsung menuju front office untuk menanyakan di mana ruangan Elea berada. Tidak sulit bagi Alex untuk mengetahui di mana letak ruang kerja Elea.
Langkah demi langkah Alex tempuh hingga akhirnya ia pun sampai di depan ruangan Elea yang berada di lantai empat.
Tok ... Tok ... Tok!
Alex mengetuk pintu terlebih dahulu. Namun Elea tidak membuka atau menyahutinya.
"Apa Elea tidak ada di ruangannya, ya?!" gumam Alex meragu. Alex pun mengetuk kembali pintu ruangan Elea hingga akhirnya Elea pun membuka pintu ruangan tersebut.
KREK~~~
"A---Alex?!" sapa Elea yang terdengar sedikit sendu.
"Elea! K---Kamu kenapa?" tanya Alex. Elea enggan menjawab. Lalu Elea menitah Alex masuk ke dalam ruang kerjanya dan mengunci pintu hingga tertutup rapat.
"Silahkan duduk, Lex!" titah Elea seraya menunduk penuh tanya.
Alex memerhatikan gerak-gerik Elea saat Elea mengambilkan sebotol minuman untuk Alex.
Tak lama kemudian, Elea pun duduk di depan Alex dan bertanya, "Lex, ada apa tiba-tiba datang ke kantor? Apa ada masalah?"
Alex terdiam saat mendengar suara sendu Elea yang berhasil menggetarkan hatinya.
"Elea, jawab dulu pertanyaanku! Kenapa kamu terlihat sangat sedih? Ada masalah apa, Elea?" tanya Alex.
"Aku ..., aku tidak apa-apa, Lex!" jawab Elea.
Seketika Elea pun meneteskan air mata dengan pandangan tunduk ke bawah. Membuat Alex semakin yakin bahwa ada yang tidak beres dengan Elea.
"Elea! Tolong jawab aku! Aku ini sahabat kamu, Elea! Ada apa?" sentak Alex.
Elea menyeka sedikit demi sedikit air mata yang jatuh tak terbendung membasahi pipinya seraya menatap wajah Alex.
"Lex!" ucap Elea rapuh.
"Ya, Elea? Ada apa? Ceritakan semuanya padaku!" ujar Alex.
"Aku benar-benar tidak kuat menghadapi hari-hari yang seperti ini. Aku tak bisa dan tidak sanggup, Lex!" ujar Elea.
Kalimat yang rancu. Ya! Elea bercerita, namun tak ada satu pun kalimat yang dapat ditangkap dengan jernih oleh Alex yang termenung, bingung harus menanggapi seperti apa kalimat yang diucapkan oleh Elea, sahabat wanitanya.
"Elea, ku mohon jangan berbelit seperti ini. Aku janji, aku akan membantu kamu apa pun yang terjadi."
"Lex, entah apa yang akan terjadi nanti saat pernikahan itu terjadi. Aku tidak tahu bagaimana rasanya menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak aku cintai," rengek Elea yang akhirnya menceritakan semua yang terjadi.
"Apa? Menikah? Dengan siapa, Elea?" tanya Alex shock.