Chereads / Terhalang Restu / Chapter 22 - Chapter22: Keputusan Terberat

Chapter 22 - Chapter22: Keputusan Terberat

"Apa benar Ayah tahu sesuatu?" gumam Elea.

Elea pun menatap sang ayah dengan kedua matanya yang hampir berkaca-kaca.

"Apa yang Ayah tahu?" tanya Elea.

Saat mendengar Elea bertanya seperti itu, pak Bakrie tersenyum kecil.

"Kamu yakin ingin Ayah mengatakan apa yang Ayah tahu dari rahasia kamu itu, Elea?" tanya pak Bakrie untuk ke sekian kalinya.

"Katakan saja, Ayah! Aku tidak mau di buat penasaran dengan semua yang telah ayah katakan tadi," ujar Ayah.

"Baiklah kalau kamu memaksa. Ayah hanya ingin menegaskan pada kamu, Elea. Bahwa, semua usaha kamu untuk mengelabui Ayah hanya sia-sia. Apa kamu lupa bahwa Ayah banyak cara untuk membongkar semua rencana kamu dan laki-laki itu?"

"Tidak usah berbelit, Ayah. Katakan saja semua!" tegas Elea.

"Ayah tahu siapa sebenarnya Alex, laki-laki yang pernah kamu kenalkan pada Ayah dan ibu. Kamu berani bohongi Ayah dan ibu? Sekarang Ayah tanya, Ayah harap kamu bisa berkata dengan jujur. Siapa ... Sebenarnya ... Laki-laki yang kamu sebut Alex itu?"

DEG~~~

"Ternyata Ayah benar-benar tahu soal itu," batin Elea. Wajahnya seketika memerah, bibirnya bergetar hingga lidahnya pun terasa kaku. Elea tampak kesulitan menjawab entah itu pertanyaan atau semacam paksaan untuk mengakui sebuah kesalahan dari sang Ayah, pak Barkrie.

"Jawab Elea! Bagaimana kamu membela diri kamu atas apa yang telah kamu lakukan?" tanya pak Bakrie menekan Elea.

"S---Soal itu ..., soal itu aku terpaksa lakukan karena tuntutan keluarga ini terlalu berat untukku, Yah! Aku tidak bisa menawar perasaan ini yang terlanjur mencintai laki-laki yang bukan berasal dari keluarga kaya raya seperti yang diinginkan oleh Ayah!" sentak Elea.

"Jaga bicaramu, Elea! Jangan kamu membentak Ayah seperti itu. Ayah melakukan semua ini karena Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu!" tegas pak Bakrie.

"Tapi bagaimana kalau aku tidak cinta dengan Zayn?"

"Cinta? Apa arti Cinta jika itu hanya akan membuat kamu menderita Elea? Sekarang Ayah tanya padamu, apakah laki-laki itu sampai saat ini berjuang untuk hubungan kamu dan dia? Apa usahanya sudah terlihat jika memang dia mencintai kamu?"

DEG~~~

Saat mendengar pertanyaan yang bertubi-tubi dari sang ayah, seakan mencambuk Elea yang saat ini sedang menganggap Ansel yang acuh tak acuh terhadap dirinya.

Tanpa sengaja, Elea memang membenarkan bahwa sampai detik ini Ansel malah menjauh darinya dan tidak memperjuangkan hubungan mereka demi mendapat restu dari orang tua Elea.

"Kenapa kamu hanya diam saja, Elea? Apa kamu baru sadar bahwa semua yang Ayah katakan itu benar adanya? Laki-laki itu tidak mencintai kamu sebesar kamu mencintainya, kan?" tanya Ayah.

Elea semakin kebingungan. Ia hampir tak bisa berpikir jernih karena perkataan sang ayah yang menekan dirinya.

"Baiklah! Baiklah Ayah! Jika memang Ayah ingin aku menikah dengan Zayn, aku ..., aku akan menerimanya!"

DEG~~~

Pak Bakrie sangat terkejut dengan jawaban Elea yang akan secepat itu memutuskan bahwa Ia mau menikah dengan Zayn.

"Apa? Kamu serius kan Elea?" tanya Ayah seraya memancarkan senyum kegirangan.

Elea pun menjawab nya dengan sebuah anggukkan menandakan bahwa Ia serius dengan apa yang baru saja Ia putuskan tersebut.

"Ok! Kalau begitu, Ayah akan segera mengatur jadwal untuk segera bertemu dengan keluarga Zayn," ujar pak Bakrie yang lalu pergi meninggalkan kamar Elea.

BRUG~~~

Elea menutup rapat-rapat pintu kamarnya setelah pak Bakrie keluar. Ia menyandarkan tubuhnya di belakang pintu dengan mata yang berkaca-kaca seakan sebentar lagi akan turun derasnya air mata yang siap membasahi kedua pipi Elea yang mulus.

ARGH!!!

Elea memukul-mukul kepalanya seraya memejamkan kedua mata dengan diiringi turunnya air mata.

"Apa yang sudah aku lakukan?" gumam Elea dengan tatapan kosong dan membiarkan air matanya mengalir deras.

"Elea! Apa yang sudah kamu putuskan?" gumam Elea, lagi. Tak henti Elea bergumam tentang apa yang baru saja Ia putuskan untuk hidupnya.

"Bodoh! Bodoh!" Elea mengerang. Ia terus meremas rambut di kepalanya dengan menyalahkan diri sendiri.

Emosinya terhadap Ansel yang Ia anggap telah menduakan cintanya, kini berujung dengan sebuah keputusan yang Elea ambil juga sepihak tanpa sepengetahuan Ansel. Elea masih tak percaya bahwa Ia baru saja memutuskan untuk menikahi Zayn dan meninggalkan Ansel.

Pikiran Elea tak bisa jernih kala mengingat tentang apa yang Ia lihat di cafe beberapa waktu yang lalu. Hal itulah yang membuat Elea merasa ingin membalaskan dendamnya terhadap Ansel yang tega meninggalkannya tanpa sebab, lalu hadir dengan perempuan lain tepat di depan mata Elea.

"Sudahlah, Elea! Usap air matamu. Ansel sudah tidak peduli lagi denganmu. Bahkan, dia tega menduakan cintamu dengan wanita lain!" batin Elea yang sudah terlanjur kecewa dengan Ansel.

Tok ... Tok ... Tok!

Saat Elea menyeka air mata yang membasahi kedua pipinya tersebut, seketika suara ketukkan pintu kamarnya terdengar pelan.

Elea pun berdiri dan bergegas membuka pintu kamar yang ada di belakangnya.

KREK~~~

"Ibu," ucap Elea dengan memancarkan kesedihan juga kedua mata sembab.

"Elea," sahut sang ibu yang kemudian memeluk tubuh Elea dengan sangat erat.

Sang ibunda tercinta pun langsung menggiring Elea duduk di bibir ranjang.

"Elea, apa benar yang ayah kamu katakan bahwa kamu akan menikah dengan Zayn dan menerima perjodohan ayahmu itu?" tanya ibu memancarkan raut wajah yang sangat sedih.

Elea hanya mengangguk seraya menyeka air matanya yang terus jatuh berderai meski berkali-kali Ia menyekanya.

"Elea ,,, Apa ada masalah dengan kekasih kamu itu? Ibu tidak peduli siapa dia. Tapi, apa kamu yakin akan meninggalkan laki-laki itu?" tanya ibu.

"J---Jadi, Ibu juga sudah tahu siapa Alex yang ku kenalkan pada Ibu?" tanya Elea terkejut akan fakta bahwa orang tuanya sudah tahu tentang siapa Alex (Ansel).

"Sudah, Nak. Sekarang Ibu hanya ingin tahu alasan kamu meninggalkan laki-laki itu setelah perjuangan kalian hingga berani membohongi kami berdua. Ada apa sebenarnya, Elea?"

"M---Maaf, Bu. Untuk soal itu aku tidak bisa ceritakan yang sebenarnya terjadi. Namun, aku yakin ini adalah jalan terbaik untuk hidupku. Aku pikir, aku bisa mengalahkan sifat ayah yang keras, tapi ternyata tidak, Bu. Jadi rasanya percuma menantang ayah."

Sang ibu pun menghela napas dalam-dalam. Beliau tak bisa berbuat apa-apa walaupun beliau merasa ada yang janggal dengan keputusan yang telah di ambil oleh Elea.

"Kemarilah, Nak. Ibu hanya berpesan agar kamu tidak salah dalam melangkah. Ibu sangat menyayangimu, Elea. Jangan sampai kamu mengambil jalan yang akan membuat kamu terluka di kemudian hari," ujar sang ibu seraya memeluk Elea juga mengusap rambut anak gadisnya tersebut. Elea tampak semakin terpukul dengan nasihat sang ibu yang dirasa mengandung makna yang sangat berat.