Selesai mandi, Kendra merebahkan tubuhnya ke atas kasur, merilekskan matanya yang terasa pedas, meluruskan sendi punggungnya yang terasa kaku.
Pulang 2 jam lebih lama, sepertinya menguras habis isi otaknya. Sedikit mengaburkan pandangannya. Karena hampir seharian dia menatap layar monitor, tubuhnya pun kadang membungkuk untuk mendekatkan kepalanya ke layar monitor, meneliti setiap garis dan titik yang telah dia gambar.
Deadline yang harus ia selesaikan hari itu juga, membuat dirinya harus rela pulang paling akhir. Tapi yang terpenting dari semua itu adalah, Kendra sudah mulai bisa melupakan bayangan akan Ditha, menghapus rasa sepi akan kehilangannya. Meski tak bisa di pungkiri, Kendra sudah terpaut hati dengan Ditha, dan ini adalah patah hatinya yang ke dua setelah dengan Santi, yang keduanya karena keputusan sepihaknya.
Kendra meraih remote TV dan mulai menekan tombol on nya ketika...
"Beres…," dari pintu, Bagas yang muncul tiba - tiba terlihat mengacungkan jempolnya, kemudian bertepuk tangan dengan riang, entah apa maksud makhluk aneh satu ini
"Apanya yang beres ?" tanya Kendra menatap Bagas sejenak, kemudian matanya dia alihkan kembali ke layar televisi dengan acuh.
"Gua barusan kirim surat ke Maya, gua masukan suratnya ke bawah celah pintu kamarnya." Bagas berjalan masuk dan dengan santai duduk sambil menyandarkan tubuhnya ke pinggiran kasur tanpa dipan, di karpet depan meja yang terdapat televisi diatasnya
Maya? Otak di kepala Kendra berputar, mencari-cari siapa sosok yang dimaksud oleh Bagas.
Ah iya, teman sekantor Bagas, anak baru pindahan dari Jakarta 2 bulan yang lalu, kalau tak salah dengar waktu itu dia menempati kamar bawah paling ujung.
Kendra ingat sekarang, cewek berkulit putih dengan rambut model bob, tampang kalem, anggun, dan saat itu Kendra terpesona dengan kesahajaan tampilan nya sampai spontan terucap kata 'cantik'. Padahal biasanya dia tak se-perhatian itu terhadap lawan jenis, kecuali terhadap Santi.
Dan mungkin karena kesibukan nya di kantor, Kendra akhirnya melupakan kejadian waktu itu.
"Mau cari masalah lagi lu!" sungut Kendra masih acuh, untuk urusan perselingkuhan Kendra memang sangat membencinya, dan anehnya Bagas malah menyukai itu.
Yang di tanya cuma mesem dan matanya kedip - kedip mirip bocah cacingan.
"Masih belum kapok? Ketahuan Gita lagi, mampus lu! Lagian jaman sudah smartphone lu kirim surat?" Cerocos Kendra, saat sadar denga napa yang telah Bagas lakukan, yang mana itu bisa memicu perang.
Sambil membayangkan wajah Gita, pacar Bagas yang super posesif mengembungkan pipinya menahan amarah karena cemburu.
Ini bukan kali pertama Bagas melakukan perselingkuhan, dia pernah ketahuan, ketika jalan dengan cewek yang dikenalnya lewat IG, dan waktu itu dengan martabak, dia berusaha menyuap Kendra untuk bungkam.
Untungnya Gita tahu sendiri lewat sepupunya yang kebetulan satu gedung bioskop saat Bagas sedang jalan dengan gebetan barunya nya. Dan untungnya lagi Gita tak memutuskannya, karena alasan Bagas saat itu masuk di akal, dia mengaku bahwa yang bersamanya itu sepupu jauhnya yang baru datang dari Surabaya. Dan dengan lugunya Gita percaya itu.
Dan sekarang dia ingin mengulangi nya lagi dengan teman se kantornya? anak pindahan dari Jakarta itu memang lebih cantik dari Gita, tapi tak begitu juga caranya, dan lagi kirim surat? Udah kayak jaman purba saja, kan bisa WA?
"He he he he sabar, dia ngga bakalan nyariin gua …tapi elu yang bakal di uber-uber," ada senyum puas tersungging di sela bibir Bagas. Senyum licik!
"Apa lu kata? Apa hubungan dengan gua ? "Kendra mencibir karena memang dia tak merasa ada kepentingan apa-apa di sana.
"Karena gua tulis surat itu atas nama elu ha ha ha," tawa Bagas langsung meledak. Kendra yang belum ngeh seratus persen atas apa yang terjadi, hanya bengong.
"Tunggu…tunggu? Elu kirm surat ke Maya dan surat itu atas nama gua ? " Tanya Kendra memastikan. Bagas mengangguk mantap. Yup !
"Kampret lu ! Kayak bocah aja kelakuan lu, motif lu apa bego!" Kendra duduk tegak, dia toyor kepala Bagas dengan perasaan kesal. yang di toyor tawanya semakin pecah dan hanya mengaduh lirih.
"Bercanda lu norak! " Kali ini sebuah bantal melayang tepat ke muka Bagas, memang mereka berdua kerap melakukan kejahilan bersama, tapi bagi Kendra, kejahilan Bagas kali ini terlalu kekanak - kanakan.
"Elu udah gua bantuin bukannya terima kasih malah marah-marah, biar malam minggu lu ngga anyep goblok, " protes Bagas, sambil melempar balik bantal ke arah Kendra, mungkin maksudnya baik, tapi tidak dengan caranya.
"Serius lu! Kan lu bisa ngajak gua ke dia buat kenalan goblok! Kalo gini kesannya gua seperti orang bego!" Kendra masih menggerutu dengan kesal, reputasinya bisa jatuh kalau begini.
Perasaannya berkecamuk, mengkhawatirkan hal yang bisa saja terjadi di luar prediksi nya, bisa saja Maya tipikal orang serius, yang ngga suka di be-canda-in dan menganggap apa yang Bagas lakukan itu sebagai perbuatan kurang ajar, dan yang pasti Kendra yang bakal kena getahnya, karena surat itu atas namanya.
Diluar itu, Kendra dan Maya tak pern terlibat sebuah obrolan, batas mereka hanya sekedar senyum saat tak sengaja berpapasan, itu pun jarang sekali terjadi.
Bahkan Kendra juga terkadang lupa bahwa cewek yang berpapasan dengannya itu bernama Maya.
Bisa di labrak habis nanti kalau ternyata Maya marah. Apalagi seluruh penghuni kos tahu, dua makhluk penghuni kamar atas sebelah kiri tangga adalah makhluk-makhluk iseng,jahil dan predikat nyleneh lainnya. Bukan tak mungkin, Maya juga sudah tahu akan hal itu.
"Kalau kenalan langsung, kesan yang ditimbulkan tak akan membekas." Bagas mencoba menjelaskan, "dengan kirim surat kaleng begini, kesannya elu itu misterius?" Lanjutnya.
"Misterius itu kalo lu ngga cantumin nama bego!" Kendra membentaknya dengan perasaan kesal.
"Eh iya ya? " Bagas garuk - garuk kepala, tuh kan, kacau kalau manusia satu ini bertingkah.
"Lagian kenapa ke cewek itu sih? Gua segan ama tuh cewek cuk," ucap Kendra.
Entah kenapa dengan makhluk satu bernama Maya itu Kendra tak mau macam-macam.
Maya terlalu pendiam menurutnya, tak sok kenal sok dekat seperti kebanyakan cewek yang di kenal Kendra selama ini.
"Tuh kan berarti bener lu naksir Maya ?" Goda Bagas, alis nya naik turun.
"Ini bukan soal naksir atau ngga cuk! Tuh cewek tampang nya serius, gua ngga mau nyari masalah dengan dia," kilah Kendra.
"Cemen lu ah. Tapi syukur kalo begitu, itu artinya Maya udah bikin elu sadar ya cuk, gua do'ain, supaya surat gua tadi di respon positif oleh dia, dan elu jadi waras. Eh iya, sekalian ntar di kantor gua kompor-kompor in, " kata Bagas girang. Dia bangkit dan beranjak pergi dari tempatnya. Nalurinya mengatakan dia bakal diserang.
"Mending lu keluar deh sebelum gua bejek pala lu ! " Kata Kendra makin kesal, dan benar saja Kendra bangkit. Tinjunya sudah melayang, dan beruntung sasarannya sudah melesat pergi ke arah pintu, dan menghambur masuk kedalam kamarnya.
Bagas lebih beruntung, kecepatannya sulit di tandingi Kendra, yang kini hanya mampu menggedor – gedor pintu depan kamarnya yang sudah ia kunci dari dalam, Kendra hanya bisa menggerutu mengeluarkan sumpah serapah tak karuan.
Pemandangan seperti itu sudah lumrah dimata para tetangga kos.
Kendra –Bagas meski tak pernah terlihat keluar berdua tapi mereka adalah sahabat karib, rumor yang beredar mengatakan bahwa dua makhluk aneh itu bukan dari bumi, tapi dari planet ban, dan planet Animal, entah ikut gugusan bintang mana, yang mana keduanya sama gokil nya. Tapi tentu saja itu hanya rumor, yang tak bisa di buktikan ke valid-an nya.