Chereads / GAME is OVER / Chapter 14 - Blind Date

Chapter 14 - Blind Date

20:15

Astaga ternyata sudah 45 menit aku berdiri disini?, gumam Kendra dalam hati, seperti baru 10 menit saja rasanya, memang y ajika sesuatu yang mengasyikkan kita kerjakan, waktu yang lama seperti hanya sebentar saja rasanya.

"Di mana lu cuk lama bener, kita udah di TKP ini?" Terdengar suara Beni dengan nada sedikit kesal, suara belakangnnya terdengar sangat berisik.

"Otw ... otw, tadi gua balik lagi - Fajar mau pinjem PS soalnya," kata Kendra berbohong, bukan berbohong soal situasi sih, tapi berbohong soal kondisi, karena kenyataannya dia masih disini.

"Buruan nih Fajar juga udah di TKP!" Semprot Beni.

"Sabar cuk gua meluncur sekarang!" Dan sambungan telpon pun terputus.

Kendra menatap Maya seolah meminta ijin untuk pergi.

Entahlah, kenapa tiba-tiba Kendra peduli, merasa punya ikatan batin dengan Maya? Yang malam ini sendirian, yang mungkin butuh teman, ya sekedar untuk ngobrol meski obrolan tak penting mungkin?

Karena hampir sebagian penghuni kos telah kabur dengan urusannya masing-masing, suasana kos juga terlihat sudah sepi.

dan kebetulan Kendra masih di sana yang seolah merasa bersalah jika ia tinggalkan Maya begitu saja seorang diri disana.

Atau benar Kendra sudah ada rasa dengan Maya?

Sebenarnya bukan, atau mungkin kata yang tepat, belum. Kendra hanya sebatas terpesona, mungkin sisi kalem Maya yang mengingatkannya akan Santi, yang membuat Kendra menaruh perhatian. Dan entah kenapa dengan cewek yang berpenampilan, kalem Kendra seperti bertemu dengan pawangnya. Dia hanya merasa tak enak saja, apalagi ini sebetulnya kesempatan baik untuk Kendra bisa mengenal Maya lebih dekat.

Berarti Kendra memang punya hati dengan Maya?

"Udah ditunggui tuh kasihan dia, maaf sudah nahan kamu lama disini," entah perasaan Kendra saja seperti ada nada cemburu di sana, ataukah hanya Ge Er semata yang dirasakan nya.

"Aah teman, biasanya kalau malam minggu gini mereka ngajakin nongkrong." Terang Kendra, dia tak menyebut soal main biliar

"Wah asyik ya?" Maya terdengar sangat bersemangat.

"Ah Maya, kayak yang ngga biasa keluar malam mingguan saja?" Canda Kendra, Maya cantik tentu tak sulit buatnya untuk segera memiliki pasangan disini, atau setidaknya teman lelaki yang berusaha mendekatinya.

"Aku di sini kan baru Kendra, teman juga tak banyak, dan daerah sini juga aku belum hafal betul, yang ada nanti malah nyasar, lagian siapa sih yang mau ngajak aku keluar? Mereka rata-rata sudah punya pasangan." Papar Maya seperti sedang curhat

'Aku mau kok, dan aku juga belum punya pasangan,' batin Kendra.

Kendra seolah lupa akan komitmennya untuk tetep menjaga jarak dengan wanita, atau mungkin ini saatnya dia membuka kembali hati yang sempat ia tutup?

"A-atau Maya mau ikut?" Lirih dan ragu namanya juga basa-basi, itu juga setengah bercanda.

Dan Kendra juga tak berharap Maya bakal menerima ajakannya. Jelas tak mungkin juga, Maya dalam benak Kendra juga bukanlah cewek yang gampangan.

Lagian tujuannya kan mau main biliar, bukannya nongkrong minum kopi sambil ngemil gorengan.

"Boleh deh, daripada suntuk di rumah, tapi ini bukan ngedate loh ya ?"

Nah loh, Kendra melongo, ajakannya yang hanya basa-basi di respon serius oleh Maya, giliran dia yang putar otak sekarang untuk mengganti rencana.

Kendra bahkan tersenyum kecut saat Maya mengatakan bahwa ini bukanlah sebuah dating

Tapi bisa di kategori kan blind date kan?

"Ya udah aku ambil helm dulu, sekalian ambil barang pesenan temen." Kendra bersemangat.

Di pikir nanti...di pikir nanti, kira-kira itu yang ada di benak Kendra.

"Oke, aku ganti baju dulu kalau gitu bye." Maya melambaikan tangan dan beranjak berdiri kemudian masuk ke dalam kamarnya.

Sesaat Kendra mematung, tak percaya dengan skenario Tuhan yang ia alami saat ini, yang kesemuanya serba kebetulan. Kesasar pembawa berkah, gumamnya.

"Cuk ganti planing cuk, ada cewek yang mau ikut cuk?" Di tangga naik, Kendra menelpon Niko.

"Sial lu! Gue udah nunggu lama di TKP lama, lu malah mau ganti rencana." Umpat Niko kesal.

"Ya gimana lagi, masak gua bawa cewek ke tempat biliar ?" Kata Kendra memelas.

"Lagian napa lu ajakin sih?" protes Niko dari seberang

"Bukan gua yang ngajak, dia-nya yang mau ikut, atau gue skip deh untuk malam ini?" Ujar Kendra bohong.

Akhirnya dia yang harus ngalah untuk tak jadi ikutan bermain biliar, ngga enak juga kalau harus membatalkan janjinya ke Maya.

"Ya udahlah, gue tinggalin lu maen ya, nih bocah-bocah udah pada protes," beruntung Niko mau ngerti, tapi tetap saja nanti Kendra musti nyamperin mereka ke tempat biliar untuk nyerahin PS miliknya ke Fajar.

10 menit kemudian

Kendra melewati kamar Shinta yang pintunya tertutup rapat, lampu kamarnya pun gelap, pertanda sang penghuni tidak berada di tempat, kamar Tika yang letaknya di sebelah kamar Shinta pun kondisi nya serupa, sepertinya mereka sudah pada cabut malam mingguan.

Se- bentuk tubuh ter-balut jaket hoody warna maron dengan celana jeans warna biru muda keluar dari kamar paling ujung, semerbak wangi parfum segera menyeruak ke dalam rongga hidung Kendra.

"Yuk ... ," ajak sang empu kamar, sederhana tapi menarik, tak ada make up tebal atau pun lipstik menor di sana, wajahnya nya hanya terpoles bedak tipis, sungguh wajah yang tak membosankan untuk di pandang.

"Kok bengong? Hayuk!"

Kendra tersentak, ucapan maaf nya hanya terbaca dari gerakan bibir, sementara suaranya entah ke mana.

Setelah menyodorkan helm di tangan, Kendra berjalan menjajari langkah Maya.

Aroma wangi parfum yang dipakai Maya segera menyeruak masuk ke dalam indra penciuman nya.

Menit berikutnya mereka telah berboncengan menyusuri jalan Imam Bonjol, menuju Sesetan.

****

Yang awalnya dulu Kendra mengutuk perbuatan Bagas, karena sudah dengan lancang mengirimkan surat atas namanya ke Maya, tapi kini pikirannya berubah, sepertinya dia harus berterima kasih ke Bagas untuk hal itu.

Dia sedikit lebih dekat dengan Maya karenanya, yang jika beberapa bulan awal mereka hanya saling lempar senyum saat saling berpapasan, kini tegur sapa dan beberapa obrolan singkat kerap mereka lakukan.

Meski untuk datang berkunjung ke kamar Maya langsung, Kendra belum berani dan dia tak pernah mempunyai keberanian, sebagai cewek dengan pembawaan yang baik, Kendra tentu juga memperlakukannya harus dengan baik, tak serampangan tiba-tiba nongol di balik pintu Maya, Kendra harus menjaga kesopanan, dan kehormatan Maya.

Bahkan dia belum menemukan alasan yang tepat untuk main ke tempat Maya, padahal mereka tetangga kos.

Percuma saja dekat jika tak bisa mengunjungi nya, karena dekat saja tak akan membuatnya menarik perhatian Maya, dia harus berusaha lebih akrab dan tak akan bisa akrab jika hanya mengandalkan unsur kebetulan saja untuk bisa bertemu, dan main ke kamarnya adalah jalan satu-satunya.

Tapi apa alasannya? Atau apakah memang harus ada alasan untuk sekedar bermain ke kamarnya?

Mungkin benar Kendra sudah mempunyai rasa terhadap Maya, jika melihat sepak terjang nya selama ini.

Menghadapi Ditha dengan outfit sexynya saja dia tak pernah canggung atau pun kikuk, apalagi grogi, karena tak ada perasaan hati yang bermain di sana, kalau nafsu? itu wajar karena dia pria normal.

Dengan Shinta, yang setelah akrab berteman, bercanda dengan topik yang sedikit vulgar pun dia cuek, karena ia pun tak pernah menyertakan perasaan hati di dalamnya.

Dengan Tika keluar masuk kamarnya sudah biasa, bahkan dengan Vita sekali pun dia tak pernah merasa sungkan untuk tak segera mengenakan baju kaos nya misalnya, ketika tiba-tiba saja dia nongol datang berkunjung ke kosan Bagas sedangkan manusia yang di tuju nya sedang keluar sebentar.

Tapi bukannya dia sudah pernah jalan dengan Maya? Dan Kendra juga tahu kalau Maya orangnya asyik. Tapi karena kebetulan bukan? Itu juga karena Kendra nyasar.