Chereads / Terpaksa Menjadi Jaminan CEO / Chapter 18 - Gendong Cucu!

Chapter 18 - Gendong Cucu!

MAMA.....

Suara teriakan girang Maya ketika mendapati sang mertua telah berada di rumah. Dia bahkan tidak memperdulikan lagi cidera di pergelangan kakinya. Elzar yang melihat tindakan sang istri tidak mampu lagi memberikan nasihat kepada Maya yang merasa sangat senang setelah kedatangan kedua mertuanya di rumah megah mereka itu.

"Mama... Maya kangen banget sama Mama," ucap Maya sambil memeluk Mama mertua yang sangat dia sayangi itu.

"Mama sama Papa juga kangen banget sama menantu kami yang cantik ini. " ucap Mama Indah sambil mengusap dengan sayang kepala Maya. Maya yang mendapatkan elusan yang sangat nyaman di kepalanya semakin mengeratkan pelukan kepada sang mertuanya itu.

"Siapa sih yang sebenarnya anak Mama... " ucap Elzar sambil merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah itu di kursi empuk di samping Papanya.

"Syirik nih ye... " ejek Maya kepada Elzar sambil menjulurkan lidahnya menggoda Elzar.

Elzar langsung menutup mata dan berusaha mengatur nafas dan emosinya melihat kelakuan aneh sang istri. "Hehhh.. Terserah."

"Mama.. Tolong bilang sama menantu Mama itu," ucap Elzar masih menutup mata dan hanya bersuara dengan nada yang sedikit khawatir.

"Ada apa???" ucap Mama Indah penasaran. Sebab, dia belum mengetahui keadaan sang menantu karena ketika tiba di rumah dia dan suami langsung membersihkan diri dan ketika mereka telah selesai bersih-bersih dan sedikit istrirahat Elzar dan Maya langsung datang.

"Kalian ngak lagi bertengkar kan?"

"Bukan karena itu Mama... Tapi, sekarang kaki Maya itu sedang cedera karena jatuh ketika mengambil buku tadi. Ini saja Elzar sama Maya baru pulang dari Rumah Sakit untuk mengetahui keadaan Kaki istri El, Ma."

"APA!!!" pekik Mama Indah langsung berusaha melihat keadaan pergelangan kaki yang mengalami cedera itu.

Mama Indah bahkan langsung pucat pasi ketika mengetahui keadaan sang menantu. Mama Indah sangat menyayangi Maya dan telah menganggap Maya seperti anak perempuannya sendiri.

"Maya ngak apa-apa, Ma. Elzar aja yang terlalu berlebihan. Maya aja masih bisa jalan tadi kan?" ucap Maya berusaha menghibur Mama mertua yang sangat baik itu.

"Masih aja sok kuat. " gerutu Elzar dengan suara yang sangat kecil. Tapi, masih bisa di dengan oleh Papa Abraham karena mereka yang duduk berdekatan.

Papa Abaraham langsung tersenyum mendengar nada khawatir dari sang putra yang sangat jarang bahkan bisa di katakan tidak mempunyai rasa simpati kepada orang lain itu.

"Sabar. Perempuan memang seperti itu El. Kita sebagai suami yang harus banyak mengalah. Agar istri kita nyaman dan semakin mencintai kita." ucap Papa Abraham sambil menepuk pundak anak laki-laki semata wayangnya itu.

Elzar yang mendengar perkataan dari Papanya tersebut merasa sangat salah tingkah. Dia merasa ada yang aneh dengan dirinya hari ini. Padahal sebelumnya dia tidak akan pernah peduli dengan keadaan orang yang berada di sekitarnya. Bahkan, kepada Zaza yang merupakan kekasihnya pun, terkadang Elzar jarang menunjukan dan merasakan ketakutan seperti yang dia rasakan kepada Maya seperti tadi.

"El..... Gendong aja Maya kembali ke kamar deh. Mama takut nanti cedera di kaki Maya malah tambah parah. Apalagi ini Maya pecicilan banget deh.. Apa ngak sakit itu kaki. "

Maya hanya cengengesan dengan gerutuan Mama mertuanya itu. "Ngak sakit lagi kok, Ma. Tadi, Maya udah periksa ke Rumah sakit kok. Kata Dokternya juga ngak terlalu parah sih... Elzar aja yang berlebihan, Ma. " jawab Maya sambil menatap kearah Elzar yang telah berjalan ke arah Maya yang masih berdiri.

"Mau ngapain..... " pekik Maya ketika Elzar telah menggendong Maya dengan gaya bridal.

"Aku bisa jalan sendiri Elzar. " gerutu Maya dalam gendongan Elzar.

"Elzar!!!! Bisa dengar orang ngomong ngak sih... Budeg ya." ucap Maya dalam gendongan Elzar.

Elzar yang mendengar Maya yang masih menggerutu dan berceloteh di dalam gendongannya, tidak mau merespon sedikitpun. Elzar sudah lelah mendengar kecerewetan Maya sejak tadi. Elzar ngak mau lagi merespon Maya.

Maya yang sangat kesal karena tidak direspon dengan baik oleh sang suami langsung berinisiatif menggigit tangan Elzar yang sedang menggendongnya itu.

"Maya!!! Jangan aneh-aneh deh... Kamu ngak mau kan, kita berdua jatuh dari tangga ini karena sifat kekanakan kamu!" gerutu Elzar sambil mengeratkan belitan tangannya di tubuh sang istri.

Maya yang merasa belitan tangan kekar Elzar semakin erat mendekap tubuhnya. Lebih memilih diam dan menuruti nasehat dari Elzar. Maya juga ngak mau mati sia-sia karena terjatuh dari tangga. Harapan dia untuk bisa kembali bekerja saja belum tercapai dan dia tidak mau semua usahanya kembali sia-sia.

Elzar yang melihat sang istri sudah anteng dan diam ketika dia gendong merasa sangat salah tingkah. Memeluk tubuh sang istri dan berhadapan dengan jarak yang sangat dekat dengan sang istri mampu membangkitkan gairah Elzar yang sejak seminggu lebih sudah tidak pernah dia salurkan lagi.

'Huhhhh... Jangan berpikiran kotor sekarang El. Istri loe bahkan sedang sakit sekarang dan loe masih memikirkan hal yang sangat kotor. Untuk berjalan aja dia sekarang susah, apalagi melayani nafsu loe yang ngak pernah puas itu El... ,' ucap Elzar di dalam hati.

***

Di lantai bawah sepasang suami istri yang telah berumur dan masih terlihat cantik dan tampan itu saling melempar senyum penuh kelegaan. Mereka sangat bersyukur ketika melihat hubungan anak dan menantunya yang semakin membaik dari hari ke hari. Setidaknya, mereka tidak akan pernah merasa bersalah lagi, karena telah memaksakan kehendak mereka untuk menikahkan Elzar dan Maya.

"Mama sangat senang banget, Pa." ucap Mama Indah sambil mengeluarkan air mata bahagia.

Papa Abraham langsung merengkuh erat tubuh wanita yang sangat dia cintai itu dengan sayang. Dia juga sama bahagianya dengan sang istri ketika melihat kebahagian di wajah anak dan menantunya itu.

"Papa juga bahagia, Ma. Kita harus mendoakan agar Rumah tangga Elzar dan Maya selalu bahagia sampai mereka tua nanti, Ma. Papa sangat berharap mereka hidup bahagia sampai punya anak dan cucu nantinya...."

"Amin." sela Mama indah dengan senyuman.

"Muachhh.. Senang banget sih, sampai Papa yang belum selesai ngomong udah di sela duluan. " ucap Papa Abraham dengan tetap memberikan kecupan sayang di wajah wanita yang telah bersama dengan dirinya sejak muda sampai sudah tua itu.

"Hehehehe... Mama lagi seneng ini loh, Pa."

"Mama rasa sebentar lagi kita akan gendong cucu deh, Pa. Lihat aja perilaku anak kita yang semakin aneh itu. Mana ada dalam sejarah seorang Elzar Haris Wijaya memiliki rasa khawatir seperti tadi. Dia itu bahkan sangat tidak mempunyai rasa simpati. Tapi, ketika melihat Maya sakit. Dia langsung khawatir dan ngomel-ngomel kepada Maya."

*** Bersambung***

Selamat membaca.