"Mikirin apaan sih sayang?" tanya Elzar ketika keluar dari kamar mandi.
Sapaan dan pelukan yang diberikan oleh Elzar langsung menyadarkan Maya dari lamunannya tentang kejadian 2 bulan yang lalu. Elzar semakin mengeratkan pelukan di perut ramping sang istri sambil memberikan kecupan-kecupan di sekitar leher Maya yang sedikit terekspos karena gaun yang dia pakai.
"Apa yang sedang di pikirkan oleh Nyonya Wijaya ini malam-malam sih?" tanya Elzar tepat di dekat telinga Maya dengan suara yang terdengar sudah sangat serak itu.
Maya yang mendapatkan sebuah sinyal pertanda tidak baik. Langsung berusaha melepaskan belitan tangan Elzar di perutnya. "Aku lagi mikirin pekerjaan yang belum aku kerjakan tadi, El."
Elzar langsung membalik tubuh Maya menghadap ke arahnya. "Aku udah pernah bilang, kan? Jika, kita sudah berada di rumah. Aku ngak mau kamu masih memikirkan tentang pekerjaan. Tugas kamu, hanya melayani aku ketika berada di Rumah, sayang." tekan Elzar tegas sambil memperhatikan wajah lelah sang istri.
"Jika kamu lelah. Bilang aja.... Kamu bahkan tidak perlu bekerja sedikitpun, karena telah menjadi menantu keluarga Wijaya, Sayang," ucap Elzar sambil memakai pakaian yang telah di siapkan oleh Maya.
Elzar bahkan menuntun sang istri untuk berjalan ke arah tempat tidurnya. "Aku tau kamu lelah, sayang. Ayo kita tidur saja," ucap Elzar sambil berusaha menahan hasrat yang telah dia tahan sejak tadi. Melihat wajah lelah Maya, Elzar langsung mengurungkan niatnya untuk membuat sang istri menghabiskan malam yang panas dengan dirinya untuk saat ini.
"Aku akan kembali tidur di sofa saja, El." Maya langsung melepaskan pegangan tangan Elzar dan langsung berlalu kembali ke tempat dia tidur selama setahun itu.
"Tidur di sini, sayang. Kita saat ini sama-sama lelah, bukan." Elzar berucap dengan tegas kepada Maya yang berusaha kembali mencari posisi tidur yang nyaman di atas sofa tersebut, tanpa mau mendengarkan ucapan Elzar yang sudah menahan emosinya sejak tadi, ketika masih melihat Maya tidur di Sofa.
"Tidur sekarang di atas kasur.... Atau kita ngak akan tidur malam ini. " ancam Elzar dengan nada yang mulai keras.
"Aku lelah, El. Bisakah sehari saja kita tidak bertengkar. Aku benar-benar LELAH... "
"LELAH!!!! aku bahkan sudah sering bilang bukan... Kalau lelah, ngak usah kembali bekerja, sayang. Aku masih bisa mencukupi semua kebutuhan kamu. Bahkan tanpa bekerja di Rumah sakit itupun. Kamu masih bisa hidup bergelimang harta, karena telah menikah dengan pemilik dari Rumah sakit tempat kamu bekerja. "
"Sekarang mau kamu apa, sayang? Aku hanya ingin istirahat melepaskan semua beban ketika berada di rumah. Aku juga ngak mau kita setiap hari harus ribut atau bertengkar karena hal yang sangat sepele seperti ini. Aku hanya ingin kamu tidur di atas kasur, supaya tidur kamu nyeyak dan tidak menyebabkan kamu pegal di pagi hari...."
"Aku lebih nyaman tidur di sini, El. Kamu bisa tidur di tempat tidur empuk kamu itu. Aku sudah nyaman dan malas untuk pindah lagi," jawab Maya sambil menutupi seluruh tubuh kecilnya di dalam selimut tebal.
Elzar yang tidak dapat lagi menahan kekesalan terhadap istri seperti Maya yang sangat keras kepala itu. Langsung berjalan ke arah tempat tidur Maya dan menggendong tubuh sang istri yang masih terbungkus selimut tebal itu.
"Aku udah kasih pilihan bukan.... " ucap Elzar sambil menyeringai menatap tubuh sang istri yang telah dia lemparkan ke atas kasur empuk itu.
Elzar langsung menyingkap dan membuang selimut yang membungkus tubuh cantik dan sexy milik sang istri. Tanpa menunggu keputusan sang istri. Elzar langsung mengurung tubuh sang istri dalam dekapan hangatnya dan langsung berusaha menyingkirkan dress yang di pakai sang istri.
Maya yang mendapatkan perlakuan yang demikian hanya berusaha pasrah dengan setiap keadaan. Seperti apapun dia memberontak atau melarang kemauan dari seorang Elzar haris Wijaya tidak akan pernah berhasil. Elzar yang sejak kecil sudah terbiasa mendapatkan semua yang dia inginkan menjadi sosok yang sangat egois dan tidak memiliki perasaan di mata seorang Maya.
"Kamu yang menginginkan ini, sayang. Aku bahkan telah memberikan kamu pilihan sejak tadi. Tapi, sepertinya kamu memang menginginkan kegiatan kita ini kan, sayang." ucap Elzar di sela-sela menjelajahi tubuh mulus sang istri.
'Aku cinta kamu, sayang. Maaf karena aku harus bertindak egois seperti ini terhadap kamu.' ucap Elzar di dalam hati ketika mengecup kening Maya lama.
'Aku akan buat kamu, juga merasakan cinta yang sama seperti yang aku rasakan saat ini sayang. Aku ingin kita hidup bahagia sampai tua dan bisa melihat cucu dan cicit kita nanti.' ucap Elzar di dalam hati ketika mengecup mata Maya yang masih meneteskan air mata ketika Elzar ingin menghabiskan malam yang indah bersama.
"Aku akan sangat pelan, sayang." ucap Elzar sambil memulai penyatuan mereka.
Elzar selalu memperlakukan Maya seperti sebuah porselin yang sangat cantik ketika mereka berhungan, ketika Elzar menyadari dia sudah menjatuhkan hati kepada sang istri. Dia bahkan selalu berusaha membuat Maya juga merasakan apa yang dia rasakan, ketika mereka sedang bersama.
"Ahhhh... Sayang. " pekik Elzar ketika akan sampai pada pelepasannya. Sedangkan Maya hanya meremas dengan sekuat tenaga sprei tempat dia tidur sekarang, karena menahan rasa yang tidak biasa.
Seberapa seringpun, Elzar tidur dengan dirinya. Tidak pernah membuat Maya bisa menikmati permainan yang di lakukan oleh sang suami. Hati yang sejak lama telah tertutup rapat, bahkan Maya tidak bisa merasakan Jika, saat ini sang suami telah menjatuhkan hati kepada pesona seorang Maya Putri.
"Terima kasih, sayang." ucap Elzar sambil mendekap tubuh Maya yang masih basah karena keringat itu. "Terima kasih... " lirih Elzar sambil mengelus perut rata sang istri.
"Kapan Elzar Junior ada di sini ya, sayang." ucap Elzar sambil menatap kearah Maya yang terkejut dengan perkataan Elzar. "Kenapa? Kamu kok kaget sih. Bukannya aku udah bilang, jika aku menginginkan seorang anak untuk jadi penerus keluarga Wijaya, sayang."
Maya langsung pucat pasi ketika mendengar perkataan dari Elzar. "Aku juga ngak tau, El. Lebih baik kita tidur aja lagi... Dari pada ngomong hal yang udah ngelantur tengah malam ini." ucap Maya sambil memunggungi Elzar yang masih memikirkan masalah seorang anak.
"Ini ngak ngelantur, sayang. Kamu juga tau bukan, seluruh keluarga besar kita, juga sedang menunggu kabar bahagia ini. Kita bahkan telah menikah selama satu tahun lebih. Bukankah ini adalah hal yang wajar untuk kita bicarakan berdua seperti sekarang."
Elzar terus berbicara sambil mengelus perut rata sang istri dengan sayang. "Papi harap, abang bisa hadir suatu saat di perut Mami, ya sayang..." ucap Elzar sambil mencium perut rata itu.
*** Bersambung***
Selamat membaca.